Salin Artikel

Cerita Dayat 30 Tahun Jadi Petugas Damkar Situbondo, Evakuasi Buaya yang Paling Ekstrem

"Dulu damkar sempat dipandang sebelah mata, sekarang alhamdulillah kami disenangi masyarakat," katanya saat berbincang dengan Kompas.com Selasa (2/12/2025).

Menurut Dayat, profesionalisme adalah nomor satu bagi petugas damkar. Untuk itu, apa pun tugasnya, damkar selalu siap turun ketika menerima laporan dari masyarakat melalui media sosial.

Apalagi, jika laporan yang masuk terkait dengan peristiwa kebakaran, evakuasi ular dan reptil berbahaya yang lain.

"Semua laporan kami tindak lanjuti, kami ada shift (pergantian) petugas malam dan pagi," ujar Dayat.

Tantang dan Kesulitan

Membantu dengan sepenuh hati, Dayat mengatakan, tak selalu hasil kerja damkar diapresiasi oleh masyarakat.

Dia mengungkapkan, komplain biasanya datang dari peristiwa kebakaran lantaran si jago merah menjalar sangat cepat.

Sementara itu, menurut Dayat, petugas damkar kerap mengalami kesulitan menuju lokasi kebakaran atau menjangkau area yang terbakar. 

Dayat mencontohkan, kemacetan dan banyaknya kendaraan parkir tidak pada tempatnya, kerap membuat petugas damkar kehabisan waktu di jalan.

Belum lagi, jika kebakaran terjadi di area padat penduduk dengan gang yang sempit, mobil damkar pasti mengalami kendala untuk menjangkau lokasi.

"Terkadang ada juga kami dikomplain (diprotes) karena dinilai lambat, kami akui kami salah karena kurang cepat, kendalanya biasanya macet, jarak sangat jauh dan ketika kebakaran di rumah gang sempit itu parkiran motor menyulitkan kami, dan ketika itu terjadi saya memberi penjelasan, setelah kami beri penjelasan mereka biasanya menerima," katanya.

Pengalaman Menegangkan

Namun, Dayat memastikan bahwa petugas damkar selalu siap membantu semua kesulitan masyarakat.

Dia pun menceritakan salah satu pengalaman yang cukup menguji adrenalin selama hampir 30 tahun menjadi anggota Damkar Situbondo.

Pada 2022, Dayat ikut dalam upaya mengevakuasi buaya di Kecamatan Panji Kabupaten Situbondo.

"Buayanya cukup besar sekitar 4 meter, itu dipelihara warga. Saat pemiliknya pindah ke Jember, sempat minta bantu ke BKSDA Jatim namun respons lama, akhirnya buaya itu diminta untuk dievakuasi ke kami, ya sebagai petugas kami jalankan tugas namun sambil ada rasa takut," kenangnya.

Dayat menceritakan, butuh banyak personil untuk melakukan evakuasi hingga memindahkan buaya tersebut ke dalam truk, untuk diserahkan ke Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Jawa Timur.

"Setelah evakuasi kami serahkan ke BKSDA Jatim (Jawa Timur)," ujarnya.

Menurut dia, kepercayaan masyarakat tersebut membuat pemerintah juga semakin memperhatikan Damkar.

"Perhatian pemerintah sangat terasa dua tahun terakhir ini, kami ditambah satu unit mobil damkar baru," katanya.

Meski begitu, dia mengatakan, Damkar Situbondo masih membutuhkan Alat Pelindung Diri (APD) saat melakukan pemadaman api, evakuasi reptil dan serangga seperti tawon.

"Kami tetap butuh APD karena yang ada masih kurang," ujar Dayat.

Anggota Damkar Situbondo sendiri secara keseluruhan berjumlah 84 orang. Jumlah tersebut dibagi menjadi tiga pos penjagaan. Pertama di Situbondo Kota, kedua di Kecamatan Besuki, ketiga di Kecamatan Asembagus.

https://surabaya.kompas.com/read/2025/12/02/154443778/cerita-dayat-30-tahun-jadi-petugas-damkar-situbondo-evakuasi-buaya-yang

Terkini Lainnya

Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Regional
Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Regional
KUHAP Sudah Diketok, tapi Aktivis Gen Z Sukabumi Tetap Resah, Kenapa?
KUHAP Sudah Diketok, tapi Aktivis Gen Z Sukabumi Tetap Resah, Kenapa?
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com