Salin Artikel

Petugas SPBU di Sampang Dibacok dan Ditembak, Berawal dari Aplikasi MyPertamina Tak Bisa Dipindai

SAMPANG, KOMPAS.com - Aksi penganiayaan yang terjadi di Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) Kecamatan Camplong, Kabupaten Sampang, Jawa Timur, terus didalami polisi.

Diduga, peristiwa itu berawal dari barcode di aplikasi MyPertamina yang tidak bisa dipindai.

Menurut rekan kerja korban, Ahmad Abdul Aziz mengatakan, kejadian bermula saat ia didatangi pelaku yang hendak membeli pertalite pada pukul 01.00 pada Senin (20/10/2025). Pelaku menggunakan mobil Toyota Avanza warna putih.

Namun, saat hendak melakukan transaksi, barcode di aplikasi MyPertamina di ponsel pelaku tak bisa dipindai akibat terlalu kecil.

"Barcodenya itu kecil jadi tidak bisa di-scan. Saya bilang ke orangnya kalau tidak bisa, orangnya lalu marah-marah," ujarnya saat dihubungi melalui sambungan telepon, Rabu (22/10/2025).

Melihat Ahmad kesulitan memindai barcode itu, korban yakni Hairuddin (29), warga Desa Banjar Talelah, Kecamatan Camplong, sekaligus petugas SPBU itu membantu Ahmad.

"Ya akhirnya bisa, tapi karena orangnya keburu marah-marah jadi transaksi tidak dilanjutkan," ucapnya.

Pelaku yang saat itu masih di dalam mobil lalu keluar dan menunjukkan keris ke Ahmad dan Hairuddin.

"Lalu teman saya itu tanya ke saya, itu (pelaku) mabuk ya. Orangnya (pelaku) dengar lalu bilang enggak mabuk dan berkata kasar," imbuhnya.

Pelaku yang naik pitam lalu menghubungi temannya. Tak sampai 5 menit, dua teman pelaku datang membawa celurit.

Tiga orang tersebut lalu mulai menganiaya Hairuddin. Saat itu, Hairuddin hanya menangkis celurit pelaku menggunakan sarung.

Namun, tiga pelaku yang membabi buta terus mengejar Hairuddin dan menganiaya sampai terluka.

"Lalu korban terluka di bagian kepalanya masih sempat menangkis celurit pelaku. Lalu salah satu teman pelaku mengeluarkan senjata api dan menembak kaki korban namun meleset. Dua kali itu ditembakkan," ungkapnya.

Ahmad lalu menghubungi petugas dan pemilik SPBU. Korban dan pelaku berhasil dilerai. Korban mengalami luka parah di kepala dan tubuhnya, sedangkan pelaku melarikan diri.

"Sekarang korban masih dirawat di ICU di RSUD Moh Zyn. Kondisinya membaik namun masih dirawat intensif," jelasnya.

Sementara itu, Kasi Humas Polres Sampang, AKP Eko Puji mengatakan, petugas masih melakukan pendalaman atas kasus tersebut, termasuk kepemilikan senjata api pelaku.

"Masih kami dalami. Sudah ada lebih dari dua orang saksi yang kami periksa," singkatnya.

Sebelumnya, Hairuddin mengalami luka parah saat berjaga di SPBU Camplong usai dikeroyok tiga orang. Aksi pengeroyokan itu bahkan terekam kamera pengawas di SPBU.

Dalam rekaman telrihat, pelaku sebanyak tiga orang dan membawa senjata tajam serta senjata api. Tiga pelaku mengeroyok korban hingga mengelurkan banyak darah.

https://surabaya.kompas.com/read/2025/10/22/124023578/petugas-spbu-di-sampang-dibacok-dan-ditembak-berawal-dari-aplikasi

Terkini Lainnya

Dukung Konservasi, Bulog Kembangkan Jambu Air Camplong di Sampang
Dukung Konservasi, Bulog Kembangkan Jambu Air Camplong di Sampang
Regional
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Regional
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Regional
Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com