SURABAYA, KOMPAS.com - Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi telah menghapus jurusan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA), Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS), dan Bahasa.
Salah satu siswa kelas XII Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) 5 Surabaya, Jawa Timur, Dianty Hanum, mengungkapkan, dirinya sudah merasakan memilih mata pelajaran yang diminati sesuai dengan Kurikulum Merdeka. Sekolahnya tersebut sudah menerapkan Kurikulum Merdeka sejak tahun ajaran 2022/2023.
Baca juga: Penghapusan Jurusan IPA, IPS, dan Bahasa: Menggali Potensi Peserta Didik
Menurutnya, hal tersebut mempermudah siswa lantaran mereka bisa mempelajari hal-hal yang sesuai dengan minatnya.
"Enggak ada kendala, disuruh milih (mata pelajaran) bebas, lebih enak buat kita masuk kuliah lebih gampang, karena dari awal belajar sesuai minat kita. Mulai pilihan pas masih kelas XI, tahun kemarin," kata Dianty, Kamis (18/7/2024).
Baca juga: Mengapa Jurusan IPA, IPS, dan Bahasa di SMA Dihapus? Ini Jawabannya
Siswa kelas XII SMAN 1 Surabaya, Arga Samudra Riyanto, mengungkapkan hal yang tak jauh berbeda. Dia mengaku tidak mengalami kendala saat memilih mata pelajaran.
"Lebih senang, bisa lebih gampang buat milih jurusan, soalnya rencana juga mau kuliah. Kalau pas kelas 10 masih belajar umum, terus orangtua juga percaya sama pilihanku," kata Arga.
Baca juga: Seluruh SMA di DIY Terapkan Kurikulum Merdeka, Tak Ada Lagi Jurusan IPA/IPS/Bahasa
Kepala Sekolah SMAN 5 Surabaya Sukirin Wikanto mengatakan, pihaknya sudah mengadakan tes diagnostik atau psikotes ketika Pendafaftaran Peserta Didik Baru (PPDB).
"(Tesnya) Berhubungan sama mata pelajaran pilihan, kami sudah kenalkan kurikulum di SMAN 5. Anak-anak sudah tahu mau ke mana dan pilih apa, sudah di konsep dari awal," kata Sukirin.
Sukirin mengungkapkan, kendala yang biasa terjadi adalah ketika keinginan anak berbeda dengan orangtua. Oleh karena itu, para guru terkadang ikut memberikan saran untuk keduanya.
Baca juga: Mengapa Jurusan IPA, IPS, dan Bahasa di SMA Dihapus? Ini Jawabannya
"Ada yang nilai IPA-nya bagus, tapi bisa masuk ke lainnya, kemudian orangtuanya pengen IPA dan anaknya pengin arah IPS. Kemauan anak sama orangtua kadang beda, itu menjadi kendala," ujarnya.
Diberitakan sebelumnya, Kepala Badan Standar Nasional Kurikulum dan Asesmen Pendidikan (BSKAP) Kemendikbud Ristek, Anindito Aditomo, penghapusan jurusan IPA, IPS, dan Bahasa itu sengaja dilakukan.
Sebab, selama ini penjurusan seperti itu cenderung mencerminkan ketidakadilan karena rata-rata orangtua akan memilih memasukkan anaknya ke jurusan IPA.
"Salah satunya itu (karena orangtua rata-rata memilihkan anaknya masuk IPA). Kalau kita jurusan IPA, kita bisa memilih jurusan lain," kata Anindito ketika berbincang dengan Kompas.com, Senin (15/7/2024).
Oleh sebab itu, kata Anindito, jurusan tersebut dihapuskan dan digantikan dengan sistem pemilihan pelajaran sesuai minat siswa.
Hal itu tertuang dalam aturan di Kurikulum Merdeka yang fokus mengembangkan minat dan bakat sampai kelas 10 lalu melakukan pemilihan pada kelas 11.
"Baru kelas XI-XII mata pelajaran yang sesuai dengan bakat minat. Kita sediakan asesmen bakat minat," ujarnya.
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang