SUMENEP, KOMPAS.com - Puluhan peserta dari siswa Taman Kanak-kanak (TK) dan siswa Sekolah Dasar (SD) di Kabupaten Sumenep, Jawa Timur, ikut memeriahkan Festival "Tan Pangantanan" yang diinisiasi Pemerintah Kabupaten Sumenep melalui Dinas Pendidikan.
Festival itu memasangkan bocah pria dan wanita layaknya pasangan pengantin dan berjalan di pusat kota Sumenep. Festival itu pun menuai polemik di tengah masyarakat karena dinilai menormalisasi perjodohan dini.
Wakil Bupati Sumenep, Dewi Khalifah angkat bicara terkait polemik tersebut. Wanita yang juga ketua Muslimat NU Sumenep itu meminta masyarakat memandang festival secara luas.
Baca juga: Psikolog Polda Jatim Dampingi 4 Siswi SD yang Dicabuli Gurunya di Sumenep
Menurutnya, festival itu bukan sekedar permainan yang menghibur, tetapi di dalamnya mengandung nilai-nilai kehidupan yang memuliakan hidup bersama seperti keindahan, kerukunan, tata krama, keimanan dan nilai pendidikan.
"Festival "tan pangantanan" tidak seperti permainan lainnya, karena bukan hanya permainan yang menghibur, tetapi mengandung nilai kerukunan, nilai pendidikan, nilai sosial dan nilai kebudayaan,” kata Dewi dalam keterangannya, Senin (27/5/2024).
Baca juga: Kisah Aswari, Penyandang Disabilitas Asal Sumenep yang Dilantik Jadi Anggota PPS pada Pilkada 2024
Dewi menjelaskan, dalam festival "tan pangantanan" itu, para siswa diiringi lagu pengiring khas Madura yaitu dhe’ nondhe’ ni’ nong yang memiliki makna historis dan nilai filosofis.
Apalagi, syair lagu itu merupakan sebuah ungkapan simbolis yang berasal dari kata dhu’nondhu’ yang berarti merunduk.
“Secara harfiah merunduk untuk mengajarkan anak supaya memiliki pribadi yang rendah hati dan menghormati orang lebih tua, sehingga jika tidak memiliki tata krama ini, tersisih dari masyarakat (mon ta’ nondhe’ jaga jaggur),” tuturnya.
Wabup berharap, semua elemen masyarakat mencintai seni dan budaya serta adat istiadat warisan leluhur, dan menumbuhkembangkan untuk menjaga dan melestarikan nilai-nilai seni dan budaya.
“Pemerintah daerah dan masyarakat perlu menghidupkan beragam kegiatan bernuansa seni budaya lokal supaya generasi muda mencintainya, sehingga di tengah kemajuan teknologi saat ini, keberadaan warisan leluhur tetap terjaga, terawat dan lestari di Kabupaten Sumenep,” pungkasnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.