Salin Artikel

2 Tahun Sulit Cari Kerja Selepas Lulus Sekolah, Abdullah Bersyukur Kini Jadi OB di SPPG

Jarak SPPG itu dari rumahnya cukup dekat, yakni hanya sekitar 150 meter. Bangunan SPPG yang semula hanya lahan dan bangunan kosong itu disulap menjadi dapur yang memproduksi Makan Bergizi Gratis (MBG).

Sejak bangunan itu berdiri, ia mulai giat mencari informasi lowongan kerja. Ia lalu mendaftar menjadi office boy (OB) di tempat itu. Abdullah bersyukur, lamaran kerja itu diterima.

"Saya kerja sejak ini diresmikan pada 30 Juli lalu, Alhamdulillah bisa diterima di sini saya sangat bersyukur," ujarnya, Rabu (15/10/2025).

Sejak diterima kerja, Abdullah setiap hari berangkat kerja dengan berjalan kaki dari rumah ke SPPG Bungsang.

Setibanya di Kantor SPPG, ia langsung absen di depan monitor kotak hitam yang tertempel di tembok kantor.

Dalam sekejap, monitor itu merekam wajah Abdullah dan muncul bunyi "terima kasih" sebagai tanda absensi terekam.

Setelah absen, pria bertubuh kecil itu lalu menuju ruang loker dan memakai alat pelindung berupa masker, apron hingga penutup kepala.

"Ini adalah pengalaman pertama saya kerja secara profesional dengan menggunakan berbagai perlengkapan sebelum mulai bekerja," ujarnya.

Ia lalu mengambil sapu serta pengki dan mulai membersihkan seluruh ruangan di SPPG tersebut.

Dua tahun menganggur 

Abdullah yang memiliki tubuh lebih kecil daripada teman seusianya itu mengaku senang bisa bekerja sebagai OB setelah dua tahun menganggur. Sebab, ia kesulitan mendapatkan kerja sejak lulus dari sekolah.

"Sebelumnya, saya hanya kerja serabutan. Kadang bantu ngelas di bengkel. Ya dua tahun itu begitu setelah lulus dari SMK. Saya dulu ambil jurusan arsitektur di SMK," tuturnya.

Meski kini ia bekerja tak sesuai jurusannya, ia bersyukur bisa mendapat rezeki dan pengalaman lewat SPPG itu.

Apalagi, upah yang diterima lebih besar dibandingkan upah minimum kabupaten (UMK) Bangkalan.

"Alhamdulillah setiap hari itu di sini dapat Rp 115.000. Dalam seminggu libur dua hari di Sabtu-Minggu," ucapnya. 

Dari hasil kerjanya sebagai OB tersebut, ia kini mampu membantu perekonomian keluarganya dan bisa membantu membiayai sekolah adiknya yang masih sekolah Madrasah Tsanawiyah (Mts).

"Saya bersyukur bisa ngasih ke adik dan orangtua sejak kerja di SPPG ini," kata dia.

Harapan MBG lanjut 

Abdullah berharap, program MBG bisa terus dilanjutkan. Sebab, ia akan kehilangan pekerjaan jika program itu dihentikan.

"Saya berharap semoga program ini terus berlanjut supaya saya bisa tetap kerja," tuturnya.

Sementara itu, Mitra SPPG Bungsang, Anna Fatima mengatakan, terdapat 52 pegawai di tempat tersebut. Mayoritas pekerja merupakan masyarakat sekitar SPPG.

"Ini sebanyak 40-an pegawai dari masyarakat sekitar. Kami memang ingin membuka peluang untuk masyarakat sehingga bisa menyerap tenaga kerja lokal," katanya.

"Mayoritas beras kami ambil dari petani setempat. Yang penting kualitasnya sesuai dengan standar kami. Biasanya masyarakat datang menawarkan kesini, kadang beras kadang sayuran juga," imbuhnya.

Tak hanya itu, sisa dari MBG yang tidak dimakan oleh siswa juga banyak dimanfaatkan sebagai pakan ternak oleh warga sekitar.

"Biasanya setelah kita pilah itu, ada beberapa pegawai kami yang ambil untuk pakan bebek dan ayam," katanya. 

SPPG Bungsang melayani sebanyak 3.608 penerima yang terdiri dari 3.608 kelompok bumil, busui, dan balita (3B) serta lima sekolah di Bangkalan.

https://surabaya.kompas.com/read/2025/10/15/153805378/2-tahun-sulit-cari-kerja-selepas-lulus-sekolah-abdullah-bersyukur-kini-jadi

Terkini Lainnya

Dukung Konservasi, Bulog Kembangkan Jambu Air Camplong di Sampang
Dukung Konservasi, Bulog Kembangkan Jambu Air Camplong di Sampang
Regional
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Regional
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Regional
Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com