Salin Artikel

Fenomena Semburan Air di Sungai Rungkut Surabaya, PDAM Pastikan Bukan Disebabkan Kebocoran Pipa

PDAM Surya Sembada Kota Surabaya memastikan bahwa semburan tersebut bukan berasal dari kebocoran pipa distribusi air mereka.

Hasil investigasi awal menunjukkan pola semburan yang tidak konsisten, berbeda dengan karakter tekanan air dari sistem distribusi PDAM, khususnya jalur Bendungan Gunung Anyar Intake Main (BGIM).

Shah Reza, Supervisor Pemeliharaan Zona 1 PDAM Surya Sembada, menjelaskan, karakteristik semburan di lokasi tidak cocok dengan sistem distribusi air PDAM yang menggunakan pompa.

"Kalau dari BGIM, di zona satu ini tekanannya tinggi dan harusnya konstan. Kalau air dari pipa bocor, semburannya pasti stabil. Kalau tingginya satu meter, ya satu meter terus. Tapi yang di sini kadang muncul, kadang hilang," ujar Shah Reza saat ditemui di lokasi, Jumat (17/10/2025).

Menurutnya, sistem BGIM yang menggunakan pompa seharusnya menghasilkan tekanan air yang stabil dan konstan, bukan berubah-ubah seperti yang terjadi di Sungai Kebon Agung.

"Logikanya, kalau dari pipa kita malah enggak bisa seperti ini. Karena pompa tekan terus, airnya pasti konstan," jelasnya.

Dugaan sumber semburan air

Shah Reza menambahkan, pola tekanan air di jalur distribusi PDAM memiliki karakteristik berbanding terbalik dengan waktu penggunaan warga.

"Kalau malam, karena sedikit yang pakai, tekanannya malah lebih besar. Siang hari tekanannya turun karena pemakaian tinggi," tuturnya.

Fakta ini semakin menguatkan dugaan bahwa semburan bukan berasal dari sistem distribusi PDAM, mengingat fenomena justru lebih terlihat di siang hari.

Dari peta jaringan pipa yang dimiliki PDAM, posisi pipa besar BGIM berada di atas sungai, bukan di bawah aliran air.

"Kalau menurut gambar yang kami punya, pipa BGIM ada di bagian atas. Di bawah sungai tidak ada pipa distribusi kita. Kecuali pipa seribu milik proyek APBKON, itu di wilayah lain seperti Barungtari," terang Shah.

Dengan temuan tersebut, ia menegaskan kemungkinan kecil semburan di Sungai Kebon Agung berasal dari pipa PDAM.

"Tekanan dan lokasinya tidak sesuai dengan jalur pipa kami. Jadi besar kemungkinan bukan dari sistem BGIM," pungkasnya.

Sebelumnya, Wien Lestari ST MT, dosen Teknik Geofisika Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS), menyampaikan bahwa semburan tersebut lebih mengarah pada aktivitas gas alami.

Menurut Wien, gas tersebut kemungkinan keluar melalui rekahan tanah di dasar sungai, bukan dari utilitas buatan manusia seperti pipa air atau gas.

Pastikan pipa gas aman

PT Perusahaan Gas Negara (PGN) sebelumnya juga telah melakukan pemeriksaan dan memastikan tidak ditemukan adanya kebocoran pada jaringan pipa gas bumi di sekitar lokasi.

Penyaluran gas ke pelanggan dilaporkan berjalan normal tanpa gangguan tekanan, memperkuat dugaan bahwa semburan berasal dari sumber alami, bukan infrastruktur utilitas kota.

Hingga berita ini diturunkan, investigasi lebih lanjut masih terus dilakukan untuk memastikan sumber pasti semburan air dan gas di Sungai Kebon Agung.

Artikel ini telah tayang di Surya.co.id dengan judul Semburan Air di Sungai Rungkut Tengah Dipastikan Bukan dari Jaringan PDAM, Diduga Gas Alam.

https://surabaya.kompas.com/read/2025/10/17/132224878/fenomena-semburan-air-di-sungai-rungkut-surabaya-pdam-pastikan-bukan

Terkini Lainnya

Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Regional
Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Regional
KUHAP Sudah Diketok, tapi Aktivis Gen Z Sukabumi Tetap Resah, Kenapa?
KUHAP Sudah Diketok, tapi Aktivis Gen Z Sukabumi Tetap Resah, Kenapa?
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com