SURABAYA, KOMPAS.com - Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi mengaku menghadapi tantangan dari warga luar Surabaya yang memiliki balita stunting dan ingin mendapat bantuan dari Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya, Jawa Timur.
Eri pun berencana menyampaikan hal ini kepada Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI untuk mencari solusi bersama.
Baca juga: Kontribusi Vale Intervensi Stunting di Kabupaten Bandung
"Yang datang ke Surabaya tidak bisa dideteksi, ketika ada survei dilakukan, maka mereka tercatat sebagai warga yang memiliki balita stunting," kata Eri, Jumat (27/10/2023).
"Ini yang nanti akan kita sampaikan kepada Kemenkes RI bagaimana solusi terhadap permasalahan kota besar seperti kami," lanjut dia.
Baca juga: Pengentasan Stunting, Kemenag Wajibkan Calon Pengantin Ikut Bimbingan Perkawinan di 2024
Ia menambahkan, mayoritas masyarakat yang menerima intervensi Pemkot Surabaya dalam penyelesaian stunting merupakan masyarakat ekonomi menengah ke bawah.
Orangtua yang tidak memiliki penghasilan akan kesulitan memberikan kebutuhan bagi anak-anaknya.
"Kenapa terjadi stunting? karena orangtuanya tidak memiliki penghasilan akhirnya tidak bisa memberikan vitamin dan lain sebagainya," kata Eri.
Menurutnya penanganan stunting perlu program berkelanjutan.
"Untuk pengentasan stunting, dimulai sejak remaja putri diberikan tablet tambah darah (TTD), lalu calon pengantin diberikan edukasi, hingga orangtua kita berikan pekerjaan agar bisa menghidupi keluarganya," tutur dia.
Adapun Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi mendapat apresiasi atas keberhasilannya dalam menekan angka stunting dan kemiskinan ekstrem di Kota Surabaya, Jawa Timur.
Ia menargetkan Surabaya menjadi zero stunting dan kemiskinan ekstrem pada tahun 2024.
Pada Kamis (26/10/2023), Eri Cahyadi menerima piagam Akselerator Entaskan Stunting dan Kemiskinan Ekstrem dari salah satu media nasional di Jakarta.
Baca juga: Konsumsi Tablet Tambah Darah Sejak Remaja, Cegah Bayi Lahir Stunting Kemudian Hari
Ia mengatakan bahwa penghargaan ini merupakan hasil kerja sama antara Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya dengan masyarakat, kader, perguruan tinggi, pentahelix, dan orangtua asuh.
"Kami memanfaatkan aset Pemkot Surabaya untuk mengembangkan UMKM dan menggerakkan ekonomi. Sehingga warga miskin bisa mendapatkan pekerjaan dan mencegah stunting," ujar Eri Cahyadi.
Ia menjelaskan, angka stunting di Surabaya turun dari 28,9 persen menjadi 4,8 persen, dan diklaim terendah se-Indonesia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.