Salin Artikel

Sekolah Disegel, 111 Siswa SD Tamberu 2 Pamekasan Telantar, Belajar di Tenda Tanpa Kursi

Sudah lima hari para siswa tidak bersekolah. Sejak Minggu (19/10/2025) pintu sekolah mereka disegel oleh ahli waris yang mengaku sebagai pemilik lahan sekolah itu. 

Alhasil, sejak Senin lalu, siswa-siswa hanya datang untuk mengambil menu Makan Bergizi Gratis (MBG).

Sebelumnya diberitakan, ahli waris menyegel sekolah itu menyusul sengketa lahan yang belum tuntas antara ahli waris dan Pemerintah Kabupaten Pamekasan.

Penyegelan tersebut merupakan kali kedua setelah sempat terjadi pada tahun 2024 lalu. Ahli waris, Ach. Rosyidi, mengungkapkan, penyegelan sebagai bentuk protes kepada pemerintah, Sebab, tanah yang ditempati SDN Tamberu 2 adalah milik keluarganya. 

Akibat penyegelan itu, kini demi melanjutkan proses belajar,  puluhan wali murid berinisiatif menggunakan tenda Badan Penanggulan Bencana Daerah (BPBD) yang didirikan sejak dua hari lalu.

Para orangtua membantu membersihkan di area tenda, baik di dalam maupun di luar tenda.

Mereka sengaja membawa peralatan dari rumah, mulai dari sapu lidi, cangkul dan sejumlah perlatan lain.

"Kami membantu guru membersihkan tempat di dalam dan di luar tenda. Dengan harapan anak kami bisa segera belajar," kata Juhairiyah, salah satu wali murid.

Juhairiyah menyampaikan, pihak sekolah masih kesulitan mendapatkan bangku untuk dua tenda darurat. Pasalnya, bangku di dalam sekolah belum diizinkan diambil untuk dipindahkan ke tenda.

"Ada wali murid yang coba meminta izin ke ahli waris untuk ambil bangku. Tapi tidak diperbolehkan," kata Juhairiyah.

Juhairiyah mengatakan, kemungkinan siswa akan belajar di tenda dengan alas tikar.

Sebagai wali murid, dia mengaku khawatir dengan kondisi tersebut, apalagi sudah mulai musim hujan.

"Kami sangat berharap persoalan ini segera selesai. Sudah lima hari siswa tidak bisa belajar normal," ucapnya.

Meski begitu, para siswa pun tetap datang setiap hari. Selain untuk mengambil menu Makan Bergizi Gratis (MBG), mereka pun berharap bisa bersekolah lagi.

Bahkan, kedua pihak belum berupaya berkoordinasi dengan ahli waris sejak pertama kali sekolah disegel.

Rasyidi mengaku, hingga kini tidak ada pihak sekolah maupun lembaga pemerintah lainnya berkoordinasi.

"Tidak ada koordinasi dengan kami baik melalui telepon maupun bertemu langsung," kata dia.

Rasyidi mendengar, sempat ada rapat di Kantor Kecamatan Batumarmar. Saat itu hadir Kepala Disdikbud Mohamad Alwi, Camat Batumarmar R. Muhammad Lutfi, kepala sekolah dan wali murid.

"Dalam pertemuan itu tidak ada pembahasan penyelesaian dengan kami. Malah mereka membahas soal relokasi siswa," kata dia.

ia menilai tidak ada itikad baik dari pemerintah untuk menyelesaikan sengketa lahan.

"Hati nurani kami tidak tega kepada siswa. Tapi memang tidak ada itikad baik dari sekolah maupun dari Disdikbud," sebut Rasyidi.

https://surabaya.kompas.com/read/2025/10/24/090453978/sekolah-disegel-111-siswa-sd-tamberu-2-pamekasan-telantar-belajar-di-tenda

Terkini Lainnya

Dukung Konservasi, Bulog Kembangkan Jambu Air Camplong di Sampang
Dukung Konservasi, Bulog Kembangkan Jambu Air Camplong di Sampang
Regional
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Regional
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Regional
Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com