Salin Artikel

Hasil Lab Diungkap, Penyebab Keracunan 45 Siswa di Ngawi Bersumber dari Menu MBG

Kepastian itu diketehui berdasarkan hasil uji mikrobiologi terhadap sampel menu MBG dan muntahan yang diperiksa Balai Besar Laboratorium Kesehatan Masyarakat (BBLKM) Surabaya.

Kepala Bidang Sumber Daya Manusia, Kesehatan, dan Farmasi (SDMKF) Dinkes Ngawi, Dhina Handayani menyatakan hasil uji laboratorium menunjukkan dua jenis bakteri berbahaya ditemukan pada menu MBG yang disajikan kepada siswa pada Selasa (30/9/2025).

"Hasil uji lab menyebutkan menu MBG pada ayam lada hitam positif mengandung Bacillus cereus. Selain itu menu sayur brokoli positif mengandung Staphylococcus aureus," kata Dhina yang dikonfirmasi Kamis (23/10/2025).

Untuk mengungkap penyebab keracunan massal yang menyebabkan 45 siswa dirawat di puskesmas, Dinkes Ngawi mengirimkan 15 sampel makanan ke Balai Besar Laboratorium Kesehatan Masyarakat (BBLKM) Surabaya.

Sampel yang dikirim diantaranya berupa nasi putih, sayur brokoli wortel kapri, buah anggur, ayam lada hitam, dan tempe goreng.

“Kami juga mengirim dua sampel air dari depo pengolahan makanan SPPG Yayasan Cahaya Jendela Kebaikan selaku pengelola MBG,” jelas Dhina.

Untuk hasil uji sampel muntahan para siswa, kata Dina, petugas mendapati dua bakteri yang ditemukan pada dua menu MBG juga terdeteksi pada sampel muntahan.

Kondisi itu menunjukkan keracunan massal itu memang berasal dari menu MBG.

Menurut Dhina, efek dua bakteri yang masuk melalui MBG itu menjadikan banyak siswa pusing, diare, dan muntah-muntah.

Terhadap hasil uji lab tersebut, Dhina mengungkapkan Dinkes Ngawi sudah berkirim surat resmi kepada pengelola SPPG.

Surat itu berisi agar SPPG segera melakukan Inspeksi Kesehatan Lingkungan (IKL) dan evaluasi terkait penetapan Kejadian Luar Biasa (KLB) keracunan yang sempat terjadi.

Ia menduga bakteri penyebab keracunan yang menimpa 45 siswa itu dipicu persoalan kebersihan pengolahan makanan dan kualitas air yang digunakan SPPG.

Pasalnya pemantauan dilapangan menunjukkan air yang digunakan SPPG tersebut belum memenuhi standar kualitas air layak konsumsi.

Semestinya sebelum dikonsumsi airnya harus dilakukan sterilisasi terlebih dahulu.

Diberitakan sebelumnya, sebanyak 45 siswa SMKN 1 Sine, Kecamatan Sine, Kabupaten Ngawi, Jawa Timur, terpaksa dilarikan ke beberapa fasilitas kesehatan terdekat setelah mengalami mual, muntah dan pusing, Rabu (1/10/2025).

Siswa yang mengalami mual dan muntah diduga keracunan makanan bergizi gratis (MBG) kemarin.

Kasus keracunan massal makanan diduga berasal dari MBG yang menimpa siswa-siswa SMKN I Sine videonya viral di media sosial.

Nampak dalam video itu, para siswa terbaring lemah beralasan tikar di sebuah ruangan di fasilitas kesehatan.

Tak hanya tenaga medis, nampak guru dan orangtua siswa sibuk menenangkan korban keracunan makanan yang mengeluh sakit pada bagian perut.

Bupati Ngawi, Ony Anwar Harsono yang dikonfirmasi Kompas.com, Rabu (1/10/2025) membenarkan 45 siswa SMKN 1 Sine yang dilarikan ke puskesmas dan fasilitas kesehatan terdekat.

Namun, dirinya belum dapat memastikan keracunan makanan yang menimpa puluhan siswa itu berasal dari MBG.

“Anak-anak hari ini belum makan MBG. Saat ini tim Dinas Kesehatan masih melakukan observasi menyeluruh. Biasanya keracunan makanan itu maksimal dua jam setelah makan sudah ada gejala,” kata Ony.

https://surabaya.kompas.com/read/2025/10/23/192315278/hasil-lab-diungkap-penyebab-keracunan-45-siswa-di-ngawi-bersumber-dari-menu

Terkini Lainnya

Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Regional
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Regional
Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com