LUMAJANG, KOMPAS.com - Ketersediaan tabung gas elpiji 3 kilogram di Kabupaten Lumajang mengalami kelangkaan sejak satu pekan terakhir.
Meski sudah berangsur normal, namun, di beberapa kecamatan seperti Pasrujambe dan Senduro, masyarakat masih mengeluh kesulitan mendapatkan tabung gas "melon" ini.
Di sisi lain, Pemerintah Kabupaten Lumajang ternyata belum memiliki data kebutuhan konsumsi elpiji 3 kilogram oleh masyarakat.
Baca juga: Bupati Lumajang Diadukan Pemilik Pangkalan Elpiji ke Polisi Terkait Postingan di Medsos
Hal ini disampaikan oleh Kepala Bagian Perekonomian dan SDA Setda Kabupaten Lumajang Yudho Hariyanto.
Meski begitu, setiap tahunnya, Kabupaten Lumajang mendapatkan jatah pasokan elpiji subsidi sebanyak 31.407 metrik ton setahun atau 10.469.000 tabung ukuran 3 kilogram.
"Kalau data kebutuhan elpiji masyarakat Lumajang per bulannya kita masih belum punya. Tapi, dalam setahun kita dapat kuota 31.407 mt," kata Yudho di kantornya, Jumat (4/8/2023).
Sebelumnya, Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa mengeluarkan surat edaran yang ditujukan kepada bupati dan wali kota untuk menangani penyaluran elpiji 3 kilogram ke konsumen.
Baca juga: Warga Lumajang Rela Antre Sejak Dinihari demi Dapat Elpiji 3 Kilogram
Salah satu isi surat tersebut adalah meminta bupati atau wali kota untuk mengusulkan kuota tambahan ke BPH Migas apabila kuota yang ada sudah terdistribusi seluruhnya.
Perihal surat edaran tersebut, Yudho mengatakan pihaknya telah dua kali mendapatkan kuota tambahan dari Pertamina.
Kuota tambahan itu, menurutnya didapatkan dari kuota cadangan yang dimiliki Kabupaten Lumajang sebanyak 2.098 metrik ton atau 696.333 tabung ukuran 3 kilogram.
"Kita sudah dua kali didrop tambahan, kalau berapanya saya kurang tahu, tapi usulan kita yang ada dalam surat hanya 100 persen gitu saja, yang tahu jumlahnya agen," jelasnya.
Untuk diketahui, jumlah agen di 21 kecamatan yang ada di Lumajang adalah 14. Sedangkan, pangkalan berjumlah 744 unit.
Baca juga: Bupati Lumajang Diadukan Pemilik Pangkalan Elpiji ke Polisi Terkait Postingan di Medsos
Jumlah tersebut, kata Yudho belum mampu untuk mendistribusikan gas subsidi langsung ke konsumen. Sehingga, masih banyak pengecer dan membuat harga melambung.
"Aslinya kurang. Kadang satu desa hanya ada satu pangkalan, warga mau ke pangkalan kan ya jauh jadi mending ke pengecer, ini yang menyebabkan ada perbedaan harga kadang tinggi. Tapi kalau aturannya memang distribusi hanya sampai pangkalan," terangnya.
Yudho mengimbau, masyarakat untuk tidak panic buying menghadapi kelangkaan elpiji tersebut.
Sebab, pemerintah telah mengajukan penambahan kuota untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.
Baca juga: Penjelasan Bupati Lumajang soal Video Sidak Pangkalan Elpiji yang Jadi Polemik
Selain itu, pangkalan elpiji diminta untuk melayani masyarakat yang ada di sekitar pangkalan. Tidak hanya melayani para pengecer.
"Kami imbau masyarakat tidak panic buying, kita sudah ajukan kuota tambahan dan saat ini situasi sudah berangsur normal. Nanti kalau ada yang masih kesulitan bisa melapor ke Pemkab," imbaunya.
"Pemilik pangkalan juga sayogyanya masyarakat sekitar ini yang diutamakan untuk dilayani agar manfaatnya bisa dirasakan," pungkasnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.