Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mahasiswa Baru Diduga Jadi Korban Kekerasan Senior gara-gara Rambut

Kompas.com - 26/09/2023, 15:19 WIB
Nugraha Perdana,
Farid Assifa

Tim Redaksi

MALANG, KOMPAS.com - Salah satu mahasiswa baru diduga menjadi korban kekerasan dalam kegiatan orientasi dan pendidikan (ordik) di Universitas Tribhuwana Tunggadewi (Unitri), Kota Malang, Jawa Timur. Pihak kampus meluruskan terkait peristiwa yang terjadi pada Senin (25/9/2023).

Kepala Biro Kemahasiswaan Unitri, Zuhdi Ma'sum mengatakan, persoalan yang ada berawal dari rambut salah satu mahasiswa baru bernama Jamal alias MJ yang diduga tidak sesuai aturan.

Kemudian, panitia ordik yang juga mahasiswa senior menegur MJ dan terjadi keributan. MJ dituding melanggar aturan atau berbuat indisipliner.

Baca juga: Mahasiswa Baru Dapat Makanan Basi Saat Ospek, UII Siap Tanggung Jawab

"Bahwa rambut ukuran sekian, batasan antara ini oke dan tidak oke, itu mereka memutuskan sendiri, menurut persepsi masing-masing, si korban mengatakan oke, si panitia masih kurang, nah itu seharusnya memang dilarikan ke kemahasiswaan bagaimana posisinya," kata Zuhdi, Selasa (26/9/2023).

Dia juga memahami, pihak panitia kurang mengetahui batas untuk mendisiplinkan mahasiswa baru. Usai kejadian itu, pihaknya telah menyampaikan kepada panitia untuk batasan disiplin mana yang menjadi kewenangan kampus.

"Di satu sisi ingin menegakkan disiplin, di satu sisi belum tahu sebatas mana mendisiplinkan orang, sebatas mana diserahkan ke yang lebih tinggi," katanya.

Pihaknya juga mengklaim, tidak ada tindakan kekerasan, seperti bentuk pemukulan yang diterima korban. Sedangkan dalam rekaman CCTV yang viral di media sosial disebutnya merupakan tindakan peleraian.

"Sebenarnya gambar itu peleraian, karena respons dia merasa takut, ada orang datang dia enggak bisa memilah lagi, apakah ini melerai atau memukul, sehingga dia takut, dia mundur," katanya.

Pihak kampus juga sudah memediasi antara panitia dan MJ, serta terjadi perdamaian. Kedua belah pihak juga sudah diberi pemahaman bahwa peristiwa yang terjadi murni hanyalah kesalahpahaman.

"Kemudian mereka sepakat, oke ya kasus ini selesai, tolong dipahami situasinya karena memang tensinya semuanya tinggi, dan kita berdamai saja, dan korban atau mahasiswa yang merasa dikerasi itu merasa oke setuju, kita berbaikan bersama-sama," katanya.

Baca juga: Pengakuan Maba UIN Solo yang Dipaksa Daftar Pinjol Saat Ospek, Ada yang Diminta Selfie dengan KTP

Dia berharap, persoalan yang ada menjadi pembelajaran dan evaluasi bersama bagi seluruh mahasiswa untuk kegiatan ordik selanjutnya. Sedangkan, untuk sanksi tegas kepada panitia belum bisa diberikan atau masih sebatas pembinaan.

"Tentu kita evaluasi dulu, tidak serta merta sanksi, karena sifat kita pembinaan, kalau pendekatan langsung hukum salah juga, kalau pembinaan ke depannya gimana, termasuk evaluasi program dan sebagainya," katanya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Remaja Korban Pemerkosaan di Banyuwangi Diminta Menikahi Pelaku, Pemkab: Tak Boleh Terjadi

Remaja Korban Pemerkosaan di Banyuwangi Diminta Menikahi Pelaku, Pemkab: Tak Boleh Terjadi

Surabaya
Plafon Ruang Kelas SDN di Magetan Ambrol, 3 Tahun Tak Ada Perbaikan

Plafon Ruang Kelas SDN di Magetan Ambrol, 3 Tahun Tak Ada Perbaikan

Surabaya
Mobil Terbakar di Parkiran RS Kertosono, Pemicunya Diduga 'Powerbank'

Mobil Terbakar di Parkiran RS Kertosono, Pemicunya Diduga "Powerbank"

Surabaya
Pria Ini Curi iPhone 11 dan Minyak Angin untuk Biaya Persalinan Istrinya

Pria Ini Curi iPhone 11 dan Minyak Angin untuk Biaya Persalinan Istrinya

Surabaya
Lembah Mbencirang di Mojokerto: Daya Tarik, Harga Tiket, dan Jam Buka

Lembah Mbencirang di Mojokerto: Daya Tarik, Harga Tiket, dan Jam Buka

Surabaya
Memaksa Minta Donasi untuk Palestina, 2 WNA Diamankan Imigrasi

Memaksa Minta Donasi untuk Palestina, 2 WNA Diamankan Imigrasi

Surabaya
Balon Udara Jatuh dan Meledak di Pacitan, Ketua RT: Suara Terdengar sampai 1 Km

Balon Udara Jatuh dan Meledak di Pacitan, Ketua RT: Suara Terdengar sampai 1 Km

Surabaya
Balon Udara Jatuh dan Meledak di Rumah Warga Pacitan, 4 Orang Luka

Balon Udara Jatuh dan Meledak di Rumah Warga Pacitan, 4 Orang Luka

Surabaya
Mantan Kades Tersangka Korupsi Dana Desa di Situbondo Kembalikan Uang Rp 287 Juta

Mantan Kades Tersangka Korupsi Dana Desa di Situbondo Kembalikan Uang Rp 287 Juta

Surabaya
KPU Kota Madiun Tetapkan 30 Caleg Terpilih, Tak Ada Parpol yang Bisa Usung Sendiri Calon pada Pilkada 2024

KPU Kota Madiun Tetapkan 30 Caleg Terpilih, Tak Ada Parpol yang Bisa Usung Sendiri Calon pada Pilkada 2024

Surabaya
Pabrik Sepatu Pailit, Nasib 395 Buruh di Kabupaten Madiun Terkatung-katung karena Tunggakan Gaji Tak Kunjung Dibayar

Pabrik Sepatu Pailit, Nasib 395 Buruh di Kabupaten Madiun Terkatung-katung karena Tunggakan Gaji Tak Kunjung Dibayar

Surabaya
Motif Suami di Malang Aniaya Istri yang Hamil, Tak Terima Korban Bertemu Teman Masa Sekolah

Motif Suami di Malang Aniaya Istri yang Hamil, Tak Terima Korban Bertemu Teman Masa Sekolah

Surabaya
Prakiraan Cuaca Malang Hari Ini Jumat 3 Mei 2024, dan Besok : Siang ini Hujan Ringan

Prakiraan Cuaca Malang Hari Ini Jumat 3 Mei 2024, dan Besok : Siang ini Hujan Ringan

Surabaya
Prakiraan Cuaca Surabaya Hari Ini Jumat 3 Mei 2024, dan Besok : Pagi ini Cerah

Prakiraan Cuaca Surabaya Hari Ini Jumat 3 Mei 2024, dan Besok : Pagi ini Cerah

Surabaya
Prakiraan Cuaca Tulungagung Hari Ini Jumat 3 Mei 2024, dan Besok : Tengah Malam ini Cerah Berawan

Prakiraan Cuaca Tulungagung Hari Ini Jumat 3 Mei 2024, dan Besok : Tengah Malam ini Cerah Berawan

Surabaya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com