Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dikira Ular Masuk Ruang Ujian SD sehingga Dilaporkan ke Damkar, Ternyata Anakan Biawak

Kompas.com, 22 Mei 2025, 20:46 WIB
Muhlis Al Alawi,
Icha Rastika

Tim Redaksi

MADIUN, KOMPAS.com - Siswa dan guru pengawas ujian sempat heboh setelah mengira ular masuk ke ruang ujian SDN Slambur, Kecamatan Geger, Kabupaten Madiun, Jawa Timur, Kamis (22/5/2025).

Khawatir membahayakan siswa yang sementara mengikuti ujian, guru SD setempat melaporkan persoalan itu ke Damkar Pemkab Madiun.

Kepala SDN Slambur, Diana Mariana membenarkan permintaan bantuan kepada Damkar Pemkab Madiun terkait dugaan ular masuk ke ruang ujian siswa.

Baca juga: Ular 5 Meter di Samping Mushala Ditangkap Warga dengan Tangan Kosong

Sebab, saat itu pengawas ujian melihat kepala hewan melata yang mirip dengan ular muncul dari daun pintu ruang kelas.

“Saat itu guru pengawas mengira kepala ular. Khawatir dan takut membahayakan siswa, akhirnya kami melaporkan ke Pos Damkar Pemkab Madiun,” kata Diana, Kamis (22/5/2025).

Kendati sempat heboh karena hewan yang diduga ular itu masuk ke ruang ujian, Diana memastikan pelaksanaan ujian tidak terhambat.

Para siswa tetap dapat mengerjakan soal ujian seperti biasanya.

“Agar saat mengerjakan soal ujian tidak terganggu, kami kondisikan anak-anak untuk tetap di bangku dan kursi masing-masing. Kami sampaikan agar tidak berada di dekat daun pintu supaya hewan itu tidak terganggu sampai petugas damkar datang,” kata Diana.

Ismanto, petugas Damkar Pemkab Madiun, langsung menangkap hewan yang diduga ular setelah mengetahui persembunyiannya.

Petugas hanya menggunakan alat bantu manual agar dapat memancing hewan keluar dari tempat persembunyiannya.

“Kami menggunakan cara manual dengan menggunakan BBM untuk memancing hewan itu keluar. Sekitar lima belas menit kemudian, petugas berhasil menangkap hewan yang dikira ular. Ternyata setelah kami tangkap, bukan ular melainkan anakan biawak,” kata Ismanto.

Baca juga: Gadis 15 Tahun di Muna Nyaris Tewas Dililit Ular Piton 7 Meter

Anakan biawak yang ditangkap memiliki panjang sekitar 15 sentimeter.

Sekilas, kepala anakan biawak terlihat seperti ular.

Selain itu, anakan biawak itu sering menjulurkan lidah.

Menurut Ismanto, sebelumnya warga sudah menangkap biawak betina.

Bisa jadi anakan yang ditangkap merupakan anak biawak yang sebelumnya ditangkap warga.

Baca juga: Tugu Biawak Desa Krasak, Jadi Spot Foto Baru yang Viral di Wonosobo

Setelah ditangkap, anakan biawak diamankan dengan dimasukkan ke dalam bekas botol minuman yang sudah dilubangi.

Anakan biawak yang ditangkap dibawa petugas Damkar untuk diserahkan ke lembaga yang mengurusi satwa untuk dirilis ke habitat aslinya.

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang



Terkini Lainnya
Ajak Warga Jatim Tanam Pohon, Khofifah: Paling Tidak Tiap Ulang Tahun
Ajak Warga Jatim Tanam Pohon, Khofifah: Paling Tidak Tiap Ulang Tahun
Surabaya
PTPN Sebut Warga Berstatus Karyawan BUMN di KTP adalah Pekerja Borongan
PTPN Sebut Warga Berstatus Karyawan BUMN di KTP adalah Pekerja Borongan
Surabaya
Banjir Lahar Semeru, Batu Besar Tutupi Jembatan Limpas, Akses 3 Dusun di Lumajang Terputus
Banjir Lahar Semeru, Batu Besar Tutupi Jembatan Limpas, Akses 3 Dusun di Lumajang Terputus
Surabaya
Alasan Kejari Situbondo Tuntut Kakek Pemikat Cendet 2 Tahun Penjara
Alasan Kejari Situbondo Tuntut Kakek Pemikat Cendet 2 Tahun Penjara
Surabaya
Infrastruktur di Lumajang yang Rusak akibat Banjir Lahar Diperbaiki dengan Skema Patungan
Infrastruktur di Lumajang yang Rusak akibat Banjir Lahar Diperbaiki dengan Skema Patungan
Surabaya
SEA Games 2025, Atlet Petanque Asal Kota Pasuruan Sumbang Medali Perunggu
SEA Games 2025, Atlet Petanque Asal Kota Pasuruan Sumbang Medali Perunggu
Surabaya
131 Jukir Liar di Surabaya Ditangkap Sepanjang 2025
131 Jukir Liar di Surabaya Ditangkap Sepanjang 2025
Surabaya
Gubernur Khofifah: Gula Merah Lumajang Bisa Dijual ke Pasar Internasional
Gubernur Khofifah: Gula Merah Lumajang Bisa Dijual ke Pasar Internasional
Surabaya
Mahasiswa Terdampak Bencana Sumatera, UTM Bebaskan UKT hingga Semester 8
Mahasiswa Terdampak Bencana Sumatera, UTM Bebaskan UKT hingga Semester 8
Surabaya
Curhat Kurir Paket di Banyuwangi, Kena Omel gara-gara Order Palsu
Curhat Kurir Paket di Banyuwangi, Kena Omel gara-gara Order Palsu
Surabaya
Khofifah Tinjau Pembangunan 2 Jembatan yang Ambruk di Lumajang, Pastikan Rampung 31 Desember
Khofifah Tinjau Pembangunan 2 Jembatan yang Ambruk di Lumajang, Pastikan Rampung 31 Desember
Surabaya
Antre 3 Jam di Pasar Murah Pemprov Jatim di Lumajang, Warga Pulang Tangan Kosong
Antre 3 Jam di Pasar Murah Pemprov Jatim di Lumajang, Warga Pulang Tangan Kosong
Surabaya
Unair Terjunkan Bantuan Teknologi dan Tim Manajemen Bencana ke Sumatera
Unair Terjunkan Bantuan Teknologi dan Tim Manajemen Bencana ke Sumatera
Surabaya
Banjir Bandang Probolinggo, Puluhan Rumah dan 4 Jembatan Rusak, Ribuan Warga Terisolasi
Banjir Bandang Probolinggo, Puluhan Rumah dan 4 Jembatan Rusak, Ribuan Warga Terisolasi
Surabaya
Harapan Para Tukang Becak Lansia asal Kota Pasuruan Penerima Becak Listrik: Semoga Diminati seperti Ojek Online
Harapan Para Tukang Becak Lansia asal Kota Pasuruan Penerima Becak Listrik: Semoga Diminati seperti Ojek Online
Surabaya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau