Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kekeringan, Mobil Polisi di Trenggalek Dimodifikasi untuk Bawa Air

Kompas.com, 13 September 2024, 16:45 WIB
Slamet Widodo,
Glori K. Wadrianto

Tim Redaksi

TRENGGALEK, KOMPAS.com - Kekeringan yang melanda wilayah Trenggalek, Jawa Timur membuat sejumlah wilayah di kawasan itu mengalami krisis air bersih.

Krisis paling parah terjadi di Desa Wonoanti. Lalu, untuk mendapatkan air bersih, warga Desa Wonoanti bergantung pada bantuan distribusi air bersih dari Polsek setempat.

Ya, aparat di Polsek Gandusari kini rutin menyalurkan air bersih bagi warga yang terdampak kekeringan.

Dalam satu hari, sebanyak 7.000 liter air bersih disalurkan di empat titik di wilayah Kecamatan Gandusari tersebut.

Baca juga: Modifikasi 14 Mobil Patroli, Polres Trenggalek Salurkan 52.800 Liter Air Bersih

"Sumber air serta sumur warga sudah bayak yang kering. Kalau langganan air dari PDAM masih ada, tapi tidak semua warga berlangganan."

Demikian kata Kepala Polsek Gandusari, Iptu Katik seusai pendistribusian air bersih di Desa Wonoanti, Jumat (13/09/2024).

Selama ini, mobil tanki milik Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Trenggalek tidak setiap hari melakukan pendistribusian air bersih. 

Kendala terjadi karena jumlah kendaraan yang terbatas, dan antrean panjang yang harus bergilir dengan wilayah lain.

Lalu, guna mencukupi kebutuhan air, mobil patroli Polsek Gandusari pun dimodifikasi dengan ditambahi tandon air di bak belakang.

Kapasitas tanki tersebut bisa menampung hingga 1.200 air bersih. Selain itu, juga ada sebuah mobil tanki air bersih dari salah satu relawan, dengan kapasitas 500 liter.

"Total air bersih yang didistribusi ke masyarakat yang mengalami kekeringan setiap hari sebanyak 7.000 liter. Sehari bisa distribusi sebanyak tiga kali di empat titik," sebut Katik.

Baca juga: Krisis Air Bersih di Sumbawa Meluas, Status Darurat Diperpanjang hingga Oktober

"Dua unit mobil patroli Polsek Gandusari, ditambah satu unit mobil tanki dari relawan," sambung Katik.

Setiap hari, bantuan air bersih disalurkan ke empat titik di Desa Wonoanti, yakni Dusun Wonoanti satu titik, dan Dusun Krajan di tiga titik.

"Di setiap titik di pasang bak penampungan, agar warga mudah mengambil air. Untuk sirkulasi proses suplai air juga bisa cepat," sambung Katik.

Distribusi air bersih tersebut rutin dilakukan sejak dua pekan terakhir. Awalnya, krisis air bersih terjadi di satu titik dan semakin hari semakin meluas.

"Setiap hari kami distribusi air bersih. Sebab, kebutuhan air semakin hari semakin bertambah."

"Dan yang paling utama untuk kebutuhan memasak, serta kebutuhan lain termasuk mandi dan mencuci," ungkap Katik.

“Meski belum bisa mem-back up keseluruhan, namun setidaknya ini bisa membantu masyarakat untuk mendapatkan air bersih, mencukupi kebutuhan sehari-hari.” sambung Katik. 

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang



Terkini Lainnya
Ajak Warga Jatim Tanam Pohon, Khofifah: Paling Tidak Tiap Ulang Tahun
Ajak Warga Jatim Tanam Pohon, Khofifah: Paling Tidak Tiap Ulang Tahun
Surabaya
PTPN Sebut Warga Berstatus Karyawan BUMN di KTP adalah Pekerja Borongan
PTPN Sebut Warga Berstatus Karyawan BUMN di KTP adalah Pekerja Borongan
Surabaya
Banjir Lahar Semeru, Batu Besar Tutupi Jembatan Limpas, Akses 3 Dusun di Lumajang Terputus
Banjir Lahar Semeru, Batu Besar Tutupi Jembatan Limpas, Akses 3 Dusun di Lumajang Terputus
Surabaya
Alasan Kejari Situbondo Tuntut Kakek Pemikat Cendet 2 Tahun Penjara
Alasan Kejari Situbondo Tuntut Kakek Pemikat Cendet 2 Tahun Penjara
Surabaya
Infrastruktur di Lumajang yang Rusak akibat Banjir Lahar Diperbaiki dengan Skema Patungan
Infrastruktur di Lumajang yang Rusak akibat Banjir Lahar Diperbaiki dengan Skema Patungan
Surabaya
SEA Games 2025, Atlet Petanque Asal Kota Pasuruan Sumbang Medali Perunggu
SEA Games 2025, Atlet Petanque Asal Kota Pasuruan Sumbang Medali Perunggu
Surabaya
131 Jukir Liar di Surabaya Ditangkap Sepanjang 2025
131 Jukir Liar di Surabaya Ditangkap Sepanjang 2025
Surabaya
Gubernur Khofifah: Gula Merah Lumajang Bisa Dijual ke Pasar Internasional
Gubernur Khofifah: Gula Merah Lumajang Bisa Dijual ke Pasar Internasional
Surabaya
Mahasiswa Terdampak Bencana Sumatera, UTM Bebaskan UKT hingga Semester 8
Mahasiswa Terdampak Bencana Sumatera, UTM Bebaskan UKT hingga Semester 8
Surabaya
Curhat Kurir Paket di Banyuwangi, Kena Omel gara-gara Order Palsu
Curhat Kurir Paket di Banyuwangi, Kena Omel gara-gara Order Palsu
Surabaya
Khofifah Tinjau Pembangunan 2 Jembatan yang Ambruk di Lumajang, Pastikan Rampung 31 Desember
Khofifah Tinjau Pembangunan 2 Jembatan yang Ambruk di Lumajang, Pastikan Rampung 31 Desember
Surabaya
Antre 3 Jam di Pasar Murah Pemprov Jatim di Lumajang, Warga Pulang Tangan Kosong
Antre 3 Jam di Pasar Murah Pemprov Jatim di Lumajang, Warga Pulang Tangan Kosong
Surabaya
Unair Terjunkan Bantuan Teknologi dan Tim Manajemen Bencana ke Sumatera
Unair Terjunkan Bantuan Teknologi dan Tim Manajemen Bencana ke Sumatera
Surabaya
Banjir Bandang Probolinggo, Puluhan Rumah dan 4 Jembatan Rusak, Ribuan Warga Terisolasi
Banjir Bandang Probolinggo, Puluhan Rumah dan 4 Jembatan Rusak, Ribuan Warga Terisolasi
Surabaya
Harapan Para Tukang Becak Lansia asal Kota Pasuruan Penerima Becak Listrik: Semoga Diminati seperti Ojek Online
Harapan Para Tukang Becak Lansia asal Kota Pasuruan Penerima Becak Listrik: Semoga Diminati seperti Ojek Online
Surabaya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau