Salin Artikel

Kisah Guru di Sumenep, Hampir 30 Tahun Mengajar Akhirnya Terima SK PPPK Paruh Waktu

Kegiatan pengangkatan yang digelar di GOR A. Yani Sumenep ini menjadi pengakuan resmi atas pengabdian Mantang Mandar sejak 1995 sebagai guru honorer di daerah terpencil.

Bagi Mantang, momen ini sangat berharga karena SK tersebut diperjuangkan melalui perjalanan laut yang panjang dan penuh risiko. Menurut dia, SK itu sebagai wujud apresiasi yang selama ini dinantikan.

“Saya sudah lama menunggu ada pengakuan dari pemerintah. Alhamdulillah akhirnya datang juga,” kata Mantang saat ditemui di sela-sela pelantikan.

Mantang Mandar menjadi satu dari 5.000 lebih PPPK Paruh Waktu yang menerima SK dalam acara Penyerahan Surat Keputusan Bupati Sumenep tentang Pengangkatan PPPK Paruh Waktu Formasi Angkatan Tahun 2025.

Pengangkatan tersebut semakin mengharukan karena Mantang Mandar menerima SK bersamaan dengan mantan murid-muridnya, seperti Moh Ramli, Eva Novita, Abdurrahman, Eka Ruspawati, dan Reti Yulistiana.

Perjalanan 2 Hari di Laut

Mantang Mandar menceritakan, perjalanannya menuju pelantikan dimulai pada Jumat (28/11/2025) pukul 04.00 WIB dari Pulau Sakala menuju Pulau Saseel dengan kapal siaga desa.

Kapal yang ditumpanginya bersama tujuh guru honorer lain sempat mogok di tengah laut.

“Mesinnya tiba-tiba mati, kami terombang-ambing cukup lama. Banyak yang muntah karena ombak,” katanya.

Setelah tiba di pulau Saseel dan salat Dzuhur, perjalanan dilanjutkan menuju Kecamatan Sapeken selama sekitar satu setengah jam.

Namun, setibanya di pelabuhan, mereka harus menunggu dari pukul 15.00 WIB sampai pukul 01.00 WIB dini hari untuk kapal berikutnya.

“Menunggunya di ruang tunggu. Itu yang paling melelahkan. Tapi, kami tetap bertahan karena harus sampai Sumenep,” ujarnya dengan tekad.

Sekitar pukul 02.00 WIB, rombongan berangkat dari pulau Sapeken ke Pelabuhan Batu Guluk di Pulau Kangean dan tiba pukul 07.00 WIB. Dari sana, perjalanan diteruskan ke Pelabuhan Kalianget dan baru tiba pada Sabtu malam pukul 23.00 WIB.

Dia pun berharap status barunya memberi kepastian kerja.

“Kalau boleh berharap, ya saya hanya ingin tunjangan yang layak, supaya bisa terus mengajar dengan tenang,” harapnya.

Setelah mengikuti kegiatan penyerahan SK, Mantang tidak bisa langsung pulang. Dia dan rombongan baru bisa pulang pada 4 Desember 2025, karena menunggu jadwal kapal dan taksi laut.

“Tidak bisa langsung pulang. Karena kapal tidak setiap hari. Kapal taksi dari Sakala misalnya, itu hanya sepekan tiga kali. Jadi harus meningap dulu," katanya.

https://surabaya.kompas.com/read/2025/12/01/143728278/kisah-guru-di-sumenep-hampir-30-tahun-mengajar-akhirnya-terima-sk-pppk

Terkini Lainnya

Dukung Konservasi, Bulog Kembangkan Jambu Air Camplong di Sampang
Dukung Konservasi, Bulog Kembangkan Jambu Air Camplong di Sampang
Regional
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Regional
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Regional
Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com