JEMBER, KOMPAS.com - Ketua Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LP2M) Universitas Jember (Unej) Profesor Yuli Witono memastikan penarikan dini tak akan mempengaruhi nilai mahasiswa KKN.
Yuli mengatakan, mahasiswa KKN kolaboratif seharusnya baru akan ditarik pada 20 Agustus nanti.
Namun, usai insiden motor mereka kemalingan di Balai Desa Alun-alun Kecamatan Ranuyoso Kabupaten Lumajang, seluruhnya ditarik lebih cepat pada 9 Agustus.
Baca juga: Polda Jatim Turun Tangan Buru Pelaku Curanmor Mahasiswa KKN di Lumajang
Hal itu tak akan mempengaruhi penilaian, sebab memang dalam situasi darurat.
Pihak kampus sudah menyiapkan instrumen penilaian.
Mahasiswa mendapatkan dispensasi dengan kompensasi.
"Anak-anak tidak perlu khawatir karena sebagian besar programnya di desa itu sudah selesai ya. Anak-anak tinggal evaluasi, menyampaikan laporan, membuat video, asesmen, dan mungkin sosialisasi," kata Yuli, Selasa (12/8/2025).
Baca juga: Polisi Bentuk Timsus, Cari Pelaku Pencurian 4 Motor Mahasiswa KKN di Lumajang
Yuli menyarankan kepada mahasiswa yang sudah memiliki kemistri dan hubungan baik dengan desa tempat KKN, bisa menindaklanjuti programnya.
Tentu ketika desa tersebut sudah dinilai dalam keadaan kondusif.
Selain itu, alasan meminta mahasiswa tetap meneruskan programnya karena penempatan KKN sebagian besar berbasis desa atau wilayah asalnya.
"Tentu anak-anak juga pasti punya hubungan yang baik dengan desa. Jadi tidak perlu khawatir," katanya.
Baca juga: Sudah Seminggu, Kasus Pencurian Motor Milik Mahasiswa KKN di Situbondo Belum Terungkap
Unej menarik 1.307 mahasiswanya dalam KKN kolaboratif tersebut.
Pihak kampus saat ini tengah melakukan evaluasi atas pencurian motor mahasiswanya.
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang