Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Din Syamsuddin Yakin Prabowo Komitmen Perangi Korupsi, Ingatkan soal "Beban Politik" yang Jadi Kendala

Kompas.com, 10 Maret 2025, 12:08 WIB
Icha Rastika

Editor

LAMONGAN, KOMPAS.com - Mantan Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, Din Syamsuddin mengajak masyarakat memberi kesempatan kepada pemerintahan Prabowo Subianto, termasuk dalam menindak korupsi.

Hal ini disampaikan Din saat menjadi pembicara dalam Kajian Ramadhan PW Muhammadiyah Jatim di Dome Universitas Muhammadiyah Lamongan (UMLA), Sabtu (8/3/22025).

Acara ini juga dihadiri Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa.

"Kami optimistis dengan kepemimpinan Presiden Prabowo Subianto. Watak Beliau, komitmen kebangsaan dan ke-Indonesiaannya," kata Din Syamsuddin saat memaparkan kajian Ramadhan 1446 Hijriyah.

Baca juga: Didukung Din Syamsuddin, Suswono Minta Nasihat untuk Pimpin Jakarta

Ia menilai, Prabowo tidak diragukan lagi wawasannya serta wataknya dalam mengayomi umat berbagai agama. Ini merupakan modal penting dalam memimpin bangsa.

Namun, Din mengaku prihatin dengan maraknya kasus korupsi yang terjadi di berbagai sektor, termasuk di BUMN dan kementerian.

Meski begitu, Din mengapresiasi langkah tegas seperti yang dilakukan oleh Menteri Pertanian (Mentan), Amran Sulaiman dalam menindak para pelaku korupsi, sebagai upaya menstabilkan harga kebutuhan pokok.

Ia mengatakan, tindakan tegas yang dilakukan Amran adalah atas perintah Presiden Prabowo. 

Din mengaku ditelepon Amran setelah sang menteri turun langsung ke Pasar di Lenteng Agung untuk menghentikan supplier atau pengusaha yang menaikkan harga secara tidak wajar.

Baca juga: Sidak di Pasar Jaya Lenteng Agung, Mentan Amran: Jangan Main-main dengan Kebutuhan Pokok

Din juga mengingatkan bahwa para menteri harus fokus pada tugasnya dan menjalankan pemerintahan dengan integritas agar semua pihak menjauhi praktik korupsi.

Sebab, selain merugikan negara, perbuatan tersebut bertentangan dengan ajaran agama.

"Menteri-menteri harus memastikan bahwa mereka tidak korupsi. Dalam ajaran agama, korupsi adalah perbuatan yang akan dibalas dengan siksaan Allah SWT di akhirat nanti," kata Din.

Salah satu tantangan terbesar yang dihadapi presiden saat ini adalah keberadaan beberapa pejabat yang memiliki rekam jejak kurang bersih.

"Masalah mendasar dalam pemerintahan ini adalah adanya political liability atau beban politik dari sebagian pembantu presiden yang tidak bersih. Mungkin pada saatnya nanti mereka sepatutnya diganti," ujarnya.

Ia berharap, pemerintahan Prabowo dapat menuntaskan berbagai permasalahan bangsa dengan baik, khususnya dalam memberantas korupsi dan meningkatkan kesejahteraan rakyat. 

Artikel ini telah tayang di Surya.co.id dengan judul "Ikuti Kajian Muhammadiyah di Lamongan, Din Syamsuddin Masih Yakin Komitmen Prabowo Perangi Korupsi."

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang



Terkini Lainnya
Ajak Warga Jatim Tanam Pohon, Khofifah: Paling Tidak Tiap Ulang Tahun
Ajak Warga Jatim Tanam Pohon, Khofifah: Paling Tidak Tiap Ulang Tahun
Surabaya
PTPN Sebut Warga Berstatus Karyawan BUMN di KTP adalah Pekerja Borongan
PTPN Sebut Warga Berstatus Karyawan BUMN di KTP adalah Pekerja Borongan
Surabaya
Banjir Lahar Semeru, Batu Besar Tutupi Jembatan Limpas, Akses 3 Dusun di Lumajang Terputus
Banjir Lahar Semeru, Batu Besar Tutupi Jembatan Limpas, Akses 3 Dusun di Lumajang Terputus
Surabaya
Alasan Kejari Situbondo Tuntut Kakek Pemikat Cendet 2 Tahun Penjara
Alasan Kejari Situbondo Tuntut Kakek Pemikat Cendet 2 Tahun Penjara
Surabaya
Infrastruktur di Lumajang yang Rusak akibat Banjir Lahar Diperbaiki dengan Skema Patungan
Infrastruktur di Lumajang yang Rusak akibat Banjir Lahar Diperbaiki dengan Skema Patungan
Surabaya
SEA Games 2025, Atlet Petanque Asal Kota Pasuruan Sumbang Medali Perunggu
SEA Games 2025, Atlet Petanque Asal Kota Pasuruan Sumbang Medali Perunggu
Surabaya
131 Jukir Liar di Surabaya Ditangkap Sepanjang 2025
131 Jukir Liar di Surabaya Ditangkap Sepanjang 2025
Surabaya
Gubernur Khofifah: Gula Merah Lumajang Bisa Dijual ke Pasar Internasional
Gubernur Khofifah: Gula Merah Lumajang Bisa Dijual ke Pasar Internasional
Surabaya
Mahasiswa Terdampak Bencana Sumatera, UTM Bebaskan UKT hingga Semester 8
Mahasiswa Terdampak Bencana Sumatera, UTM Bebaskan UKT hingga Semester 8
Surabaya
Curhat Kurir Paket di Banyuwangi, Kena Omel gara-gara Order Palsu
Curhat Kurir Paket di Banyuwangi, Kena Omel gara-gara Order Palsu
Surabaya
Khofifah Tinjau Pembangunan 2 Jembatan yang Ambruk di Lumajang, Pastikan Rampung 31 Desember
Khofifah Tinjau Pembangunan 2 Jembatan yang Ambruk di Lumajang, Pastikan Rampung 31 Desember
Surabaya
Antre 3 Jam di Pasar Murah Pemprov Jatim di Lumajang, Warga Pulang Tangan Kosong
Antre 3 Jam di Pasar Murah Pemprov Jatim di Lumajang, Warga Pulang Tangan Kosong
Surabaya
Unair Terjunkan Bantuan Teknologi dan Tim Manajemen Bencana ke Sumatera
Unair Terjunkan Bantuan Teknologi dan Tim Manajemen Bencana ke Sumatera
Surabaya
Banjir Bandang Probolinggo, Puluhan Rumah dan 4 Jembatan Rusak, Ribuan Warga Terisolasi
Banjir Bandang Probolinggo, Puluhan Rumah dan 4 Jembatan Rusak, Ribuan Warga Terisolasi
Surabaya
Harapan Para Tukang Becak Lansia asal Kota Pasuruan Penerima Becak Listrik: Semoga Diminati seperti Ojek Online
Harapan Para Tukang Becak Lansia asal Kota Pasuruan Penerima Becak Listrik: Semoga Diminati seperti Ojek Online
Surabaya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau