MALANG, KOMPAS.com - Menjelang perayaan Idul Adha 1446 Hijriah, perajin pandai besi di Jalan Kyai Ageng Gribig, Kedungkandang, Kota Malang, mengalami lonjakan pesanan.
Sejak awal Mei 2025, pesanan untuk pembuatan dan perbaikan pisau, terutama untuk keperluan kurban, terus berdatangan tanpa henti.
Sunardi (65), seorang pandai besi, mengungkapkan bahwa peningkatan permintaan mulai terasa sejak satu bulan sebelum Idul Adha.
"Paling banyak pesanan adalah pisau 'boleng' untuk menyayat daging. Saat ini saja sudah ada sekitar 50 pesanan yang saya kerjakan," ujarnya pada Senin (2/6/2025).
Baca juga: Pandai Besi Kulon Progo Raup Untung Jelang Idul Adha, Pesanan Naik Dua Kali Lipat
Tingginya permintaan membuat Sunardi dan seorang rekannya kewalahan.
Dengan hanya dua orang yang bekerja, ia terpaksa membatasi jumlah pesanan yang diterima.
"Pesanan paling banyak sejauh ini datang dari Tlogowaru, ada yang mau dibuatkan 10 bilah, tapi saya tidak sanggupi. Saya hanya mampu mengerjakan lima," tuturnya.
Di luar momen Idul Adha, Sunardi lebih banyak mengerjakan alat-alat pertanian seperti sabit, yang rutin diperbaiki oleh para petani sebulan sekali.
Ia juga menghadapi tantangan lain, yaitu kesulitan mendapatkan bahan baku berkualitas seperti areng, yang harus dipesan dari Blitar dan Nganjuk.
Baca juga: Kasus Mutilasi ODGJ di Garut, Pisau yang Digunakan Diduga Berasal dari Rumah Pandai Besi
Proses pengerjaan satu pisau sembelih pun membutuhkan waktu setidaknya dua hari, karena memerlukan pembakaran khusus menggunakan arang berkualitas tinggi agar besi baja dapat ditempa dengan sempurna.
Harga yang ditawarkan bervariasi tergantung jenis dan ukuran.
Untuk pisau baru, harga dipatok mulai dari Rp 100.000 hingga Rp 200.000.
Pesanan datang dari berbagai kalangan, mulai dari perorangan, sekolah, hingga pengurus masjid.
Yudianto, seorang pembeli langganan, mengaku setiap tahun memesan pisau di tempat Sunardi untuk keperluan kurban di salah satu musala Desa Kidal, Kabupaten Malang.
Baca juga: Djuyono, Maestro Pandai Besi yang Pernah Dapat Pesanan Anak Presiden
Tahun ini, ia memesan total lima pisau yang terdiri dari pisau sembelih, pisau sayat, dan pisau khusus tulang.
Karena tingginya permintaan menjelang Idul Adha, ia harus rela mengantre dan menunggu pesanannya selesai dalam waktu sekitar satu minggu.
"Saya lebih memilih membeli di pandai besi tradisional seperti ini karena kualitasnya jauh lebih baik dibandingkan yang dijual di pasar-pasar. Saya sudah berlangganan di sini sejak tahun 2000-an," kata Yudianto.
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang