Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Forum Sesepuh dan Mustasyar NU Sebut Pencopotan Gus Yahya dari Ketum PBNU Tidak Sesuai Aturan

Kompas.com, 6 Desember 2025, 22:17 WIB
Moh. SyafiĆ­,
Andi Hartik

Tim Redaksi

JOMBANG, KOMPAS.com - Menyikapi polemik di tubuh Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), para kiai sepuh dan Mustasyar Nahdlatul Ulama menghadiri pertemuan dan silaturahmi di Pondok Pesantren Tebuireng, Kabupaten Jombang, Jawa Timur, Sabtu ((6/12/2025).

Pertemuan berlangsung tertutup di Ndalem Kasepuhan Tebuireng. Selain sejumlah kiai sepuh, pertemuan dan silaturahmi tersebut juga dihadiri para dzurriyah pendiri NU.

Seusai pertemuan, Forum Sesepuh dan Mustasyar NU menyampaikan kesimpulan hasil pertemuan dan pernyataan sikap.

HM. Abdul Mu’id, Kiai dari Pondok Pesantren Lirboyo, Kediri, ditunjuk sebagai juru bicara Forum Sesepuh dan Mustasyar NU di Tebuireng.

Baca juga: Kader Muda NU Desak Hentikan Kesewenang-wenangan di PBNU, Tegaskan Ketaatan pada Kiai Sepuh

Tak sesuai AD/ART

Ia mengungkapkan, salah satu kesimpulan dari pertemuan tersebut, yakni penilaian tidak sahnya pencopotan KH. Yahya Cholil Staquf atau Gus Yahya dari jabatan Ketua Umum PBNU, yang dilakukan melalui rapat Syuriah PBNU.

“Forum berpandangan bahwa proses pemakzulan ketua umum tidak sesuai dengan aturan organisasi sebagaimana ketentuan AD/ART,” ujar Gus Mu’id di Pesantren Tebuireng, Sabtu petang.

Baca juga: Gaspol Hari Ini: Mungkinkah PBNU Kembalikan Tambang ke Negara?

Meski menyebut adanya kesalahan proses dalam pencopotan Gus Yahya dari posisi Ketum PBNU, Forum Sesepuh dan Mustasyar NU juga menyatakan perlunya dilakukan klarifikasi atas dugaan pelanggaran yang dilakukan Gus Yahya.

Para kiai sepuh dan mustasyar NU, kata Gus Mu’id, menyebut adanya informasi kuat terjadinya pelanggaran atau kekeliruan serius dalam pengambilan keputusan yang dilakukan oleh Gus Yahya selaku ketua umum PBNU.

“Meski demikian, forum juga melihat adanya informasi kuat terjadinya pelanggaran atau kekeliruan serius dalam pengambilan keputusan oleh ketua umum, yang perlu diklarifikasi melalui mekanisme organisasi secara menyeluruh,” tambahnya.

Rekomendasi forum

Dikatakan Gus Mu’id, para kiai sepuh dan Mustasyar NU, merekomendasikan agar Rapat Pleno untuk menetapkan Pj tidak diselenggarakan sebelum seluruh prosedur dan musyawarah diselesaikan sesuai ketentuan organisasi.

Kemudian, lanjutnya, Forum Sesepuh juga mengajak seluruh pihak untuk menahan diri, menjaga ketertiban organisasi, dan menghindari langkah yang berpotensi memperbesar ketegangan. 

“Forum menegaskan bahwa persoalan ini hendaknya diselesaikan melalui mekanisme internal NU, tanpa melibatkan institusi atau proses eksternal, demi menjaga kewibawaan jam’iyyah dan memelihara NU sebagai aset besar bangsa,” kata Gus Mu’id.

Para tokoh NU

Pertemuan dan silaturahmi para sesepuh dan Mustasyar NU di Pesantren Tebuireng itu diikuti oleh Pengasuh Pesantren Tebuireng KH. Abdul Hakim Mahfudz, serta dr. Umar Wahid, selaku sohibul hajat.

Kemudian, ada Mantan Ketua Umum PBNU KH. Said Aqil Siradj, Pengasuh Pondok Pesantren Lirboyo KH. Anwar Manshur, serta Pengasuh Pondok Pesantren (Ponpes) Al-Falah Ploso, Kediri, KH Nurul Huda Djazuli.

Selain itu, hadir juga Pengasuh Pesantren Denanyar Jombang, KH. Abdus Salam Sohib, serta putri Pendiri NU KH. Abdul Wahab Chasbullah, Hj. Mahfudhoh.

Sedangkan dari jajaran PBNU, turut hadir antara lain Muhammad Nuh, selaku Rais Syuriyah PBNU, serta KH. Yahya Cholil Staquf atau Gus Yahya, dan KH. Amin Said Husni.

Beberapa tokoh hadir dan mengikuti pertemuan melalui Zoom Meeting. Mereka adalah KH. Ma’ruf Amin, Hj. Sinta Nuriyah Wahid, serta KH. Abdullah Ubab Maimoen.

Dua sesi pertemuan

Pertemuan dan silaturahmi para kiai sepuh dan Mustasyar NU dengan kedua belah pihak yang berpolemik di PBNU, berlangsung dalam dua sesi. Keduanya berlangsung di Ndalem Kasepuhan Tebuireng.

