Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dua Penambang Batu Asah di Pacitan Tewas, Diduga Keracunan Gas Bawah Tanah

Kompas.com, 18 Oktober 2025, 20:57 WIB
Slamet Widodo,
Aloysius Gonsaga AE

Tim Redaksi

PACITAN, KOMPAS.com – Dua penambang batu asah di Kabupaten Pacitan, Jawa Timur, ditemukan meninggal dunia di lokasi penambangan pada Sabtu (18/10/2025).

Kedua korban, berinisial MS dan SG, merupakan warga Desa Jeruk, Kecamatan Bandar, Kabupaten Pacitan.

Mereka diduga tewas akibat menghirup gas beracun dari dalam tanah.

Kedua korban ditemukan dalam kondisi tidak bernyawa saat sedang menambang di area tambang tradisional di Dusun Jambu, Desa Jeruk.

Baca juga: Polres Pacitan Terima Aduan Cek Rp 3 Miliar Palsu yang Jadi Mahar Pernikahan Viral

Menurut informasi, saat kejadian, mereka sedang beraktivitas di dalam lubang tambang yang berbentuk goa ketika tiba-tiba kehilangan kesadaran dan tidak dapat diselamatkan.

Kapolres Pacitan, AKBP Ayub Diponegoro Azhar, membenarkan peristiwa tersebut.

Setelah menerima laporan dari warga mengenai adanya dua korban meninggal, polisi segera menuju lokasi tambang batu asah tradisional untuk melakukan penyelidikan.

“Kami cek lokasi terlebih dahulu, mengamankan lokasi, serta meminta keterangan para saksi. Petugas juga akan melakukan pemeriksaan medis ke rumah sakit untuk mendapatkan visum maupun hasil otopsi sementara." 

"Langkah ini diperlukan untuk proses penyelidikan dan penyidikan guna memastikan penyebab pasti kematian para penambang,” ujar Ayub melalui pesan singkat.

Tim Inafis Satreskrim Polres Pacitan bersama Polsek Bandar telah memasang garis polisi di sekitar area tambang.

Baca juga: Kasus Mahar Rp 3 Miliar Sudah Dilaporkan, Kapolres Pacitan: Kita Bakal Segera Periksa Saksi

Kondisi tambang sempit, korban hirup gas bawah tanah

Pemeriksaan awal menunjukkan bahwa kondisi tambang cukup sempit dan minim ventilasi udara.

Kasatreskrim Polres Pacitan, AKP Choirul Maskanan, menjelaskan bahwa berdasarkan pemeriksaan awal, kuat dugaan kedua korban meninggal akibat keracunan gas bawah tanah.

“Info sementara, diduga kedua korban menghirup gas bawah tanah sehingga keracunan. Lokasinya berbentuk goa yang sudah digali secara turun-temurun untuk diambil batu asahnya,” ungkap Choirul.

Ia juga menambahkan bahwa kondisi lubang tambang yang tertutup dan kurangnya sirkulasi udara berpotensi memerangkap gas berbahaya di dalamnya.

Baca juga: Keluarga Gadis Pacitan Yakin Mahar Kakek Tarman Asli, Cek Rp 3 Miliar Akan Dicairkan

Saat ini, polisi masih menunggu hasil visum korban untuk memastikan jenis gas yang diduga menyebabkan kematian kedua penambang tersebut.

“Diimbau agar warga lebih berhati-hati dalam melakukan aktivitas penambangan tradisional, terutama di lokasi tertutup yang rawan gas beracun,” tegas Choirul.

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang



Terkini Lainnya
Ajak Warga Jatim Tanam Pohon, Khofifah: Paling Tidak Tiap Ulang Tahun
Ajak Warga Jatim Tanam Pohon, Khofifah: Paling Tidak Tiap Ulang Tahun
Surabaya
PTPN Sebut Warga Berstatus Karyawan BUMN di KTP adalah Pekerja Borongan
PTPN Sebut Warga Berstatus Karyawan BUMN di KTP adalah Pekerja Borongan
Surabaya
Banjir Lahar Semeru, Batu Besar Tutupi Jembatan Limpas, Akses 3 Dusun di Lumajang Terputus
Banjir Lahar Semeru, Batu Besar Tutupi Jembatan Limpas, Akses 3 Dusun di Lumajang Terputus
Surabaya
Alasan Kejari Situbondo Tuntut Kakek Pemikat Cendet 2 Tahun Penjara
Alasan Kejari Situbondo Tuntut Kakek Pemikat Cendet 2 Tahun Penjara
Surabaya
Infrastruktur di Lumajang yang Rusak akibat Banjir Lahar Diperbaiki dengan Skema Patungan
Infrastruktur di Lumajang yang Rusak akibat Banjir Lahar Diperbaiki dengan Skema Patungan
Surabaya
SEA Games 2025, Atlet Petanque Asal Kota Pasuruan Sumbang Medali Perunggu
SEA Games 2025, Atlet Petanque Asal Kota Pasuruan Sumbang Medali Perunggu
Surabaya
131 Jukir Liar di Surabaya Ditangkap Sepanjang 2025
131 Jukir Liar di Surabaya Ditangkap Sepanjang 2025
Surabaya
Gubernur Khofifah: Gula Merah Lumajang Bisa Dijual ke Pasar Internasional
Gubernur Khofifah: Gula Merah Lumajang Bisa Dijual ke Pasar Internasional
Surabaya
Mahasiswa Terdampak Bencana Sumatera, UTM Bebaskan UKT hingga Semester 8
Mahasiswa Terdampak Bencana Sumatera, UTM Bebaskan UKT hingga Semester 8
Surabaya
Curhat Kurir Paket di Banyuwangi, Kena Omel gara-gara Order Palsu
Curhat Kurir Paket di Banyuwangi, Kena Omel gara-gara Order Palsu
Surabaya
Khofifah Tinjau Pembangunan 2 Jembatan yang Ambruk di Lumajang, Pastikan Rampung 31 Desember
Khofifah Tinjau Pembangunan 2 Jembatan yang Ambruk di Lumajang, Pastikan Rampung 31 Desember
Surabaya
Antre 3 Jam di Pasar Murah Pemprov Jatim di Lumajang, Warga Pulang Tangan Kosong
Antre 3 Jam di Pasar Murah Pemprov Jatim di Lumajang, Warga Pulang Tangan Kosong
Surabaya
Unair Terjunkan Bantuan Teknologi dan Tim Manajemen Bencana ke Sumatera
Unair Terjunkan Bantuan Teknologi dan Tim Manajemen Bencana ke Sumatera
Surabaya
Banjir Bandang Probolinggo, Puluhan Rumah dan 4 Jembatan Rusak, Ribuan Warga Terisolasi
Banjir Bandang Probolinggo, Puluhan Rumah dan 4 Jembatan Rusak, Ribuan Warga Terisolasi
Surabaya
Harapan Para Tukang Becak Lansia asal Kota Pasuruan Penerima Becak Listrik: Semoga Diminati seperti Ojek Online
Harapan Para Tukang Becak Lansia asal Kota Pasuruan Penerima Becak Listrik: Semoga Diminati seperti Ojek Online
Surabaya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau