Udara dan air hujan di Kota Surabaya terkontaminasi mikroplastik sebanyak 12 partikel/90 cm²/2 jam.
Sementara itu, peringkat tertinggi diduduki Jakarta Pusat dengan 37 partikel mikroplastik dalam dua jam.
Para peneliti dan aktivis lingkungan dari Jaringan Gen Z Jatim Tolak Plastik Sekali Pakai (Jejak), Komunitas Growgreen, River Warrior, dan Lembaga Kajian Ekologi dan Konservasi Lahan Basah (Ecoton) menemukan asal muasal mikroplastik.
“Mayoritas mikroplastik udara ditemukan dalam bentuk fragmen 53,26 persen, fiber 46,14 persen, dan film 0,6 persen,” kata Kepala Laboratorium Ecoton, Rafika Aprilianti, Selasa (18/11/2025).
Sumbernya berasal dari aktivitas padat manusia, seperti lalu lintas, industri tekstil, debu rumah tangga, kemasan sekali pakai, botol plastik PET (polyethylene terephthalate), serat pakaian polyester, jaring ikan, tali nilon, dan abrasi ban kendaraan.
“Polyethylene terephthalate (PET), polimer yang paling banyak digunakan dalam botol minuman, serat tekstil poliester, dan kemasan makanan, ini menjadi komponen dominan,” kata dia.
Rafika juga menyebut bahwa PET bersama polyethylene (PE) merupakan dua polimer yang paling luas penyebarannya dan dapat masuk ke dalam tubuh manusia melalui makanan, minuman, udara, serta serat tekstil yang terhirup.
Setidaknya, seseorang dapat menelan 39.000 hingga 52.000 partikel mikroplastik setiap tahun melalui makanan dan minuman.
Angka ini dapat meningkat pada individu yang sering mengonsumsi air minum dalam kemasan.
“Temuan kami (Ecoton) juga memperlihatkan bahwa paparan tersebut tidak berhenti di saluran pencernaan, tetapi dapat mencapai jaringan seperti darah, paru-paru, dan plasenta,” kata Koordinator Kampanye Ecoton, Alaika Rahmatullah.
Alaika menyampaikan bahwa temuan polimer mikroplastik paling mendominasi pada pembuluh darah manusia, sekitar 58 persen terdeteksi polietilen tereftalat (PET) dengan kadar 21,7 ± 24,5 µg/mg plak, dan 12,1 persen terdeteksi polivinil klorida (PVC) dengan kadar 5,2 ± 2,4 µg/mg plak.
“Mikroplastik ini bisa menumpuk di dinding pembuluh darah, menghambat aliran darah menuju ke seluruh bagian tubuh, dan akhirnya meningkatkan risiko stroke, angina, dan serangan jantung,” ucap dia.
https://surabaya.kompas.com/read/2025/11/18/163358478/botol-plastik-serta-tekstil-sumbang-mikroplastik-di-udara-dan-air-hujan