Rina Solvy Oktayani (34), ibunda korban menangis saat mengenang putri sulungnya yang telah dimakamkan di Kompleks Pemakaman, Desa Bloro, Kecamatan Besuki, Rabu (29/10/2025) pukul 09.00 WIB itu.
Baru 20 Oktober kemarin, anak pertamanya berulang tahun yang ke-13.
Korban belum sempat mengenakan jam tangan yang diminta sebagai hadiah ulang tahun.
"Minta jam tangan, belum sempat dipakai," kata Rina sambil berkaca-kaca saat didatangi di rumahnya di Jalan Garuda RT 2 RW 4, Desa Besuki, Kecamatan Besuki, Kamis (30/10/2025).
Tak ada firasat
Ia mengaku tak ada firasat apa pun saat terakhir bertemu Putri sepekan lalu. Saat itu, putri pulang ke rumah.
Putri dikenal sebagai anak yang pendiam, penurut, dan sangat dekat dengan ayahnya.
Putri hanya meminta diantar kembali ke Pondok Pesantren karena harus mempersiapkan diri untuk ikut lomba hafalan Quran juz 30.
"Itu mau ikut lomba tahfidz Qur'an, anaknya sudah menghafalkan," ujar dia.
Minta dipeluk
Rina mengaku mendapat kabar pertama kali dari pihak Pondok Pesantren sekitar pukul 00.30 WIB.
Rina dan suaminya, Wahyudi langsung bergegas berangkat ke IGD RS Jatimed tempat putrinya dirawat.
Saat Rina tiba di rumah sakit, anaknya masih dalam kondisi sadar. Bahkan, memanggil ibu dan ayahnya.
Kemudian memeluk, sambil berkata sekujur tubuhnya sakit.
"Dia sadar, manggil ayah sama ibu, langsung dipeluk. Ngomong dia kalau dia badannya sakit semua," ujarnya.
Rina mengaku kaget dan tak menyangka anaknya akan menjadi korban dalam kejadian ini. Namun, dia dan suaminya mengaku ikhlas, menerima kejadian ini.
Seorang santriwati meninggal dunia dan belasan lainnya mengalami luka-luka dalam insiden ambruknya bangunan ponpes di Situbondo itu.
Artikel ini telah tayang di Surya.co.id dengan judul "Sosok Santri Putri yang Meninggal Tertimpa Atap Ponpes Situbondo, Sempat Minta Dipeluk Orangtuanya."
https://surabaya.kompas.com/read/2025/10/31/080341578/tangis-ibu-santriwati-korban-ambruknya-ponpes-situbondo-dia-minta-dipeluk