Salin Artikel

Miris, Disengat Tawon Vespa dan Terancam Strok, Pengobatan Damkar Tulungagung Tak Ditanggung BPJS

Dari Januari hingga November 2025, ada 345 sarang tawon vespa yang sudah dievakuasi.

Petugas Damkar menghadapi resiko disengat tawon vespa yang punya racun berbahaya.

Ironisnya, dengan resiko yang membahayakan kesehatan itu tenyata anggota Damkar harus keluar uang dari kantong pribadi untuk biaya injeksi anti racun jika tersengat dalam tugas.

Salah satu personel Damkar yang kenyang disengat tawon vespa adalah Atmojo Wahyu Nugroho yang akrab dipanggil Jajak.

“Saya sudah kena 17 sengatan tawon vespa dari 3 kali evakuasi yang kami lakukan,” kata Jajak, Kamis (4/12/2025).

Pada serangan pertama, Jajak langsung menerima 12 sengatan tawon vespa saat evakuasi di SMK Brawijaya.

Saat itu sarang bersama koloni tawon vespa dievakuasi dan dimasukkan dalam kantong plastik.

Personel Damkar juga melepas alat pelindung diri (APD), namun tali pengikat kantong plastik terbuka dan ada sebagian yang lepas.

“Begitu lepas mereka langsung menyerang ke bagian kepala. Saya lari sekitar 50 meter, tetapi terus diserang,” kenangnya.

Jajak seketika mengalami demam parah hingga badannya bergetar.

Personel lain membawanya ke Rumah Sakit Bhayangkara Tulungagung untuk mendapatkan penawar racunnya.

Jajak menerima 3 kali suntikan anti racun tawon vespa hingga kondisinya pulih.

“Suntiknya bertahap sampai 3 kali. Pukul 3 (sore) mulai disuntik, pukul 9 (malam) sudah sembuh,” ungkapnya.

Jajak beruntung, karena daya tahan tubuhnya bagus sehingga masih bisa menahan 12 sengatan tawon vespa.

Menurut dokter yang menanganinya, jika tidak kuat resiko tidak sadarkan diri hingga stroke karena terlalu banyak sengatan.

Serangan kedua, Jajak menerima 2 sengatan di bagian pelipis yang memaksanya kembali mendapatkan perawatan.

Serangan ketiga, Jajak menerima 3 sengatan di bagian tangan, namun kali ini ia memilih untuk tidak berobat karena merasa lebih tahan.

“Ditahan saja meski nyut-nyutan. Besoknya sudah sembuh, hanya sedikit rasa sakit,” katanya.

Jajak tidak sendirian karena banyak anggota Damkar yang pernah merasakan sengatan beracun tawon vespa.

Menurut Kasi Penyelamatan dan Evakuasi Damkarmat Tulungagung, Iwan Supriyono, sengatan ini salah satunya karena APD kurang memadai.

Seharusnya APD untuk evakuasi tawon vespa menggunakan bahan karet atau kulit.

Ia menjelaskan, tawon ini butuh pegangan untuk kaki depannya sebelum menancapkan sengat di bagian ujung ekor.

Dengan bahan karet, maka kedua kaki depan tawon tidak bisa berpegangan sehingga tidak bisa menancapkan sengatnya.

Sementara APD dengan bahan kulit akan menahan sengatan tawon vespa.

“Kalau APD kain, setebal kain jins pun tetap bisa tembus. APD yang ada saat ini masih berbahan kain,” ungkapnya.

Tidak Ditanggung BPJS

Kabid Pemadaman dan Penyelamatan Damkarmat Tulungagung, Artista Nindya Putra membenarkan, pengobatan sengatan tawon vespa selama ini dilakukan secara mandiri.

Ia menjelaskan, untuk injeksi dan obat setidaknya membutuhkan biaya sekitar Rp 180.000.

Sementara agar bisa diklaimkan BPJS Kesehatan, harus rawat inap di rumah sakit.

“Kena sengatan tawon saja masa harus rawat inap. Kalau rawat inap, keluarga juga repot menunggui,” jelas Genot, panggilan akrabnya.

Akhirnya personel yang kena sengatan tawon vespa memilih untuk menahan rasa sakitnya.

Jika tidak tahan, maka harus berobat ke RS Bhayangkara dengan biaya sendiri.

Mereka juga berupaya pulih dengan cepat agar tidak meninggalkan pos tugasnya.

“Bayar pengobatan dengan uang sendiri jadi pilihan,” pungkasnya.

Artikel ini telah tayang di Surya.co.id dengan judul Disengat Tawon Vespa Beresiko Stroke, Tapi Pengobatan Anggota Damkar Tulungagung Tak Ditanggung BPJS.

https://surabaya.kompas.com/read/2025/12/04/224342778/miris-disengat-tawon-vespa-dan-terancam-strok-pengobatan-damkar-tulungagung

Terkini Lainnya

Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Regional
Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Regional
KUHAP Sudah Diketok, tapi Aktivis Gen Z Sukabumi Tetap Resah, Kenapa?
KUHAP Sudah Diketok, tapi Aktivis Gen Z Sukabumi Tetap Resah, Kenapa?
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com