Sesi pertama, pertemuan antara perwakilan Rais A’am PBNU dengan para kiai sepuh dan Mustasyar NU. Muhammad Nuh, salah satu Rais Syuriah PBNU, hadir mewakili Rais A’am PBNU, KH. Miftahul Akhyar.

"Beliau (Rais A'am PBNU) sedang ada acara haul di Lasem, sehingga berhalangan. Demikian juga dengan Wakil Rais A'am Kiai Anwar Iskandar," kata M Nuh di Pesantren Tebuireng.

"Oleh karena itu beliau mengutus saya dan Mas Nur Hidayat (Wasekjen PBNU). Tugas saya menyampaikan apa adanya yang sedang terjadi," usai bertemu dengan para kiai sepuh dan Mustasyar NU.

Sesi pertama berlangsung pada pukul 11.00 WIB hingga pukul 14.00 WIB. Adapun sesi kedua, berlangsung dari pukul 14.00 WIB hingga pukul 17.00 WIB.

Perasaan Gus Yahya

Pertemuan sesi kedua, merupakan para kiai sepuh dan Mustasyar NU yang bermaksud meminta penjelasan dan memberikan ruang klarifikasi bagi Gus Yahya.

Usai mengikuti pertemuan, Gus Yahya menyampaikan perasaannya setelah bertemu dan melakukan dialog dengan para sesepuh dan Mustasyar NU.

“Saya tadi sudah menghadap para Kiai dan Bu Nyai yang merupakan sesepuh Mustasyar dan sesepuh ulama,” kata Gus Yahya di Pesantren Tebuireng.

“Saya sangat berterima kasih bahwa beliau-beliau berkenan untuk memanggil saya. Saya sangat terharu, bahwa para sesepuh masih begitu peduli terhadap Jam’iyah Nahdlatul Ulama,” lanjut dia.

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang



Terkini Lainnya
Ajak Warga Jatim Tanam Pohon, Khofifah: Paling Tidak Tiap Ulang Tahun
Ajak Warga Jatim Tanam Pohon, Khofifah: Paling Tidak Tiap Ulang Tahun
Surabaya
PTPN Sebut Warga Berstatus Karyawan BUMN di KTP adalah Pekerja Borongan
PTPN Sebut Warga Berstatus Karyawan BUMN di KTP adalah Pekerja Borongan
Surabaya
Banjir Lahar Semeru, Batu Besar Tutupi Jembatan Limpas, Akses 3 Dusun di Lumajang Terputus
Banjir Lahar Semeru, Batu Besar Tutupi Jembatan Limpas, Akses 3 Dusun di Lumajang Terputus
Surabaya
Alasan Kejari Situbondo Tuntut Kakek Pemikat Cendet 2 Tahun Penjara
Alasan Kejari Situbondo Tuntut Kakek Pemikat Cendet 2 Tahun Penjara
Surabaya
Infrastruktur di Lumajang yang Rusak akibat Banjir Lahar Diperbaiki dengan Skema Patungan
Infrastruktur di Lumajang yang Rusak akibat Banjir Lahar Diperbaiki dengan Skema Patungan
Surabaya
SEA Games 2025, Atlet Petanque Asal Kota Pasuruan Sumbang Medali Perunggu
SEA Games 2025, Atlet Petanque Asal Kota Pasuruan Sumbang Medali Perunggu
Surabaya
131 Jukir Liar di Surabaya Ditangkap Sepanjang 2025
131 Jukir Liar di Surabaya Ditangkap Sepanjang 2025
Surabaya
Gubernur Khofifah: Gula Merah Lumajang Bisa Dijual ke Pasar Internasional
Gubernur Khofifah: Gula Merah Lumajang Bisa Dijual ke Pasar Internasional
Surabaya
Mahasiswa Terdampak Bencana Sumatera, UTM Bebaskan UKT hingga Semester 8
Mahasiswa Terdampak Bencana Sumatera, UTM Bebaskan UKT hingga Semester 8
Surabaya
Curhat Kurir Paket di Banyuwangi, Kena Omel gara-gara Order Palsu
Curhat Kurir Paket di Banyuwangi, Kena Omel gara-gara Order Palsu
Surabaya
Khofifah Tinjau Pembangunan 2 Jembatan yang Ambruk di Lumajang, Pastikan Rampung 31 Desember
Khofifah Tinjau Pembangunan 2 Jembatan yang Ambruk di Lumajang, Pastikan Rampung 31 Desember
Surabaya
Antre 3 Jam di Pasar Murah Pemprov Jatim di Lumajang, Warga Pulang Tangan Kosong
Antre 3 Jam di Pasar Murah Pemprov Jatim di Lumajang, Warga Pulang Tangan Kosong
Surabaya
Unair Terjunkan Bantuan Teknologi dan Tim Manajemen Bencana ke Sumatera
Unair Terjunkan Bantuan Teknologi dan Tim Manajemen Bencana ke Sumatera
Surabaya
Banjir Bandang Probolinggo, Puluhan Rumah dan 4 Jembatan Rusak, Ribuan Warga Terisolasi
Banjir Bandang Probolinggo, Puluhan Rumah dan 4 Jembatan Rusak, Ribuan Warga Terisolasi
Surabaya
Harapan Para Tukang Becak Lansia asal Kota Pasuruan Penerima Becak Listrik: Semoga Diminati seperti Ojek Online
Harapan Para Tukang Becak Lansia asal Kota Pasuruan Penerima Becak Listrik: Semoga Diminati seperti Ojek Online
Surabaya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau