Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jember Indra Tri Purnomo mengatakan, rilis dari BMKG, tahun ini terjadi kemarau basah, yang seharusnya bulan-bulan ini hingga November nanti masih kemarau.
Bulan ini, terjadi pergantian musim yang membuat Jember mengalami cuaca ekstrem.
"Pagi sampai siang panas lebih tinggi, tiba-tiba jam satu siang sampai malam hijan intensitas tinggi," kata Indra kepada Kompas.com, Senin (27/10/2025).
Ia menyampaikan, perkiraan cuaca ekstrem terjadi sampai awal November lantas memasuki musim hujan.
Cuaca ekstrem yang terjadi beberapa pekan terakhir menimbulkan risiko bencana seperti pohon tumbang, sebab sering hujan sangat deras disertai angin kencang.
"Jangan berteduh di bawah pohon saat hujan deras terutama pedagang yang berjualan di bawah pohon," imbaunya.
Indra berharap masyarakat punya kepedulian untuk mencegah pohon tumbang dengan melakukan perompesan pohon tinggi dan berisiko secara swadaya di wilayahnya masing-masing.
"Mohon kerjasama warga dengan penuh kesadaran, swadaya merompes pohon di sekitar rumah yang tinggi-tinggi," tuturnya.
Potensi bencana lain yang bisa timbul pada musim ini adalah banjir di derah dataran rendah dan tanah longsor di wilayah dataran tinggi.
Menurut Indra, hutan gundul bisa jadi penyebab besarnya luapan air dari dulu sehingga daya tampung sungai rendah dan terjadilah banjir.
Potensi seperti ini bisa terjadi di dwrah dataran rendah Kecamatan Bangsalsari, Tempurejo, Wonoasri, dan Sumberbaru.
"Yang terbaru terjadi banjir di suatu desa di Kecamatan Sumberbaru, namun sudah surut. Sudah kita assesment dan beri bantuan," paparnya.
Di Desa Wonoasri Kecamatan Tempurejo, tambah Indra, jadi langganan banjir akibat luapan sungai.
Namun, mitigasi belum berjalan optimal karena normalisasi aliran sungainya harus melibatkan pihak pemerintah provinsi.
"Sedang kami upayakan koordinasi untuk normalisasi sungai," imbuhnya.
Sedangkan potensi banjir karena sumbatan sampah di saluran irigasi biasa terjadi di wilayah kota seperti Kecamatan Kaliwates dan Sumbersari.
Bencana banjir setidaknya bisa dicegah dengan perlaku sadar masyarakat untuk tak membuang sampah sembarangan.
Sebaliknya, potensi tanah longsor terjadi daerah dengan geografis dataran tinggi seperti di wilayah Kecamatan Panti, Jelbuk, Silo, dan beberapa daerah di Kecamatan Sumberbaru.
Pihaknya menghimbau masyarakat di daerah bukit waspada jika terjadi hujan deras.
"Jika terjadi retakan tanah segera laporkan ke pemerintah setempat, desa atau kecamagan ahar dikoordinasikan dengan BPBD," pesannya.
https://surabaya.kompas.com/read/2025/10/27/141105178/cuaca-ekstrem-di-jember-berpotensi-banjir-dan-longsor