“Hari pertama sesi tiga tiba-tiba banyak komputer ke log out, hampir 50 persen tapi bisa direset dengan komputer server dan anak-anak bisa log in lagi,” kata Aini, Selasa (4/11/2025).
Aini mengatakan, pihak sekolah mampu menuntaskan TKA selama dua hari dengan tiga gelombang per hari karena ketersediaan komputer atau laptop memadai.
Pihak sekolah menyediakan 140 lebih komputer dan laptop.
Artinya, sisanya siswa membawa laptop sendiri untuk mengerjakan tes.
Selain mendukung fasilitas, langkah tersebut digunakan agar siswa merasa nyaman saat mengerjakan soal.
“Kalau internet kami semi daring. Sehingga memakai jaringan LAN. Jadi tidak ada masalah karena lebih terjamin karena tertarik kabel,” jelasnya.
Para guru berharap, dengan adanya TKA dapat membuka peluang lebih besar untuk siswa lolos SNBP karena tidak hanya mengandalkan nilai rapor semester 5.
“Kami berharap dengan adanya nilai TKA bisa memvalidasi anak yang benar-benar mampu membuktikan kalau nilai rapornya tidak sekadar nilai tapi juga segi prestasi,” pungkasnya.
Sementara itu, berjalan selama 2 hari sejak kemarin, proses TKA berlangsung lancar meski sedikit mengalami kendala.
“Alhamdulillah lancar walaupun ada kendala kecil-kecil. Misal butuh reset ulang atau ganti token itu hal biasa,” kata Kepala SMAN 10 Surabaya, Teguh Santoso kepada Kompas.com, Selasa (4/11/2025).
Teguh bilang, persiapan SMAN 10 Surabaya sebelum menghadapi TKA telah dimulai sejak 3 bulan lalu.
Pihaknya telah menyosialisasikan kepada orangtua atau wali murid dan mendapat dukungan penuh.
Berdasarkan pengakuan orangtua atau wali murid, sejak Ujian Nasional (UN) ditiadakan, semangat siswa untuk belajar menjadi kian menurun. Oleh sebab itu, dengan adanya TKA menjadi dorongan semangat.
“Kami justru bersyukur setelah sekian lama UN tidak ada, semangatnya menurun. Dengan TKA ini, kita coba membangkitkan semangat mereka untuk belajar lagi,” imbuhnya.
Hampir 99,9 persen atau 391 siswa kelas 12 SMAN 10 Surabaya memilih mengikuti TKA.
Hanya 1 siswa yang memilih tidak ikut karena ingin melanjutkan kerja setelah lulus sekolah.
Pihak sekolah tidak dapat memaksakan karena TKA bersifat opsional.
Tetapi, dukungan moral dan material tetap diberikan melalui pembekalan peningkatan soft skill dari pihak sekolah.
Meski begitu sebelumnya pihak sekolah menyarankan agar siswa dapat mengikuti TKA sebagai modal tambahan untuk mendapatkan tiket perguruan tinggi di melalui jalur prestasi.
“Kita sudah ngasih arahan, kamu kuliah atau tidak, ikuti saja karena kita gak tahu regulasi ke depan seperti apa. Nanti akan muncul sertifikat TKA, bisa dipakai ke perguruan tinggi jalur prestasi, tidak menutup kemungkinan,” bebernya.
Selain itu, pihak sekolah sebelumnya juga bekerja sama dengan lembaga bimbingan belajar (LBB) swasta untuk memberikan materi tambahan kepada siswa dengan biaya terjangkau menjelang TKA.
“Harapannya memang anak-anak dibekali tidak hanya sekadar TKA tetapi persiapan menuju SNBT. Jadi sekaligus ibarat 2-3 pulau terlampaui,” terangnya.
Untuk menghindari kecurangan siswa selama proses pengerjaan, tas dan alat elektronik siswa dikumpulkan di depan meja kelas.
Satu kelas, dijaga setidaknya minimal dua pengawas.
“Pengawasannya kami silang, dari sekolah lain dan guru kami mengawasi di sekolah lainnya juga. HP, tas milik siswa dikumpulkan di depan,” jelasnya
Ia berharap, dengan adanya TKA, tidak hanya prestasi siswa yang meningkat secara kualitas tetapi juga kuantitas, semakin banyak siswa yang lolos ke Perguruan Tinggi Negeri (PTN).
https://surabaya.kompas.com/read/2025/11/04/164711678/sebagian-komputer-untuk-tka-di-sman-10-surabaya-sempat-mati-di-hari-pertama