KOMPAS.com - Ramai di media sosial kericuhan yang diduga antara anggota Satpol PP Surabaya dengan pedagang kaki lima (PKL). Peristiwa tersebut terjadi saat petugas melakukan penertiban.
Berdasarkan video yang diunggah akun TikTok @thinkerbell10010, tampak sejumlah anggota berseragam Satpol PP Surabaya tengah bersitegang dengan beberapa orang di sebuah taman.
Mengenai hal tersebut, Kepala Satpol PP Surabaya, M Fikser membenarkan adanya kericuhan. Ketegangan dalam video itu disebut terjadi di area Taman Bungkul, Minggu (21/7/2024).
Baca juga: Satpol PP Lumajang Tangkap 13 Pasang Bukan Suami Istri di Kamar Kos, 3 di Antaranya Sesama Jenis
"Bersitegang biasa. (Dengan) asongan, biasa itu," kata Fikser, ketika dihubungi melalui telepon, Selasa (23/7/2024).
Fikser mengatakan, ketegangan tersebut terjadi ketika proses penertiban pedagang sekitar Taman Bungkul. Sebab, di beberapa titik di ruang publik itu dilarang berjualan.
"Sudah sering kami mengingatkan, bukan sekali dua kali. Taman Bungkul harus bersih. (Pedagang) di trotoar seputaran Taman Bungkul dan masuk Plaza Taman Bungkul," jelasnya.
Fikser mengungkapkan, pihaknya tidak pernah melarang orang yang sedang berjualan di sekitar Taman Bungkul.
Namun, Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya telah menyediakan tempat sendiri.
"Kami tidak melarang orang berjualan, silahkan mencari nafkah, tapi fasilitas umum menjadi milik bersama. Kami hanya melakukan peraturan sebagaimana sebelum-sebelumnya," ujarnya.
Baca juga: Satpol PP Bali Mengaku Dicibir Warga Saat Tertibkan Penerbang Layangan Sebelum Helikopter Jatuh
Oleh karena itu, Fikser menyarankan para pedagang yang ditertibkan tersebut berjualan di area sentra wisata kuliner (SWK), yang lokasinya berada di belakang Taman Bungkul.
"Dari dulu Taman Bungkul tidak diperkanankan untuk pedagang, sudah disiapkan tempat berjualan di area belakang Taman Bungkul. PKL (yang ditertibkan) itu kan yang asongan di trotoar," ucapnya.
"Ada pengaduan kenapa Taman Bungkul tidak seperti dulu, makanya kami tetap melaksanakan penertiban. Saya minta bersih, steril biar enggak dibanding-bandingkan," tutupnya.
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang