Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jelang Idul Adha 2025, Pandai Besi di Kota Malang Kebanjiran Pesanan Pisau Sembelih

Kompas.com, 2 Juni 2025, 15:17 WIB
Nugraha Perdana,
Aloysius Gonsaga AE

Tim Redaksi

MALANG, KOMPAS.com - Menjelang perayaan Idul Adha 1446 Hijriah, perajin pandai besi di Jalan Kyai Ageng Gribig, Kedungkandang, Kota Malang, mengalami lonjakan pesanan.

Sejak awal Mei 2025, pesanan untuk pembuatan dan perbaikan pisau, terutama untuk keperluan kurban, terus berdatangan tanpa henti.

Sunardi (65), seorang pandai besi, mengungkapkan bahwa peningkatan permintaan mulai terasa sejak satu bulan sebelum Idul Adha.

"Paling banyak pesanan adalah pisau 'boleng' untuk menyayat daging. Saat ini saja sudah ada sekitar 50 pesanan yang saya kerjakan," ujarnya pada Senin (2/6/2025).

Baca juga: Pandai Besi Kulon Progo Raup Untung Jelang Idul Adha, Pesanan Naik Dua Kali Lipat

Tingginya permintaan membuat Sunardi dan seorang rekannya kewalahan.

Dengan hanya dua orang yang bekerja, ia terpaksa membatasi jumlah pesanan yang diterima.

"Pesanan paling banyak sejauh ini datang dari Tlogowaru, ada yang mau dibuatkan 10 bilah, tapi saya tidak sanggupi. Saya hanya mampu mengerjakan lima," tuturnya.

Di luar momen Idul Adha, Sunardi lebih banyak mengerjakan alat-alat pertanian seperti sabit, yang rutin diperbaiki oleh para petani sebulan sekali.

Ia juga menghadapi tantangan lain, yaitu kesulitan mendapatkan bahan baku berkualitas seperti areng, yang harus dipesan dari Blitar dan Nganjuk.

Baca juga: Kasus Mutilasi ODGJ di Garut, Pisau yang Digunakan Diduga Berasal dari Rumah Pandai Besi

Proses pengerjaan satu pisau sembelih pun membutuhkan waktu setidaknya dua hari, karena memerlukan pembakaran khusus menggunakan arang berkualitas tinggi agar besi baja dapat ditempa dengan sempurna.

Harga yang ditawarkan bervariasi tergantung jenis dan ukuran.

Untuk pisau baru, harga dipatok mulai dari Rp 100.000 hingga Rp 200.000.

Pesanan datang dari berbagai kalangan, mulai dari perorangan, sekolah, hingga pengurus masjid.

Yudianto, seorang pembeli langganan, mengaku setiap tahun memesan pisau di tempat Sunardi untuk keperluan kurban di salah satu musala Desa Kidal, Kabupaten Malang.

Baca juga: Djuyono, Maestro Pandai Besi yang Pernah Dapat Pesanan Anak Presiden

Tahun ini, ia memesan total lima pisau yang terdiri dari pisau sembelih, pisau sayat, dan pisau khusus tulang.

Karena tingginya permintaan menjelang Idul Adha, ia harus rela mengantre dan menunggu pesanannya selesai dalam waktu sekitar satu minggu.

"Saya lebih memilih membeli di pandai besi tradisional seperti ini karena kualitasnya jauh lebih baik dibandingkan yang dijual di pasar-pasar. Saya sudah berlangganan di sini sejak tahun 2000-an," kata Yudianto.

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang



Terkini Lainnya
Hujan Deras, Tanah Longsor Timpa Rumah Warga di Madiun
Hujan Deras, Tanah Longsor Timpa Rumah Warga di Madiun
Surabaya
Pegawai Honorer RSUD Kota Blitar Jual Emas Curian untuk Beli Ponsel dan Cincin
Pegawai Honorer RSUD Kota Blitar Jual Emas Curian untuk Beli Ponsel dan Cincin
Surabaya
3 Bulan 111 Siswa SDN Tamberu 2 Telantar di Tenda, Solusi Bangun Gedung Baru
3 Bulan 111 Siswa SDN Tamberu 2 Telantar di Tenda, Solusi Bangun Gedung Baru
Surabaya
Pemkot Surabaya Berencana Bongkar Kampung Taman Pelangi Bulan Ini
Pemkot Surabaya Berencana Bongkar Kampung Taman Pelangi Bulan Ini
Surabaya
Hama Anjing Tanah Serang Tanaman Padi di Sumenep, Petani Merugi
Hama Anjing Tanah Serang Tanaman Padi di Sumenep, Petani Merugi
Surabaya
Beda Kecepatan, Proses Hukum Ambruknya Ponpes Al Khoziny Vs Kebakaran Terra Drone
Beda Kecepatan, Proses Hukum Ambruknya Ponpes Al Khoziny Vs Kebakaran Terra Drone
Surabaya
Air Pasang Laut Perparah Kondisi Banjir 5 Kecamatan di Sidoarjo
Air Pasang Laut Perparah Kondisi Banjir 5 Kecamatan di Sidoarjo
Surabaya
Cerita Kurir Paket di Sumenep, Bawa Marmut, Ikan Hidup, hingga Besi 3 Meter
Cerita Kurir Paket di Sumenep, Bawa Marmut, Ikan Hidup, hingga Besi 3 Meter
Surabaya
Kisah Akbar, Mahasiswa yang Menyambi Kerja Jadi Kurir Tiga Lini
Kisah Akbar, Mahasiswa yang Menyambi Kerja Jadi Kurir Tiga Lini
Surabaya
3 Rumah Hancur akibat Ledakan Bahan Petasan di Pacitan, 5 Orang Terluka
3 Rumah Hancur akibat Ledakan Bahan Petasan di Pacitan, 5 Orang Terluka
Surabaya
Ratusan Desa Rawan Bencana, BPBD Sumenep Susun Panduan Penanggulangan
Ratusan Desa Rawan Bencana, BPBD Sumenep Susun Panduan Penanggulangan
Surabaya
33 Lembaga Zakat Jatim Kirim 103 Ton Bantuan ke Bencana Sumatera
33 Lembaga Zakat Jatim Kirim 103 Ton Bantuan ke Bencana Sumatera
Surabaya
Ditanya Maraknya Tambang Ilegal di Bangkalan, Khofifah Enggan Komentar
Ditanya Maraknya Tambang Ilegal di Bangkalan, Khofifah Enggan Komentar
Surabaya
Dua Atlet Nasional yang Menapaki Jalan Baru Lewat Pendidikan di Surabaya
Dua Atlet Nasional yang Menapaki Jalan Baru Lewat Pendidikan di Surabaya
Surabaya
Perjuangan Desi, Jualan Lumut Sambil Momong Anak demi Kebutuhan Keluarga
Perjuangan Desi, Jualan Lumut Sambil Momong Anak demi Kebutuhan Keluarga
Surabaya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau