MAGETAN, KOMPAS.com – Dinas Pendidikan Kabupaten Magetan mengungkapkan siswi SMP yang mengurung diri selama 6 bulan di kamar dan enggan bersekolah bukan karena menjadi korban perundungan di sekolah, namun kurangnya perhatian dari orangtuanya.
Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Magetan Suwata mengatakan, orangtua siswi tersebut disibukkan dengan berjualan nasi jagung di pasar. Sementara ayahnya bekerja serabutan dan lebih sering mengundang teman-temannya setiap malam ke rumah untuk berkumpul sambil merokok.
"Bukan soal karena tidak punya Hp bagus kemudian mengalami perundungan, tapi kurangnya perhatian dari orangtua. Ibunya jualan di pasar, sementara bapaknya ini sering mengundang temannya ke rumah untuk merokok. Di rumahnya itu punting rokok bertebaran,” ujarnya.
Baca juga: Siswi SMA Di-bully Rekam Video Asusila, Polisi: Tidak Ditemukan Unsur Perundungan
Suwata menambahkan Dinas Pendidikan Kabupaten Magetan sudah melakukan upaya pendampingan terkait kebutuhan pendidikan siswi dengan memberikan kemudahan pembelajaran melalui pendampingan belajar, sehingga mesti mengurung diri, siswi itu dipastikan masih bisa mengikuti pembelajaran.
Langkah tersebut adalah untuk mencegah siswi agar tidak putus sekolah.
"Guru masih memberikan materi. Ujian itu materi dibawa ke rumahnya. Kita mengarahkan supaya dia tidak sampai putus sekolah,” imbuhnya.
Dinas Pendidikan Kabupaten Magetan saat ini juga masih mengupayakan permintaan siswi yang ingin melanjutkan pendidikan di salah satu pondok di Kabupaten Madiun.
Suwata mengaku masih mengupayakan pondok pesantren yang bisa menampung siswi yang saat ini masih memilih mengurung diri di kamar.
"Upayanya sebatas yang bisa kita lakukan agar dia tidak putus sekolah. Kita masih mencari solusi pendekatan dengan sejumlah pondok pesantren di Magetan,” ucapnya.
Baca juga: Siswi SMP di Magetan Bolos Sekolah Enam Bulan karena Depresi Jadi Korban Perundungan
Menurut Suwata, Dinas Pendidikan telah memberikan upaya pendampingan terbaik kepada siswi, Namun peran orangtua untuk memberikan pemahaman terhadap anaknya juga dibutuhkan agar tidak mengurung di kamar dan melanjutkan sekolah.
“Upaya kita sudah pendampingan, tetapi orangtuanya harus mendukung. Kemarin kita kasih materi tetapi tidak dilaksanakan karena kurangnya dukungan orangtua,” pungkas Suwata.
Sebelumnya seorang siswi di salah satu SMP di Kabupaten Magetan memilih mengurung diri di dalam kamar karena mengalami perundungan di sekolah.
Dia mengaku diejek karena tidak memiliki Hp bagus sejak kelas 6 SD hingga SMP. Selama 6 bulan siswi tersebut memilih mengurung diri dan hanya keluar ketika mengambil makanan dan kebutuhan ke kamar mandi. Bahkan siswi tersebut pernah 3 hari memilih tidak mandi.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.