Sesekali, siswi sekolah menengah pertama (SMP) itu menjelaskan manfaat minuman tradisional racikannya, berharap ada yang tertarik mencicipi dan membeli.
"Kalau diminum hangat, lebih enak, Kak,” kata Felysia sambil tersenyum, Minggu (12/10/2025).
Tidak jauh darinya, Ahmad Deny RS melakukan hal serupa. Bersama teman sebayanya, Deny menawarkan es cincau gula aren, tahu walik, dan camilan olahan ayam.
Keduanya berusaha menyapa setiap pengunjung dengan ramah, menghadirkan gestur sopan di tengah keramaian lapangan Perum BSA, Kecamatan Kota Sumenep, Jawa Timur.
Sejak sore hingga menjelang pukul 22.00 WIB, mereka bersama siswa SMP BINAR High School lainnya belajar berwirausaha melalui puluhan lapak angkringan yang mereka kelola sendiri.
Kepada Kompas.com, Deny mengatakan, bazar yang mereka adakan diberi nama “Alonggu”, berbeda dari kegiatan sekolah pada umumnya.
Sebab, seluruh rangkaian acara digagas dan dijalankan sendiri oleh para siswa.
Mmereka menyusun konsep acara, menulis proposal pendanaan, hingga memberanikan diri mencari sponsor secara mandiri.
"Tujuannya ya membangun mental, keberanian, dan kemampuan berkomunikasi di dunia usaha," tutur Deny.
Bazar “Alonggu” dikemas dalam bentuk angkringan mini bergaya kekinian, sederhana, hangat, namun sarat sentuhan budaya lokal.
Pemilihan konsep angkringan bukan tanpa alasan. Selain dekat dengan budaya masyarakat Madura, angkringan dianggap sebagai simbol kebersamaan, tempat orang berkumpul, bercakap, dan menikmati sesuatu yang sederhana namun tulus.
“Saya jadi tahu rasanya susah cari pelanggan dan pentingnya ramah sama pembeli,” kata Deny sambil tersenyum.
Di sepanjang deretan lapak, tampak para siswa menjajakan produk buatan sendiri, mulai dari jajanan ringan, minuman segar, hingga hasil kerajinan tangan.
Kepala Sekolah SMP BINAR School, Istianah Sandy mengatakan, kegiatan bazar sengaja dirancang agar siswa memahami pembelajaran yang kontekstual, sekaligus menjadi ruang bagi mereka untuk belajar langsung di luar kelas.
“Kami ingin mereka belajar bahwa wirausaha itu bukan hanya soal jual beli, tapi juga tentang kejujuran, tanggung jawab, dan keberanian mengambil risiko,” ungkap dia.
Istianah menegaskan, bazar menjadi wadah penting untuk mengasah keterampilan hidup. Siswa belajar kerja keras, mengatur keuangan, melayani pelanggan, hingga menjaga etika saat berinteraksi.
Pengalaman itu, kata Istianah, membuat siswa menjadi lebih percaya diri dan berani berbicara di depan umum setelah mengikuti kegiatan.
“Kami ingin anak-anak merasakan bagaimana memulai usaha dari nol. Mereka belajar menyusun strategi, berani gagal, dan tetap sopan dalam prosesnya. Ini bagian dari pendidikan karakter yang kami tanamkan,” ujar dia.
https://surabaya.kompas.com/read/2025/10/13/140928978/cerita-siswa-smp-di-sumenep-yang-belajar-berjualan-dari-sore-hingga-malam