Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kesaksian Sopir Bus Gunung Harta yang Terbakar di Tol Jombang: Api Berasal dari Belakang

Kompas.com, 8 Juli 2024, 21:41 WIB
Moh. SyafiĆ­,
Pythag Kurniati

Tim Redaksi

JOMBANG, KOMPAS.com - Bus Gunung Harta yang ditumpangi 32 orang dan tiga awak bus terbakar di Kilometer 685 Jalan Tol Jombang-Mojokerto, Senin (8/7/2024) malam.

Kendaraan dengan nomor polisi B 7075 KGA tersebut dikemudikan oleh Tri Winarso (46), warga Bekasi, Jawa Barat.

Baca juga: Bus Gunung Harta Terbakar di Tol Jombang, Semua Penumpang Selamat

Pengemudi bus Tri Winarso mengungkap bagaimana situasi dan upaya penyelamatan penumpang sebelum api membakar bodi bus.

Dia menuturkan, bus yang dikemudikan olehnya berangkat dari Sumenep menuju Jakarta, melalui jalan tol Trans Jawa.

Bus tersebut membawa 32 penumpang, serta diawaki oleh satu pengemudi dan dua kondektur.

Baca juga: Ambulans Bawa Jenazah Ringsek Tabrak Bus Berhenti, Sopir Jadi Korban

Hentikan bus

Tri mengungkapkan, saat memasuki kilometer 685 di jalur B jalan tol Jombang-Mojokerto, bus tiba-tiba mengalami masalah pada bagian belakang.

Pria asal Bekasi itu pun kemudian menghentikan bus yang dikemudikannya di jalur lambat, lalu mengecek ke bagian belakang bus.

Baca juga: Korsleting, Bus Asrama Polisi di Cilacap Terbakar Saat Parkir

Mengetahui ada api di bagian belakang, Tri kembali ke depan untuk mematikan mesin dan mengambil Alat Pemadam Api Ringan (Apar).

"Saya sempat berhenti, terus tengok ke belakang. Terlihat sudah ada api, terus saya ke depan matikan mesin dan ambil Apar," ungkap Tri, ditemui usai kejadian.

Turunkan penumpang

Setelah mematikan mesin dan mengambil Apar, Tri bergegas kembali ke belakang bus, sambil meminta rekan-rekannya untuk menurunkan penumpang.

Baca juga: Mitos atau Fakta, Mengekor di Belakang Bus Bikin Mobil Irit Bensin

Saat sampai di belakang, Tri berusaha memadamkan api. Namun, tidak berhasil dan api makin membesar.

"Saat di belakang, api sudah makin besar. Waktu (usaha memadamkan api) itu sembari penumpang turun," tutur dia.

Tri mengungkap, api yang berasal dari bagian belakang bus kemudian membakar seluruh bagian bodi bus.

Beruntung, sebelum kobaran api membakar bus, semua penumpang berhasil dikeluarkan dari dalam bus.

"Semua penumpang selamat dan tidak ada korban. Tapi barang penumpang, tidak ada satu pun yang terselamatkan," ungkap Tri.

Baca juga: Wali Kota Pematang Siantar Datangi Rumah Warga yang Ludes Terbakar

Diduga korsleting

Kepala Unit 3 PJR Polda Jawa Timur AKP Yudiono mengungkapkan, Bus Gunung Harta terbakar di kilometer 685 + 500 jalur B jalan tol Jombang-Mojokerto, sekitar pukul 18.00 WIB.

Yudiono memastikan seluruh penumpang dan tiga awak bus berhasil menyelamatkan diri sebelum api membakar dan menghanguskan badan bus dan isinya. 

"Jumlah penumpang keseluruhan ada 32 orang. Semua penumpang dan awak bus dalam kondisi selamat," ujar dia.

Berdasarkan hasil pemeriksaan, kata Yudiono, penyebab terbakarnya bus diduga akibat korsleting listrik pada bagian mesin belakang.

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang



Terkini Lainnya
Antre 3 Jam di Pasar Murah Pemprov Jatim di Lumajang, Warga Pulang Tangan Kosong
Antre 3 Jam di Pasar Murah Pemprov Jatim di Lumajang, Warga Pulang Tangan Kosong
Surabaya
Unair Terjunkan Bantuan Teknologi dan Tim Manajemen Bencana ke Sumatera
Unair Terjunkan Bantuan Teknologi dan Tim Manajemen Bencana ke Sumatera
Surabaya
Banjir Bandang Probolinggo, Puluhan Rumah dan 4 Jembatan Rusak, Ribuan Warga Terisolasi
Banjir Bandang Probolinggo, Puluhan Rumah dan 4 Jembatan Rusak, Ribuan Warga Terisolasi
Surabaya
Harapan Para Tukang Becak Lansia asal Kota Pasuruan Penerima Becak Listrik: Semoga Diminati seperti Ojek Online
Harapan Para Tukang Becak Lansia asal Kota Pasuruan Penerima Becak Listrik: Semoga Diminati seperti Ojek Online
Surabaya
Pegawai Honorer RSUD Kota Blitar yang Curi Perhiasan Emas Bergaji Rp 3 Juta Lebih
Pegawai Honorer RSUD Kota Blitar yang Curi Perhiasan Emas Bergaji Rp 3 Juta Lebih
Surabaya
Syukur Aziz Jalani Hidup dengan Upah Rp 1.300 per Barang sebagai Kurir Paket
Syukur Aziz Jalani Hidup dengan Upah Rp 1.300 per Barang sebagai Kurir Paket
Surabaya
Hujan Deras, Tanah Longsor Timpa Rumah Warga di Madiun
Hujan Deras, Tanah Longsor Timpa Rumah Warga di Madiun
Surabaya
Pegawai Honorer RSUD Kota Blitar Jual Emas Curian untuk Beli Ponsel dan Cincin
Pegawai Honorer RSUD Kota Blitar Jual Emas Curian untuk Beli Ponsel dan Cincin
Surabaya
3 Bulan 111 Siswa SDN Tamberu 2 Telantar di Tenda, Solusi Bangun Gedung Baru
3 Bulan 111 Siswa SDN Tamberu 2 Telantar di Tenda, Solusi Bangun Gedung Baru
Surabaya
Pemkot Surabaya Berencana Bongkar Kampung Taman Pelangi Bulan Ini
Pemkot Surabaya Berencana Bongkar Kampung Taman Pelangi Bulan Ini
Surabaya
Hama Anjing Tanah Serang Tanaman Padi di Sumenep, Petani Merugi
Hama Anjing Tanah Serang Tanaman Padi di Sumenep, Petani Merugi
Surabaya
Beda Kecepatan, Proses Hukum Ambruknya Ponpes Al Khoziny Vs Kebakaran Terra Drone
Beda Kecepatan, Proses Hukum Ambruknya Ponpes Al Khoziny Vs Kebakaran Terra Drone
Surabaya
Air Pasang Laut Perparah Kondisi Banjir 5 Kecamatan di Sidoarjo
Air Pasang Laut Perparah Kondisi Banjir 5 Kecamatan di Sidoarjo
Surabaya
Cerita Kurir Paket di Sumenep, Bawa Marmut, Ikan Hidup, hingga Besi 3 Meter
Cerita Kurir Paket di Sumenep, Bawa Marmut, Ikan Hidup, hingga Besi 3 Meter
Surabaya
Kisah Akbar, Mahasiswa yang Menyambi Kerja Jadi Kurir Tiga Lini
Kisah Akbar, Mahasiswa yang Menyambi Kerja Jadi Kurir Tiga Lini
Surabaya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau