Dari hasil penggalian yang dilakukan sejak Senin (13/10/2025) hingga Selasa (21/10/2025) sore, tim dari Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menduga bahwa temuan ini sebagai salah satu fosil stegodon paling lengkap di Indonesia.
Kepala Tim Penyelidikan dan Konservasi Koleksi Badan Geologi, Unggul Prasetyo Wibowo, mengatakan, sejauh ini sudah sekitar 70 persen bagian fosil berhasil terekskavasi.
Beberapa bagian besar dari temuan fosil stegodon tersebut, termasuk gading, rencananya diangkat pada tahap ekskavasi berikutnya.
“Kalau dihitung secara detail, bisalah sampai 70 persen (bagian fosil yang sudah terekskavasi), karena banyak bagian kecil-kecil yang kita temukan juga, tulang jari dan yang lain-lain kita temukan semua,” kata Unggul kepada Kompas.com, Selasa (21/10/2025).
Temuan paling lengkap
Unggul menyebut, fosil stegodon yang ditemukan di Tritik ini merupakan salah satu temuan paling lengkap dari satu individu yang pernah ditemukan di Indonesia.
“Di Museum Geologi (Bandung) kami punya warisan kerangka Stegodon trigonocephalus Jawa dari zaman Belanda (Hindia-Belanda), tapi itu modelnya bukan dari satu individu, tapi kumpulan beberapa ya digabung jadi satu,” kata Unggul.
“Jadi yang saya pahami, sampai saat ini untuk Stegodon trigonocephalus Jawa yang paling lengkap ya temuannya dalam satu individu (di Hutan Tritik) ini,” ucap dia.
Berdasarkan perkiraan sementara, kata Unggul, tinggi stegodon yang ditemukan di Hutan Tritik Nganjuk bisa mencapai lebih dari tiga meter, bahkan diperkirakan lebih besar dari koleksi yang tersimpan di Museum Geologi Bandung.
“Bisa sampai tiga meter lebih kalau kita hitung dari kaki yang sudah ditemukan ya, perkiraan tiga meter tingginya. Bahkan lebih dari tiga meterlah ini pasti,” tuturnya.
Berusia 800.000 tahun
Menurut Unggul, dari analisis geologi, fosil stegodon yang ditemukan di Hutan Tritik Nganjuk ini diperkirakan berasal dari Formasi Kabuh, lapisan batuan berumur sekitar 800.000 tahun.
Formasi Kabuh ini, lanjut Unggul, dikenal sebagai endapan darat yang banyak mengandung fosil hewan purba berukuran besar.
“Nah, ini kita perkirakan 800.000 tahun lah umur fosilnya ya, berdasarkan analisis geologinya,” kata dia.
Unggul mengatakan, kawasan Hutan Tritik dan bagian utara Nganjuk dulunya merupakan wilayah laut yang kemudian berubah menjadi daratan, akibat pengangkatan lapisan geologi Pegunungan Kendeng.
Oleh karena itu, menurut dia, wajar jika di wilayah itu ditemukan fosil biota laut maupun darat.
Pada masa itu, ucap Unggul, sekitar 800.000 tahun lalu, wilayah ini diperkirakan berupa sabana atau hutan terbuka yang menjadi habitat ideal bagi hewan besar seperti banteng, kuda nil, dan stegodon.
Ditinjau Wakil Bupati Nganjuk
Wakil Bupati Nganjuk, Trihandy Cahyo Saputro sempat meninjau lokasi ekskavasi temuan fosil stegodon di Hutan Tritik, Kecamatan Rejoso, Kabupaten Nganjuk, Jawa Timur, Selasa (21/10/2025) sore.
Menurut Trihandy, dalam kunjungan itu pihaknya mendapat laporan bahwa proses ekskavasi telah menunjukkan kemajuan signifikan.
“Sore tadi saya ke lokasi Tritik, sudah ditemukan 70 persen bagian stegodonnya,” ujar Handy.
Ia juga mengatakan, Pemkab Nganjuk mendukung penuh kegiatan penelitian dan pelestarian fosil purba ini karena berpotensi besar menjadi ikon baru dan dapat menjadi potensi pariwisata daerah.
https://surabaya.kompas.com/read/2025/10/21/223117978/fosil-gajah-purba-stegodon-di-nganjuk-temuan-paling-lengkap-tingginya-lebih