Salin Artikel

Lagi, Nelayan Kangean Sumenep Demo di Tengah Laut Desak Kapal Survei Seismik Pergi

Mereka menolak keberadaan kapal yang diduga melakukan survei seismik di perairan dangkal sekitar pulau tersebut.

Para nelayan mengungkapkan bahwa kegiatan survei seismik menimbulkan keresahan dan kekacauan sosial di Kepulauan Kangean.

Mereka meyakini rencana tambang migas di perairan dangkal Kangean dapat merusak ekosistem laut dan keseimbangan lingkungan setempat.

Koordinator aksi, Ahmad Yani, menegaskan bahwa salah satu tuntutan utama para nelayan adalah agar kapal segera pergi.

“Itu kesepakatan pihak kapal dan massa aksi, mas. Salah satu yang dituntut adalah soal izin kapal yang diduga sudah kadaluarsa per 25 Oktober, jadi harus hengkang,” kata Yani di Sumenep, Rabu (12/11/2025).

Meski beredar kabar bahwa survei seismik akan segera berakhir, nelayan tetap menuntut penghentian total semua aktivitas seismik di perairan Kangean.

Mereka juga mendesak Syahbandar Kangean agar tidak memberikan izin bagi kapal yang terindikasi melakukan survei seismik tersebut.

“Kami juga meminta perusahaan bertanggung jawab atas kekisruhan sosial yang terjadi, memulihkan kondisi masyarakat agar kembali damai dan tenteram,” desak Yani.

Selain itu, para nelayan mendesak Presiden Prabowo Subianto, Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa dan Bupati Sumenep Achmad Fauzi Wongsojudi untuk segera menghentikan dan menarik kapal survei dari perairan Kangean.

Mereka juga mendorong Menteri Kelautan dan Perikanan mengawasi dan mengaudit PT KEI yang berencana melakukan eksplorasi migas di pulau kecil tersebut.

“Mohon Menteri ESDM memanggil SKK Migas dan menghentikan semua aktivitas seismik di Kangean,” jelasnya.

Sementara itu, Humas KEI khusus seismik di Pulau Kangean, Jumadi Achmad, menyampaikan bahwa pihaknya terus menempuh langkah-langkah persuasif dalam merespons penolakan nelayan.

“Kami upayakan diskusi dan negosiasi dengan mereka agar tidak terjadi kesalahpahaman,” kata Jumadi kepada Kompas.com.

Jumadi menambahkan bahwa komunikasi dan koordinasi di lapangan dengan berbagai pihak tetap dijalankan untuk menjaga situasi tetap kondusif.

Terkait izin operasional kapal yang disebut sudah kadaluarsa, pihak KEI akan berkoordinasi dengan agen pelayaran lokal di Kangean yang berhubungan langsung dengan Syahbandar.

“Kami tidak menggunakan agen dari luar. Mereka (agen lokal) yang menjembatani kami dalam pengurusan izin kapal. Soal itu, kami akan koordinasikan kembali,” ungkapnya.

PGA Manager KEI, Kampoy Naibahu, menambahkan bahwa kegiatan survei seismik yang dilakukan di perairan Kangean sudah sesuai dengan aturan dan perizinan yang berlaku.

“Kami berusaha taat hukum, taat regulasi, dan bekerja sesuai peraturan yang berlaku. Kegiatan ini murni survei seismik, bukan eksploitasi. Ini untuk mendukung program ketahanan energi,” kata Kampoy.

Menurutnya, perusahaan tetap berkomitmen untuk melaksanakan pekerjaan dengan bertanggung jawab dan transparan.

https://surabaya.kompas.com/read/2025/11/12/131858378/lagi-nelayan-kangean-sumenep-demo-di-tengah-laut-desak-kapal-survei-seismik

Terkini Lainnya

Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Regional
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Regional
Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com