Salin Artikel

Proyek Jalan Tembus Griya Shanta Kota Malang Ditolak Warga, Satpol PP Ultimatum Robohkan Tembok

Persoalan ini memuncak setelah warga mendirikan tembok pembatas di lokasi yang direncanakan sebagai jalan tembus itu. 

Rencana tersebut ditolak warga setempat karena dikhawatirkan bakal mengganggu ketentraman dan ketenangan warga setempat.

Menanggapi hal itu, Satpol PP Kota Malang mengambil langkah tegas dengan melayangkan Surat Peringatan Pertama (SP1) bernomor 100.3.9/0355/35.73.404/PPUD-LWK/2025 kepada Ketua RW 12 Mojolangu.

Kepala Satpol PP Kota Malang, Heru Mulyono mengatakan, isi surat itu memerintahkan warga untuk membongkar secara mandiri tembok pembatas tersebut.

Warga diberi tenggat waktu tujuh hari, atau hingga Kamis (23/10/2025) besok.

"Penerbitan SP1 adalah langkah persuasif, karena lahan itu statusnya milik Pemkot," kata Heru pada Rabu (22/10/2025).

Heru mengatakan, jika SP1 diabaikan, Satpol PP akan melayangkan SP2.

"Apabila langkah persuasif tetap tidak diindahkan, kami akan melakukan gelar perkara melibatkan TNI dan Polri, baru kemudian dilakukan penertiban (pembongkaran paksa)," katanya.

Pemkot Malang bersikukuh proyek ini penting untuk mengurai kemacetan parah di kawasan Jalan Candi Panggung.

Sementara itu, Dinas Perhubungan (Dishub) Kota Malang mencatat, Jalan Candi Panggung yang menjadi penghubung vital kawasan kampus, kuliner, dan pariwisata itu sudah tidak ideal.

Kepala Dishub Kota Malang, Widjaja Saleh Putra menyampaikan bahwa dengan lebar hanya 6 meter, nilai kejenuhan Jalan Candi Panggung telah mencapai 0,8 hingga 0,9.

"Angka ideal untuk lalu lintas lancar adalah 0,5. Kondisi saat ini sudah sangat padat," ujarnya.

Proyek jalan tembus yang melewati kawasan RW 12, Perumahan Griya Shanta ini telah dimasukkan oleh DPUPR-PKP Kota Malang sebagai prioritas dalam Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) untuk mengatasi titik macet tersebut.

Rencananya, jalur baru selebar 10 meter ini akan dibangun melintasi Jalan Simpang Candi Panggung dan memasuki area PSU di Griya Shanta.

"Lahan itu sangat potensial jadi jalur alternatif untuk mengurangi volume kendaraan di Candi Panggung sekaligus mengurangi beban lalu lintas di Jalan Soekarno-Hatta," kata Widjaja.

Kendati demikian, tidak semua warga menolak atau mendukung rencana tersebut. Ada warga yang juga pasrah.

Alasannya, terkait status lahan, atau menyadari bahwa prasarana, sarana, dan utilitas umum (PSU) perumahan itu telah diserahkan oleh pengembang kepada Pemkot Malang.

"Kalau saya sih apa yang baik saja, selama nantinya tidak merugikan kami sebagai warga di sini. Toh, statusnya sudah menjadi fasilitas umum (fasum) milik Pemkot. Mau menolak atau mendukung menurut saya sepertinya ya sama saja," ujar seorang warga yang tidak mau disebutkan identitasnya itu.

https://surabaya.kompas.com/read/2025/10/22/155429378/proyek-jalan-tembus-griya-shanta-kota-malang-ditolak-warga-satpol-pp

Terkini Lainnya

Dukung Konservasi, Bulog Kembangkan Jambu Air Camplong di Sampang
Dukung Konservasi, Bulog Kembangkan Jambu Air Camplong di Sampang
Regional
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Regional
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Regional
Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com