Salin Artikel

Jadi Andalan Warga, Damkar Surabaya: Setiap Detik Berharga

Memasuki shift malam, pukul 19.00 WIB, tim rescue, Viki Alex Candra (29) berjaga di ruang tengah rescue Dinas Pemadam Kebakaran dan Penyelamatan Pemerintah Kota Surabaya bersama petugas lainnya.

Ruangan itu cukup luas, dikelilingi seragam dinas penyelamatan lengkap dengan helmnya.

Mereka masih nampak santai berbincang, mengupas kuaci, mengaduk secangkir kopi hitam sebelum diseduh untuk menahan kantuk.

Namun di setiap saku, mereka mengantongi handy talky (HT) dan wajib memantau informasi melalui radio komunitas. Sirine peringatan panggilan dalam kantor ini tak boleh mati saat dibutuhkan.

“Kayak gini masih santai, tapi kita wajib stand by,” kata Viki saat ditemui Kompas.com, Kamis (27/11/2025).

Sebelum memulai jaga malam, Viki bersama petugas lainnya lebih dulu melakukan breafing persiapan apabila ada panggilan penanganan kebakaran.

Membagi tim untuk lapangan maupun berjaga di kantor, menganalisis objek kebakaran, memastikan semua sarana dan prasarana siap pakai saat penanganan, hingga unit pemadam sudah terparkir rapi dan siap meluncur sewaktu-waktu.

“Dalam keseharian kita sudah terbiasa melakukan penanganan ketika ada laporan, asal laporannya jelas, gak pakai nunggu lama,” ucap Viki.

DPKP Kota Surabaya telah menetapkan batas maksimal kecepatan petugas sampai di lokasi usai menganalisis laporan adalah 6,5 menit. Sementara prosedur operasional standar (SOP) secara nasional yakni 10 menit.

“Kita bukan pakai hitungan menit lagi, tapi detik. Karena yang kita tangani adalah api dan mudah merambat,” jelasnya.

Hal senada diucapkan Elfanio (34). Bagi seorang petugas damkar, pertaruhan mereka adalah berpacu dengan waktu dan api.

“Setiap detik sangat berharga karena berkaitan dengan nyawa,” kata Elfanio.

Pria yang akrab disapa Neo tersebut menjelaskan bahwa DPKP Kota Surabaya memiliki batas kecepatan maksimal lebih singkat dari SOP nasional karena ada 20-an pos rayon.

“Tahun ini persingkat lagi menjadi 6,5 menit harus sudah sampai karena di jumlah pos atau stasiunnya banyak lebih dari 20 yang back up satu Kota Surabaya. Satu pos bisa cover satu sampai dua kecamatan,” bebernya.

Ketika sirine penanda laporan kebakaran berbunyi, petugas yang sudah menganalisis akses lokasi, objek dan proses penanganan, mereka segera meluncur dengan unit merah gagahnya.

Unit melaju begitu cepat, menghalau pengendara lain dengan sirine peringatan. Tetapi, tak jarang juga petugas mendapat kendala saat menuju lokasi kebakaran.

“Tapi gak bisa nyalahin pengendara lain juga karena Surabaya padat dan sulit mengatasi juga. Tapi kadang ada juga oknum yang sengaja menghalangi,” terangnya.

Pengalaman yang sama juga dirasakan petugas damkar Abdul Aziz (33).

Mereka hanya merespon tenang dan tetap memberikan imbauan agar pengendara lebih mengutamakan petugas damkar.

“Kadang ada masyarakat yang melihat, mendengar kalau ada sirine, haluan informasi dari kita kalau kendaraan harus menepi. Tapi ada oknum yang jail,” keluhnya.

https://surabaya.kompas.com/read/2025/12/02/061200378/jadi-andalan-warga-damkar-surabaya--setiap-detik-berharga

Terkini Lainnya

Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Regional
Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Regional
KUHAP Sudah Diketok, tapi Aktivis Gen Z Sukabumi Tetap Resah, Kenapa?
KUHAP Sudah Diketok, tapi Aktivis Gen Z Sukabumi Tetap Resah, Kenapa?
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com