LUMAJANG, KOMPAS.com - Bencana erupsi Gunung Semeru sudah memasuki hari ketiga sejak terjadi luncuran awan panas pada Rabu (19/11/2025).
Warga masih tidak menyangka terjangan bencana yang berlangsung hanya beberapa jam bisa menyapu jerih payah warga membangun rumahnya bertahun-tahun.
Puluhan rumah di Dusun Sumbersari, Desa Supiturang, Kecamatan Pronojiwo, tampak tidak berbentuk.
Ada yang rumahnya tinggal setengah, ada yang tersisa bak mandi dan WC, ada yang ambruk, dan ada pula yang tersisa fondasi.
Berdasarkan data BPBD Kabupaten Lumajang, jumlah rumah rusak berat akibat erupsi Gunung Semeru sebanyak 21 rumah.
Sedangkan, fasilitas umum terdapat dua mushala dan satu gedung SDN 2 Supiturang.
Sambil melihat tempat rumahnya dulu yang berdiri kokoh, mata Sumiyati tampak berkaca-kaca sambil sesekali tangan memungut jilbab cokelat untuk mengusap air mata yang jatuh ke pipi.
Tidak jarang ia menyapa warga lain yang lewat sambil menanyakan kondisi rumah mereka.
"Rumah saya habis, padahal baru saya perbaiki atapnya biar bisa ditinggali," kata Sumiyati dengan suara bergetar menahan tangis, Kamis (20/11/2025).
Alasan kembali ke rumah asal
Sumiyati mengaku baru tinggal lagi di Dusun Sumbersari, Desa Supiturang, Kecamatan Pronojiwo, 7 bulan terakhir.
Sebelumnya, Sumiyati dan warga lainnya tinggal di hunian tetap Bumi Semeru Damai (BSD) Desa Sumbermujur, Kecamatan Pronojiwo.
Lokasi itu adalah kawasan relokasi buatan pemerintah untuk penyintas erupsi Semeru tahun 2021 yang tinggal di kawasan rawan bencana (KRB) III, termasuk warga Dusun Sumbersari.
"Saya baru 7 bulan di sini, dulu di huntap," terangnya.
Namun, kegalauan terus menyelimuti Sumiyati karena tidak tahu harus mendapatkan penghasilan dari mana jika tinggal di kawasan relokasi itu.
Sebab, setahun lebih sejak menerima kunci rumah di BSD pada 2022, ia mengaku tidak bisa bekerja.
"Kalau di sini bisa ke sawah, tanam cabai, tomat, di sana (BSD) enggak bisa kerja," jelasnya.
Anik, warga lainnya mengatakan, tidak ada lagi barang di rumahnya yang tersisa usai disapu banjir lahar hujan Gunung Semeru.
Ia lari dari rumahnya hanya membawa baju yang menempel di tubuh. Barang-barang berharga tidak sempat diselamatkan.
"Sendok satu saja tidak ada, semuanya habis," ungkapnya.
Jumlah warga mengungsi
Berdasarkan data Pemkab Lumajang, sebanyak 1.131 warga di Kecamatan Pronojiwo dan Candipuro, Kabupaten Lumajang, Jawa Timur, mengungsi akibat erupsi Gunung Semeru. Mereka mengungsi ke 11 lokasi pengungsian.
Rinciannya, 7 lokasi pengungsian berada di Kecamatan Pronojiwo dengan jumlah pengungsi sebanyak 806 jiwa. Sedangkan, di Kecamatan Candipuro, dari empat lokasi pengungsian, terdapat 325 warga yang mengevakuasi diri ke sana.
"Jumlah pengungsi sampai hari ini ada 1.000 orang lebih tersebar di 11 lokasi pengungsian di dua kecamatan," kata Sekretaris Daerah Kabupaten Lumajang Agus Triyono, Kamis (20/11/2025).
Agus menyebut, jumlah pengungsi tersebut masih bisa naik maupun turun tergantung perkembangan kondisi Gunung Semeru.
Menurutnya, warga di sekitar lereng Gunung Semeru sudah paham karakter gunung. Sehingga, saat kondisi sudah dirasa normal, warga akan kembali ke rumahnya masing-masing.
https://surabaya.kompas.com/read/2025/11/21/091146778/saat-warga-pronojiwo-kebingungan-harus-tinggal-di-mana-usai-rumahnya-disapu