Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Musim Nikah, Pengrajin Ronce Melati Kebanjiran Pesanan

Kompas.com, 13 Juni 2025, 16:07 WIB
Yulian Isna Sri Astuti,
Aloysius Gonsaga AE

Tim Redaksi

BANGKALAN, KOMPAS.com - Bulan Syawal dan Dzulhijjah menjadi waktu yang sangat dinanti oleh masyarakat Dusun Bunalas, Kelurahan Tunjung, Kecamatan Burneh, Kabupaten Bangkalan, Jawa Timur.

Dua bulan tersebut menjadi ladang rezeki bagi para perajin ronce melati di wilayah tersebut, seiring dengan meningkatnya permintaan untuk keperluan pernikahan.

Banyak lahan pertanian di daerah ini digunakan untuk menanam melati, sehingga warga setempat menggantungkan hidup mereka sebagai perajin ronce melati.

Salah satu perajin, Masriya (32), mengungkapkan bahwa usaha pembuatan ronce melati telah digeluti keluarganya sejak tahun 1960-an.

Baca juga: Ngabuburit, Latih Sabar dan Telaten dengan Ronce Melati

Awalnya, nenek buyut Masriya memulai usaha ini setelah melihat banyaknya tanaman bunga melati tumbuh subur di daerahnya.

"Awalnya ya buat untuk kalung manten. Lalu setelah itu mulai ada yang pesan lagi," ucapnya, Jumat (13/6/2025).

Usaha yang dimulai nenek buyutnya itu semakin dikenal masyarakat dan kebutuhan akan ronce melati terus berkembang hingga kini telah mencapai generasi keempat.

Masriya mengaku kedekatannya dengan ronce melati dimulai saat ia duduk di bangku sekolah dasar, di mana ia sering melihat ibunya menggarap pesanan ronce melati.

"Waktu kecil selalu memperhatikan ibu membuat ronce. Saya juga sering main di dekat ibu, mencoba merangkai bunga melati yang tak terpakai," tuturnya.

Pengrajin ronce melati sedang membuat pesanan pelanggannya. Pengrajin membuat ronce melati untuk pengantin di Kelurahan Tunjung, Kecamatan Burneh, Kabupaten Bangkalan, Jumat (13/6/2025). KOMPAS.com/Yulian Isna Sri Astuti Pengrajin ronce melati sedang membuat pesanan pelanggannya. Pengrajin membuat ronce melati untuk pengantin di Kelurahan Tunjung, Kecamatan Burneh, Kabupaten Bangkalan, Jumat (13/6/2025).

Keseriusannya dalam menggeluti kerajinan ini dimulai saat ia bersekolah di tingkat menengah pertama (SMP). Ia mulai membantu ibunya sepulang sekolah dan mendapatkan upah untuk membeli jajan.

Kegemarannya terhadap kerajinan ini terus berlanjut hingga kini, dan ia melanjutkan usaha ronce yang diwariskan oleh nenek buyutnya.

"Sekarang sudah empat generasi," tuturnya.

Kerajinan ronce milik Masriya kini sudah dikenal luas, dengan puluhan pekerja yang membantunya menggarap pesanan.

Pada musim pernikahan seperti saat ini, pesanan mencapai 30 set per hari, sedangkan pada hari biasa hanya berkisar antara 5 hingga 10 pesanan.

Baca juga: Menyelisik Kampung Melati di Sumenep, Sentra Ronce yang Tetap Bertahan di Tengah Zaman

Setiap pekerja akan diberi upah sesuai tingkat kesulitan dan kecepatan pembuatan ronce, mulai dari Rp 30.000 hingga Rp 50.000 per ronce yang dapat diselesaikan.

Halaman:


Terkini Lainnya
Ajak Warga Jatim Tanam Pohon, Khofifah: Paling Tidak Tiap Ulang Tahun
Ajak Warga Jatim Tanam Pohon, Khofifah: Paling Tidak Tiap Ulang Tahun
Surabaya
PTPN Sebut Warga Berstatus Karyawan BUMN di KTP adalah Pekerja Borongan
PTPN Sebut Warga Berstatus Karyawan BUMN di KTP adalah Pekerja Borongan
Surabaya
Banjir Lahar Semeru, Batu Besar Tutupi Jembatan Limpas, Akses 3 Dusun di Lumajang Terputus
Banjir Lahar Semeru, Batu Besar Tutupi Jembatan Limpas, Akses 3 Dusun di Lumajang Terputus
Surabaya
Alasan Kejari Situbondo Tuntut Kakek Pemikat Cendet 2 Tahun Penjara
Alasan Kejari Situbondo Tuntut Kakek Pemikat Cendet 2 Tahun Penjara
Surabaya
Infrastruktur di Lumajang yang Rusak akibat Banjir Lahar Diperbaiki dengan Skema Patungan
Infrastruktur di Lumajang yang Rusak akibat Banjir Lahar Diperbaiki dengan Skema Patungan
Surabaya
SEA Games 2025, Atlet Petanque Asal Kota Pasuruan Sumbang Medali Perunggu
SEA Games 2025, Atlet Petanque Asal Kota Pasuruan Sumbang Medali Perunggu
Surabaya
131 Jukir Liar di Surabaya Ditangkap Sepanjang 2025
131 Jukir Liar di Surabaya Ditangkap Sepanjang 2025
Surabaya
Gubernur Khofifah: Gula Merah Lumajang Bisa Dijual ke Pasar Internasional
Gubernur Khofifah: Gula Merah Lumajang Bisa Dijual ke Pasar Internasional
Surabaya
Mahasiswa Terdampak Bencana Sumatera, UTM Bebaskan UKT hingga Semester 8
Mahasiswa Terdampak Bencana Sumatera, UTM Bebaskan UKT hingga Semester 8
Surabaya
Curhat Kurir Paket di Banyuwangi, Kena Omel gara-gara Order Palsu
Curhat Kurir Paket di Banyuwangi, Kena Omel gara-gara Order Palsu
Surabaya
Khofifah Tinjau Pembangunan 2 Jembatan yang Ambruk di Lumajang, Pastikan Rampung 31 Desember
Khofifah Tinjau Pembangunan 2 Jembatan yang Ambruk di Lumajang, Pastikan Rampung 31 Desember
Surabaya
Antre 3 Jam di Pasar Murah Pemprov Jatim di Lumajang, Warga Pulang Tangan Kosong
Antre 3 Jam di Pasar Murah Pemprov Jatim di Lumajang, Warga Pulang Tangan Kosong
Surabaya
Unair Terjunkan Bantuan Teknologi dan Tim Manajemen Bencana ke Sumatera
Unair Terjunkan Bantuan Teknologi dan Tim Manajemen Bencana ke Sumatera
Surabaya
Banjir Bandang Probolinggo, Puluhan Rumah dan 4 Jembatan Rusak, Ribuan Warga Terisolasi
Banjir Bandang Probolinggo, Puluhan Rumah dan 4 Jembatan Rusak, Ribuan Warga Terisolasi
Surabaya
Harapan Para Tukang Becak Lansia asal Kota Pasuruan Penerima Becak Listrik: Semoga Diminati seperti Ojek Online
Harapan Para Tukang Becak Lansia asal Kota Pasuruan Penerima Becak Listrik: Semoga Diminati seperti Ojek Online
Surabaya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau