Salin Artikel

Emas Cukim Jadi Alternatif Investasi di Kota Malang di Tengah Lonjakan Harga Emas

MALANG, KOMPAS.com - Harga emas yang terus melambung tinggi mendorong masyarakat untuk mencari instrumen investasi alternatif.

Emas lantakan lokal atau yang lebih dikenal sebagai emas cukim, kini muncul sebagai pilihan favorit karena harganya yang lebih terjangkau dibandingkan emas bersertifikat nasional.

Toko emas Bulan Purnama di Pasar Besar, Kota Malang, menjadi salah satu penyedia yang mengantisipasi tren ini dengan selalu memastikan ketersediaan stok emas cukim.

Berbeda dari emas batangan Antam yang dicetak seragam, emas cukim adalah hasil peleburan ulang perhiasan yang diproduksi secara lokal oleh toko. Bentuknya berupa bongkahan padat tidak beraturan dengan berat yang bervariasi, dari satu gram hingga satu kilogram.

Menurut Yasin, staf marketing toko emas Bulan Purnama, lonjakan harga emas yang signifikan terjadi sejak pertengahan September.

Hal itu, menurutnya, dipicu oleh dua faktor utama, yakni penurunan suku bunga oleh The Fed (Bank Sentral Amerika Serikat) dan permintaan global terhadap emas yang terus meningkat.

Kenaikan ini berdampak langsung pada harga jual perhiasan.

"Harga perhiasan emas muda yang tadinya berkisar Rp 800.000 hingga Rp 900.000 per gram, saat ini menjadi Rp 1,1 juta hingga Rp 1,3 juta. Sementara itu, perhiasan emas tua itu Rp 1,7 juta hingga Rp 1,9 juta per gram," jelas Yasin pada Rabu (15/10/2025).

Fenomena ini mengubah perilaku konsumen secara drastis. Menurutnya, masyarakat kini lebih memprioritaskan logam mulia murni sebagai aset investasi daripada perhiasan yang memiliki nilai pakai.

"Dampaknya sangat terasa. Penjualan perhiasan anjlok hingga 50 persen, sementara permintaan untuk emas Antam dan emas cukim justru naik sebesar 20 persen," tambahnya.

Meskipun sama-sama emas murni, terdapat perbedaan fundamental antara emas cukim dan emas Antam yang memengaruhi harganya.

Emas Cukim dijual dengan harga lebih murah, sekitar Rp 2,2 juta per gram. Legalitasnya dibuktikan dengan surat pembelian resmi dari toko. Harganya lebih terjangkau karena tidak memerlukan biaya sertifikasi nasional dan ongkos produksi seperti emas Antam.

Kemudian, Emas Antam memiliki harga lebih tinggi, mencapai Rp 3 juta per gram.

Setiap kepingnya disertai sertifikat nasional yang diakui secara luas, sehingga lebih mudah untuk dijual kembali di mana saja dengan harga standar.

Pihak toko memastikan bahwa stok kedua jenis logam mulia ini selalu tersedia, meskipun emas Antam kini semakin sulit didapatkan di pasaran.

"Kami selalu berupaya menyediakan stok, terutama Antam, agar konsumen tidak kesulitan," kata Yasin.

Di sisi lain, konsumen seperti Mahmudah tetap setia pada emas Antam meskipun harganya lebih tinggi. Baginya, keamanan dan kemudahan likuiditas menjadi prioritas utama.

"Saya lebih memilih emas Antam karena harganya stabil dan cenderung naik. Adanya sertifikasi nasional membuatnya lebih aman dan mudah dijual kembali kapan pun," ujarnya.

Mahmudah memandang emas sebagai investasi jangka panjang yang pasti menguntungkan.

"Selama ada dana, saya akan langsung membeli. Investasi emas selalu memberikan keuntungan. Saya hanya akan menjualnya kembali saat harga sedang tinggi atau jika ada kebutuhan mendesak," tutupnya.

https://surabaya.kompas.com/read/2025/10/15/165742778/emas-cukim-jadi-alternatif-investasi-di-kota-malang-di-tengah-lonjakan

Terkini Lainnya

Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Regional
Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Regional
KUHAP Sudah Diketok, tapi Aktivis Gen Z Sukabumi Tetap Resah, Kenapa?
KUHAP Sudah Diketok, tapi Aktivis Gen Z Sukabumi Tetap Resah, Kenapa?
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com