SURABAYA, KOMPAS.com - Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya menyiapkan sejumlah langkah untuk menyelesaikan masalah limbah makan bergizi gratis, seperti memisahkan sampah hingga mengolahnya.
Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Surabaya, Dedik Irianto, mengatakan pihaknya sudah memprediksi program makan bergizi gratis akan menambah sampah di Kota Pahlawan.
"Iya pasti ada penambahan sisa sampah seluruh kota yang melaksanakan makan bergizi gratis. Untuk Surabaya, itu akan di-treatment," kata Dedik saat dikonfirmasi, Jumat (17/1/2025).
Baca juga: Banyak Murid Tak Suka Menu Makan Bergizi Gratis, Zulhas: Terpenting Gizinya
Diketahui, makan bergizi gratis di Surabaya menggunakan wadah plastik sebagai tempatnya.
Selain itu, ada tempat susu yang terbuat dari karton dengan lapisan aluminium foil.
Mengenai hal itu, kata Dedik, pihaknya menyiapkan tempat sampah dengan masing-masing kategori. Nantinya, limbah makan bergizi gratis harus dibuang berdasarkan klasifikasinya.
"Sementara (wadah) pakai plastik, setelah makan sudah disiapkan tempat sampahnya sendiri-sendiri. Sisa makanan ditaruh di tempat A, tetra pak kotak susu sendiri, tempat sisa makan ada sendiri," jelasnya.
Baca juga: Pimpinan DPR Setuju Pemda Ikut Biayai Makan Bergizi Gratis
Selain itu, DLH Surabaya juga telah mengkomunikasikan sampah tersebut dengan bank sampah. Mereka sudah siap untuk menerima limbah plastik yang masih bisa dijual lagi.
"Ada 12 TPS (tempat pembuangan sampah) 3R (reuse, reduce, recycle) tempat pemilahan, total ada 600 bank sampah yang bisa memfasilitasi sampah itu. Sudah terkoordinasi," ucapnya.
Kemudian, Dedik mengungkapkan bahwa mereka sudah menghubungi sekitar 60 rumah maggot yang ada di Surabaya.
DLH akan menyerahkan sampah sisa makanan agar diolah menjadi pupuk kompos.
"Volume sisa makanan tidak selalu sama. Adik-adik itu seleranya hampir sama; kalau satu menu kesukaan adik-adik hampir semua bisa habis, karena seleranya hampir sama semua," ujarnya.
"Cuman kadang ada yang tidak doyan bagian tertentu, misal sayur. Sementara kalau dijadikan ke maggot, maggot harus stabil berapa sampah organik; kalau ambil di TPS3R lebih bagus," tutupnya.
Diberitakan sebelumnya, Koordinator Komunitas Nol Sampah Surabaya, Wawan Some, menyoroti potensi masalah pengelolaan limbah yang bakal membebani Kota Surabaya.
"Sampah ini akan menjadi beban kota," ujar Wawan di Surabaya, Selasa (14/1/2024).
Wawan menjelaskan, untuk memasukkan limbah ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA), Pemerintah Kota Surabaya harus membayar Rp185.000 per ton.
Dia menyebutkan, sisa makanan MBG yang masih berada di tempat makan akan dikembalikan ke dapur, kemudian diserahkan kepada Dinas Lingkungan Hidup (DLH).
"Nah, kerjasama ini aman, terus kami pantau, kami awasi," imbuh dia.
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang