Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Warga Blitar Ketakutan, Buayanya yang Dulu Sebesar Kadal Kini Panjangnya 3 Meter, Damkar Pun Menyerah

Kompas.com, 3 Juni 2025, 10:47 WIB
Asip Agus Hasani,
Icha Rastika

Tim Redaksi

BLITAR, KOMPAS.com – Riadi, seorang warga Desa Salam, Kecamatan Wonodadi, Kabupaten Blitar, kini ketakutan setelah buaya yang dipeliharanya selama delapan tahun telah tumbuh besar dengan panjang sekitar tiga meter.

Ia memelihara buaya itu di samping rumahnya. Keberadaan buaya milik Riadi kini membuat resah warga sekitar.

Warga pun mendesak agar buaya itu segera dipindahkan dari desa mereka.

Damkar menyerah

Kasi Pemadam dan Penyelamatan pada Unit Damkar Kabupaten Blitar, Tedy Prasojo menyampaikan bahwa keberadaan buaya tersebut membawa risiko tinggi bagi keselamatan warga.

“Ukuran kandang buaya lebih kecil dibandingkan ukuran buaya,” ujar Tedy.

Baca juga: Pelihara Buaya Papua sejak Bayi, Warga Blitar Kini Ketakutan karena Satwa Buas Itu Sudah Sepanjang 3 Meter

Kandang buaya tersebut hanya berukuran sekitar 2,5 meter x 1 meter, sedangkan buaya telah tumbuh panjang sekitar tiga meter.

“Waktu tadi saya cek ke lokasi, posisi ekor dan kepala buaya itu sampai harus ditekuk karena ukuran kandangnya terlalu kecil,” katanya. 

Tedy juga menyoroti kekuatan dinding kandang yang dinilai terlalu ringkih, dengan ketebalan hanya sekitar tujuh sentimeter. 

“Betul. Buayanya kalau sampai berontak mestinya tidak sulit menjebol dinding kandang,” ujarnya.

Meski telah menerima laporan mengenai buaya tersebut, Tedy mengaku pihaknya tidak dapat berbuat banyak karena tidak memiliki peralatan memadai untuk memindahkan buaya besar.

“Kami tidak punya alat untuk membius satwa besar seperti itu. Dan kami tidak berani kalau tidak dibius lebih dulu. Pasti akan membahayakan teman-teman,” tuturnya.

Saat ini, Tedy menyampaikan bahwa pihaknya telah melaporkan keberadaan buaya yang jenisnya belum diketahui itu ke Tim SAR Surabaya.

Awalnya seukuran kadal

Kepala Desa Salam, Kurniawan Zuhri menyampaikan bahwa pemilik buaya, Riadi awalnya tidak menyangka peliharaannya akan tumbuh sebesar sekarang.

“Ceritanya dulu waktu dibawa ke sini mungkin masih seukuran kadal. Mungkin dulu bawanya juga dari Papua pakai botol aqua karena masih bayi,” ungkap Kurniawan saat dihubungi melalui sambungan telepon, Senin (2/6/2025) sore.

Baca juga: Warga Bantul Dikejutkan Kemunculan Buaya di Sungai Progo, Terekam Video

Keresahan pemilik maupun warga sekitar sebenarnya sudah muncul sejak dua hingga tiga tahun lalu.

Kurniawan menyebutkan bahwa Riadi dan warga sekitar telah mendesaknya untuk mengambil langkah guna memindahkan buaya berbahaya itu.

Dia mengaku telah melaporkan situasi ini ke pihak Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) yang telah melakukan dua kali kunjungan ke lokasi.

Namun, tidak ada tindak lanjut dari BKSDA hingga Kurniawan kembali menghubungi mereka pekan lalu dan mendapatkan informasi bahwa BKSDA tidak lagi berwenang menangani satwa liar.

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang



Terkini Lainnya
Ajak Warga Jatim Tanam Pohon, Khofifah: Paling Tidak Tiap Ulang Tahun
Ajak Warga Jatim Tanam Pohon, Khofifah: Paling Tidak Tiap Ulang Tahun
Surabaya
PTPN Sebut Warga Berstatus Karyawan BUMN di KTP adalah Pekerja Borongan
PTPN Sebut Warga Berstatus Karyawan BUMN di KTP adalah Pekerja Borongan
Surabaya
Banjir Lahar Semeru, Batu Besar Tutupi Jembatan Limpas, Akses 3 Dusun di Lumajang Terputus
Banjir Lahar Semeru, Batu Besar Tutupi Jembatan Limpas, Akses 3 Dusun di Lumajang Terputus
Surabaya
Alasan Kejari Situbondo Tuntut Kakek Pemikat Cendet 2 Tahun Penjara
Alasan Kejari Situbondo Tuntut Kakek Pemikat Cendet 2 Tahun Penjara
Surabaya
Infrastruktur di Lumajang yang Rusak akibat Banjir Lahar Diperbaiki dengan Skema Patungan
Infrastruktur di Lumajang yang Rusak akibat Banjir Lahar Diperbaiki dengan Skema Patungan
Surabaya
SEA Games 2025, Atlet Petanque Asal Kota Pasuruan Sumbang Medali Perunggu
SEA Games 2025, Atlet Petanque Asal Kota Pasuruan Sumbang Medali Perunggu
Surabaya
131 Jukir Liar di Surabaya Ditangkap Sepanjang 2025
131 Jukir Liar di Surabaya Ditangkap Sepanjang 2025
Surabaya
Gubernur Khofifah: Gula Merah Lumajang Bisa Dijual ke Pasar Internasional
Gubernur Khofifah: Gula Merah Lumajang Bisa Dijual ke Pasar Internasional
Surabaya
Mahasiswa Terdampak Bencana Sumatera, UTM Bebaskan UKT hingga Semester 8
Mahasiswa Terdampak Bencana Sumatera, UTM Bebaskan UKT hingga Semester 8
Surabaya
Curhat Kurir Paket di Banyuwangi, Kena Omel gara-gara Order Palsu
Curhat Kurir Paket di Banyuwangi, Kena Omel gara-gara Order Palsu
Surabaya
Khofifah Tinjau Pembangunan 2 Jembatan yang Ambruk di Lumajang, Pastikan Rampung 31 Desember
Khofifah Tinjau Pembangunan 2 Jembatan yang Ambruk di Lumajang, Pastikan Rampung 31 Desember
Surabaya
Antre 3 Jam di Pasar Murah Pemprov Jatim di Lumajang, Warga Pulang Tangan Kosong
Antre 3 Jam di Pasar Murah Pemprov Jatim di Lumajang, Warga Pulang Tangan Kosong
Surabaya
Unair Terjunkan Bantuan Teknologi dan Tim Manajemen Bencana ke Sumatera
Unair Terjunkan Bantuan Teknologi dan Tim Manajemen Bencana ke Sumatera
Surabaya
Banjir Bandang Probolinggo, Puluhan Rumah dan 4 Jembatan Rusak, Ribuan Warga Terisolasi
Banjir Bandang Probolinggo, Puluhan Rumah dan 4 Jembatan Rusak, Ribuan Warga Terisolasi
Surabaya
Harapan Para Tukang Becak Lansia asal Kota Pasuruan Penerima Becak Listrik: Semoga Diminati seperti Ojek Online
Harapan Para Tukang Becak Lansia asal Kota Pasuruan Penerima Becak Listrik: Semoga Diminati seperti Ojek Online
Surabaya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau