SURABAYA, KOMPAS.com - Pembelajaran tatap muka (PTM) 100 persen di Kota Surabaya resmi dimulai pada Senin (10/1/2021). Para pelajar sekolah dasar (SD) dan sekolah menengah pertama (SMP) antusias mengikuti belajar tatap muka.
Tak terkecuali siswa dari keluarga masyarakat berpenghasilan rendah (MBR), juga mengikuti PTM. Para pelajar dari kalangan MBR ini telah mendapat bantuan perlengkapan sekolah.
Salah satu pelajar dari keluarga MBR yang mengikuti PTM 100 persen adalah Airin, siswa kelas 2 SDN Kaliasin 1 Surabaya.
Ia mengucapkan terima kasih kepada Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi karena bisa mengikuti PTM seperti siswa lain setelah mendapat bantuan perlengkapan sekolah berupa seragam, tas dan sepatu.
"Terima kasih Bapak Wali Kota (Eri Cahyadi), karena saya bisa mendapat seragam sekolah gratis untuk sekolah," kata Airin di SDN Kaliasin 1 Surabaya, Senin.
Di tempat terpisah, siswa kelas 9 SMP Santa Maria Kota Surabaya Irvin Santoso mengaku senang bisa kembali bertemu teman-teman dan guru di sekolah.
Bahkan, ia mengaku kaget karena Wali Kota Surabaya mengunjungi sekolahnya dan memberikan semangat.
"Saya merasa spesial karena bisa mendapat kunjungan langsung dari Pak Wali Kota (Eri Cahyadi). Apalagi mendapat semangat dari beliau, saya semakin bersemangat untuk PTM ini," kata Irvin.
Baca juga: Surabaya Kerap Dilanda Banjir Saat Hujan, Eri Cahyadi Siapkan Langkah Tangani Genangan di Pusat Kota
Irvin melanjutkan, ia bersama teman-temannya sudah tidak sabar dengan pelaksanaan PTM di sekolah.
Bagi dia, PTM menjadi salah satu kegiatan yang mempermudah untuk memahami materi belajar dari sekolah.
"Karena ketika belajar online saya merasa tidak efisien ketika belajar di rumah. Semoga selalu ada inovasi, agar materi bisa langsung diberikan," ujar dia.
Wali Kota Surabaya tinjau sekolah
Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi bersama Pimpinan DPRD dan Kepala Dinas Pendidikan Surabaya tampak berkeliling dan mengunjungi sejumlah sekolah yang menerapkan PTM 100 persen.
Beberapa sekolah yang dikunjungi mulai dari SMP Negeri 19, SD Muhammadiyah 4, dan SMP Muhammadiyah 5, SMP Santa Maria, dan SD Negeri Kaliasin 1 Surabaya.
Pelaksanaan PTM 100 persen ini dilaksanakan berdasarkan Surat Keputusan Bersama (SKB) 4 Menteri.
"Alhamdulilah persyaratan di SKB 4 Menteri sudah diterapkan. Kita lakukan dan pastikan bahwa pelaksanaan tatap muka memberikan kenyamanan dan rasa aman," kata Eri.
Untuk memberikan kenyamanan bagi para siswa, Eri juga meminta Dispendik Surabaya agar menerapkan PTM 100 persen dengan membagi dua sif.
Hal ini dikarenakan adanya jarak antar siswa yang tidak memungkinkan untuk melaksanakan PTM 100 persen dalam satu waktu.
"Kita terus memberikan keyakinan kepada orangtua, dengan meminta persetujuan wali murid. Supaya sekolah ini bisa berjalan nyaman, maka harus ada persamaan, antara Pemkot Surabaya dan DPRD untuk memberikan sebuah keputusan," ujar Eri.
Meski demikian, Eri mengaku pelaksanaan PTM di Surabaya telah dimulai sejak PPKM Level 2 beberapa waktu lalu.
Pemkot Surabaya juga telah melakukan survei terkait teknis PTM yang dibutuhkan setiap sekolah.
"Alhamdulillah kita sudah lakukan itu. Kalau selalu (pembelajaran) online, maka siswa akan menjadi orang individualistik, ini yang kita takutkan. Karena tidak ada komunikasi antar teman, tidak ada komunikasi dengan guru, maka ini sangat membahayakan," ucap dia.
Baca juga: Pasien Omicron Surabaya Belum Sembuh, Dinkes Pastikan Penanganan Sesuai Standar
Seragam gratis telah disalurkan
Eri menyampaikan, terkait dengan seragam gratis untuk siswa dari keluarga MBR, telah disalurkan di tiap sekolah. Seragam tersebut merupakan hasil produksi dari UMKM di Kota Surabaya.
"Insya Allah nanti juga tiap sekolah akan membelikan seragam, tetapi bukan untuk MBR, melainkan seragam yang dikerjakan UMKM, untuk menggerakkan UMKM kita. Termasuk nanti pegawai negeri memakai sepatu dan seragam UMKM," terang dia.
Sementara itu, Kepala Dispendik Kota Surabaya, Yusuf Masruh meminta kepada seluruh pihak di lingkungan sekolah untuk saling menjaga protokol kesehatan.
Sebab, pada pelaksanaan PTM 100 persen yang sedang berlangsung, masih menyesuaikan dengan pola para peserta didik.
"Seluruh pengawas digerakkan, kita lakukan koordinasi terus dengan Dinas Kesehatan untuk melakukan pencegahan ataupun penanganan (Covid-19). Saat ini pembelajaran masih dua jam setengah untuk SD dan tiga jam untuk SMP, serta relaksasi 10 menit, agar anak tidak jenuh," kata Yusuf.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.