BLITAR, KOMPAS.com - Wali Kota Blitar Santoso mempersilakan pedagang ternak untuk membawa dagangannya ke pasar hewan di wilayah itu.
Santoso tidak mempermasalahkan jika ternak sapi yang diperdagangkan berasal dari daerah yang terjangkit wabah penyakit mulut dan kaki (PMK).
Baca juga: Kecelakaan Maut Sepeda Motor di Simpang Empat Kota Blitar, Satu Remaja Tewas
"Oh, kita welcome. Pedagang luar daerah silakan menjual ternak ke sini. Seperti tadi saya sampaikan kami sudah menyiapkan prosedur pemeriksaan kesehatan hewan sebelum diperjualbelikan di pasar," ujar Santoso kepada wartawan saat meninjau aktivitas perdagangan ternak sapi dan kambing di Pasar Hewan Dimoro, Kota Blitar, Selasa (17/5/2022).
Dalam peninjauan itu, Santoso didampingi Kepala Kepolisian Resor Blitar Kota AKBP Argowiyono dan Komandan Kodim 0808 Blitar Letkol (Inf) Didin Nasruddin Darsono.
Santoso menambahkan, dinas terkait sudah menyiapkan prosedur penanggulangan risiko kasus PMK di Kota Blitar. Salah satunya, menyiapkan pos pemeriksaan hewan ternak di sekitar Pasar Hewan Dimoro.
Setiap kendaraan yang membawa hewan ternak terutama sapi, harus berhenti di pos penyemprotan disinfektan. Selanjutnya, sebelum hewan-hewan diturunkan juga diperiksa oleh petugas kesehatan hewan.
"Kalau ada indikasi sapi terjangkit PMK diminta ditarik kembali, tidak boleh dibawa masuk," ujarnya.
Dengan mekanisme tersebut, Santoso yakin Kota Blitar akan tetap terbebas dari wabah PMK yang mulai merebak di Jawa Timur.
Santoso menuturkan, sejak kasus PMK muncul di sejumlah daerah, Pemkot Blitar melakukan observasi terhadap ternak di Blitar.
Hasilnya, kata dia, tidak ditemukan satu pun indikasi hewan ternak keluarga ruminansia atau hewan berkuku belah seperti sapi, kambing, dan lainnya yang terindikasi terjangkit PMK.
Observasi tersebut, tambahnya, dilakukan di kandang-kandang ternak maupun di pasar-pasar hewan yang ada di Kota Blitar.
"Hari ini Selasa Legi adalah waktunya pasaran di Pasar Dimoro. Pagi ini sudah masuk 400 sapi dan semua sudah melalui pemeriksaan. Alhamdulillah tidak ditemukan adanya indikasi PMK. Pada hari pasaran sebelumnya, ada 1.000 lebih sapi di pasar ini dan juga tidak ada indikasi PMK," ujarnya.
Santoso menampik Kota Blitar akan menutup pasar hewan seperti yang dilakukan Malang dan Tulungagung.
Menurut Santoso, saat ini banyak pedagang dari berbagai daerah sekitar seperti Tulungagung dan Trenggalek yang membawa sapi dan kambing untuk diperjualbelikan di pasar-pasar hewan di Kota Blitar.
"Tadi sudah saya sampaikan prosedurnya untuk masuk ke sini disemprot, setelah itu hewan turun diperiksa," ujarnya.