Salin Artikel

Atap Pink Bandara Jember Ramai Dikritik Warganet, Ini Penjelasan Akademisi

Perubahan ini terjadi menjelang dimulainya kembali penerbangan reguler Jember-Jakarta.

Warna mencolok pada atap terminal bandara milik Pemerintah Kabupaten Jember ini viral di media sosial dan memicu beragam reaksi.

Sebagian warga menilai warna pink terlalu mencolok untuk bangunan bandara. Beberapa di antaranya menyarankan agar digunakan warna yang lebih netral seperti abu-abu, putih, atau warna tanah.

Selain itu, ada juga yang menyoroti aspek keselamatan penerbangan, di mana warna terang dianggap berpotensi memantulkan cahaya dan mengganggu pandangan pilot.

Menanggapi kritik tersebut, Dosen Manajemen Rekayasa Transportasi Fakultas Teknik Sipil Universitas Jember, Sonya Sulistyono, menjelaskan bahwa standar desain bandara diatur dalam pedoman internasional seperti ICAO (International Civil Aviation Organization) dan FAA (Federal Aviation Administration).

“Secara prinsip, bandara dibagi dua area, sisi udara (air side) dan sisi darat (land side). Semua hal di sisi udara seperti runway, taxiway, dan apron diatur sangat detail, termasuk warna, ukuran, dan tingkat reflektor,” ungkapnya kepada Kompas.com, Rabu (12/11/2025).

Sonya menambahkan bahwa aturan mengenai tampilan atau warna gedung bandara di sisi darat tidak diatur secara ketat.

"Kalau terkait dengan bangunan bandara, sepanjang yang saya ketahui tidak diatur secara rigid. Banyak bandara yang menyesuaikan desain dengan karakter lokal, seperti Bandara Minangkabau, Toraja, atau Banyuwangi,” jelasnya.

Meski demikian, ia menegaskan bahwa prinsip utama dalam desain bandara adalah menghindari penggunaan bahan atau cat yang memiliki sifat reflektif tinggi.

“Atap bandara memang sebaiknya tidak memantulkan cahaya. Warna terang seperti putih boleh saja, asalkan tidak ada unsur reflektornya,” katanya.

Sonya berpendapat bahwa pilihan warna pink di atap Bandara Notohadinegoro lebih mengarah pada estetika dan branding daerah, bukan pada aspek keselamatan penerbangan.

“Kalau catnya tidak memantulkan cahaya, tidak ada masalah dari sisi regulasi penerbangan. Setahu saya, aturan tidak secara detail melarang warna tertentu,” ujarnya.

Ia juga mengingatkan bahwa yang perlu dihindari adalah bahan cat dengan kandungan reflektor.

"Kalau catnya seperti cat outdoor biasa tanpa bahan reflektor, sebenarnya aman. Hanya saja, karena bidang atap itu luas, perlu diperhatikan agar tidak menciptakan pantulan berlebihan,” tambahnya.

Sonya menilai bahwa polemik ini bisa diselesaikan dengan komunikasi yang baik antara pengelola bandara dan masyarakat.

“Bila masyarakat atau secara komunitas tak nyaman dengan hal tersebut, bisa berkomunikasi langsung dengan pemkab. Tapi secara teknis, selama tidak ada pantulan cahaya yang membahayakan navigasi, tidak ada pelanggaran aturan,” pungkasnya.

Sementara itu, Plt Kepala Dinas Perhubungan Jember, Gatot Troyono, menyampaikan bahwa tidak ada alasan khusus mengubah warna atap bandara.

"Gak ada alasan apa-apa," ucapnya singkat melalui pesan WhatsApp.

Ia juga tidak menyebutkan merek cat yang digunakan, menganggapnya terlalu teknis.

"Yang pasti cat genteng, kalau genteng pakai cat genteng," papar Gatot.

https://surabaya.kompas.com/read/2025/11/12/165617378/atap-pink-bandara-jember-ramai-dikritik-warganet-ini-penjelasan-akademisi

Terkini Lainnya

Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Regional
Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Regional
KUHAP Sudah Diketok, tapi Aktivis Gen Z Sukabumi Tetap Resah, Kenapa?
KUHAP Sudah Diketok, tapi Aktivis Gen Z Sukabumi Tetap Resah, Kenapa?
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com