Jumlah kasus kematian tersebut meningkat dibandingkan tahun sebelumnya, yaitu 56 kasus kematian pada tahun 2024 dengan catatan 463 kasus HIV dan 43 kasus AIDS.
Penyumbang tertinggi kasus HIV/AIDS di Banyuwangi adalah aktivitas prostitusi, yaitu sebanyak 31,2 persen penderitanya merupakan pelanggan pekerja seks.
Disusul dengan wanita pekerja seks yang juga menjadi penderita HIV/AIDS di Banyuwangi sebesar 15,1 persen.
"Artinya, kedua kelompok tersebut menjadi menyumbang mayoritas pengidap dari praktik seks berisiko. Jika digabungkan, artinya hampir separuh pengidap HIV/AIDS muncul dari kegiatan tersebut (prostitusi),” kata Plt Kepala Dinas Kesehatan Banyuwangi, Amir Hidayat.
Amir mengatakan, peningkatan pengidap HIV/AIDS terutama dari kegiatan prostitusi di Banyuwangi disebabkan oleh mudahnya akses transaksi seksual.
Dirinya menilai, kemudahan ini muncul seiring dengan perkembangan teknologi dan keterbukaan era informasi, di mana media sosial kini dimanfaatkan sebagai sarana baru untuk memfasilitasi praktik prostitusi.
“Kadang mereka sekarang lebih berani menawarkan diri melalui Facebook dan aplikasi Michat,” ujarnya.
Selain dari aktivitas prostitusi, Dinkes Banyuwangi juga mengungkap keterlibatan kelompok lain yang mendorong terjadinya peningkatan jumlah pengidap HIV/AIDS.
Kelompok terbesar berikutnya yakni Lelaki Suka Lelaki (LSL) dengan persentase 23,7 persen.
Kemudian disusul oleh pasangan risiko tinggi sebesar 16,1 persen, dan pasangan ODHIV sebesar 10,8 persen.
"Sementara itu, persentase yang lebih kecil tercatat pada kelompok waria 2,2 persen dan pengguna narkoba 1,1 persen," tandasnya.
https://surabaya.kompas.com/read/2025/10/08/184305178/prostitusi-dan-seks-menyimpang-picu-tingginya-pengidap-hiv-aids-di