Bagi sebagian orang, hujan mungkin menjadi waktu yang tepat untuk menikmati hari dengan beristirahat.
Namun, tidak demikian dengan Satinah, warga RT 002, RW 002, Kelurahan Kampung Melayu, Kecamatan Banyuwangi.
Meski hujan reda, ia duduk dengan was-was di depan rumah mungilnya yang berada di tepi jalan, yang lokasinya dekat dengan aliran Sungai Kalilo.
"Kalau hujan begini sudah siap-siap dipan (bangku kayu) di depan rumah," kata nenek berusia 70 tahun itu.
Matanya sayu menggambarkan kelelahan ketika ia melihat genangan air yang ada di depan rumahnya.
Satinah bercerita bahwa banjir memang kerap melanda lingkungan rumahnya.
Rumah Satinah berada di area cekung antara Sungai Kalilo dan permukiman Kampung Melayu.
Kala air sungai meluap, air dengan mudah mengalir deras ke wilayah itu dan tertahan. "Biasanya hujan dua hari gitu banjir bisa sampai tiga hari," ucap Satinah.
Banjir itu sudah sering terjadi sejak dahulu, bahkan ia sudah bisa memprediksi kapan air akan datang jika hujan mulai mengguyur Banyuwangi.
Belum lagi, banjir rob juga biasa menerjang permukiman tersebut, terutama rumahnya yang memang berada pada posisi cekungan.
"Kalau banjir rob bisa sampai tujuh hari," ujarnya.
Setiap ia tahu bahwa air akan datang, Satinah yang hanya tinggal bersama cucunya akan mengemasi barang-barang mereka dan menaruhnya ke tempat yang lebih tinggi.
Kadang hanya pasrah
Untuk meminimalkan air masuk rumah, ia hanya bisa berupaya menutup rumahnya dengan bangku kayu yang ditutup kayu seadanya.
Usaha itu diakuinya cukup membantu meski tak jarang juga sia-sia.
Kalau banjir yang menerjang sudah kelewat tinggi, ia hanya bisa pasrah. "Ya mau gimana lagi, cuma bisa berharap cepat surut saja," ujar dia.
Enggan pergi
Meski menjadi langganan banjir, Satinah mengaku enggan pergi dari rumah yang telah ditempatinya sejak lama itu.
Ia memilih menyesuaikan diri dengan keadaan.
Bahkan, meski bingung tiap banjir datang, ia tetap memilih untuk menceritakan hal-hal lucu yang terjadi saat banjir.
"Kalau banjir itu, sering ada barang hanyut. Ada ikan hanyut, mangkok, sampai bendera juga pernah ditemukan cucu saya," ujarnya seraya tertawa.
Kini, dengan musim hujan yang mulai terjadi di Banyuwangi, Satinah pun meningkatkan kewaspadaan untuk kembali menyelamatkan barang-barangnya ketika banjir datang.
Namun demikian, ia berharap perhatian pemerintah kepada warga yang terkena bencana banjir.
"Saya janda tua, tinggal hanya sama cucu dan tidak pernah dapat bantuan. Tolong diperhatikan," kata Satinah.
https://surabaya.kompas.com/read/2025/11/14/183741878/hujan-sejam-cemas-berhari-hari-cerita-satinah-warga-banyuwangi-bertahan-di