SURABAYA, KOMPAS.com - Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains dan Teknologi (Kemendiktisaintek) menaikkan anggaran riset pada tahun 2025 sebesar 218 persen dari tahun sebelumnya.
Hal itu disampaikan oleh Wamendiktisaintek, Prof Stella Christy dalam agenda Konferensi Puncak Pendidikan Tinggi Indonesia (KPPTI) di Universitas Negeri Surabaya (Unesa) pada Jumat (21/11/2025).
Disebutkan, pada tahun 2024 anggaran riset sebesar Rp 1,4 triliun.
Angka tersebut dinaikkan 218 persen tahun depan menjadi Rp 3,2 triliun.
“Kalau ada berita efisiensi dana riset dipotong itu tidak benar, tidak ada satu rupiah pun yang dipotong, bahkan kita meningkatkan 218 persen,” kata Stella, Jumat (21/11/2025).
Baca juga: Kemdiktisaintek Siapkan Rp 2 Miliar untuk Riset yang Siap Diterapkan ke Industri
Tambahan dana tersebut diambil dari sumber mitra Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) di Kemendiktisaintek yang memperjuangkan dana insentif riset bagi peneliti.
“Jadi kita sudah berhasil karena kita mendapatkan anggaran tambahan untuk riset dari sumber LPDP, itu berhasil kita ubah peraturannya sehingga itu memberikan insentif langsung kepada peneliti kita,” bebernya.
Stella mengatakan, belum setengah dana riset tersebut sumbernya dari Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN). Tetapi pihaknya masin berupaya.
“Belum setengah dari dana kita yang berasal dari APBN murni, kita masih belum dibolehkan untuk memberikan insentif langsung tapi kita perjuangkan," ujarnya.
Baca juga: Kerja Sama dengan China, UI Bertekad Jadi Pusat Riset Metalurgi Dunia
Selama ini dana riset umumnya tidak diberikan langsung kepada peneliti melainkan disalurkan melalui institusi induk.
Oleh sebab itu, untuk menambah semangat peneliti pihaknya sedang memperjuangkan penyaluran secara langsung.
“Karena kita tidak memberikan insentif langsung kepada peneliti kita, ini tidak akan memberikan semangat dan juga tidak akan memberikan sesuatu yang nyata bagi penelitian, bahwa sumbangsih mereka di dalam riset yang kompetitif itulah yang sangat diperlukan oleh negara,” terangnya.
Baca juga: Kurangi Pengangguran, Mendikti Saintek Dorong Mahasiswa Indonesia Cari Kerja ke Luar Negeri
Riset itu ditekankan pada Global Best Practice, meski begitu Stell menegaskan bukan berarti mengabaikan potensi lokal.
Pihaknya mengklaim selama ini tidak hanya bekerja sama dengan asing tetapi juga perguruan tinggi di Indonesia.
"Global bukan berarti kita mengabaikan apa yang ada di lokal. Tidak, malah sebaliknya. Saya dan tim sangat sering bekerja sama dengan asing, baik langsung mengunjungi maupun mengundang mereka untuk datang di Kemenristek. Tetapi yang lebih sering lagi yang saya dan tim lakukan adalah mengunjungi semua universitas-universitas di berbagai daerah," pungkasnya.
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang