Kepala Badan SAR Nasional (Basarnas) Marsekal Madya TNI Mohammad Syafii mengatakan bahwa titik runtuhan, struktur bangunan, dan jenis runtuhan dapat teranalisa.
“Sehingga bisa kita pastikan bahwa kejadian ini terisolasi dalam satu titik,” kata Syafii di lokasi kejadian usai menggelar apel penutupan, Selasa (7/10/2025).
Sebagian keluarga korban sempat mendesak tim SAR gabungan untuk mempercepat proses evakuasi karena dinilai lamban.
Syafii membantah bahwa timnya memiliki kinerja yang lamban. Kondisi di lapangan, tim SAR gabungan mengalami sejumlah kendala selama proses evakuasi.
“Keterlambatan ini bukan karena ketidakseriusan kita tapi sebenarnya ada faktor-faktor yang menjadi kendala. Contohnya akses masuk yang agak sempit,” imbuhnya.
Bangunan mushala tiga lantai yang ambruk tersebut mengalami jenis runtuhan pancake collapse atau runtuh secara vertikal menekan ke lantai dasar lalu menumpuk satu satu sama lain. Penyebabnya adalah kegagalan struktur.
Ketika antar lantai menumpuk, menciptakan ruang-ruang sempit yang menyebabkan korban di dalamnya sulit untuk diekstraksi.
Petugas SAR gabungan membutuhkan cara khusus untuk melakukan penyelamatan.
“Kemudian manuver alat yang kita lakukan untuk melaksanakan ekstrifikasi atau pengangkatan puing-puing ini juga terbatas,” terangnya.
Tindakan pertolongan korban yang masih dinyatakan hidup dilakukan ekstra hati-hati dan waspada terutama saat pengangkatan material bangunan.
“Begitu juga pada saat korban masih ada tanda-tanda kehidupan kita juga harus melakukan tindakan yang terukur untuk menyelamatkan dan alhamdulillah itu bisa kita lakukan. Jadi saya pastikan titiknya jelas,” bebernya.
Setelah seluruh material bangunan dapat terangkat dengan bantuan crane, eskavator dan breaker korban-korban yang sebelumnya tertimbun sulit diakses akhirnya mulai menemukan titik terang.
“Jadi seluruh korban, seluruh material yang di tempat lokasi sudah bisa kita bersihkan dan setelah ini kita bisa melihat di lokasi batas-batasnya,” terangnya.
Kendala lainnya yang dialami petugas SAR gabungan adalah koneksitas bangunan utama mushala dengan gedung di sekitarnya terutama di sisi selatan.
Apabila petugas sedikit saja salah langkah mengambil teknis pengangkatan, maka gedung selatan tersebut mudah berpotensi roboh.
Namun, hingga proses evakuasi akhir, bangunan tersebut masih utuh.
Syafii bilang, penanganan gedung selatan tersebut akan dilakukan asesmen oleh pihak-pihak terkait untuk menguji kelayakan atau melakukan perbaikan.
“Gedung itu nanti ada pihak-pihak yang memiliki kewenangan untuk meng-assessment. Sampai dinyatakan bahwa gedung ini apakah perlu diperkuat atau mungkin tindakannya apa,” jelasnya.
Bangunan yang difungsikan sebagai mushala tiga lantai di area asrama putra Ponpes Al Khoziny Sidoarjo mengalami ambruk dan menimpa para santri saat sedang melakukan shalat Ashar sekitar pukul 15.00 WIB, Senin (29/9/2025).
Berdasarkan analisis tim SAR gabungan, penyebab ambruknya bangunan mushala Ponpes Al Khoziny adalah kegagalan konstruksi akibat ketidakmampuan menahan beban dari kapasitas seharusnya.
Dari hasil penanganan runtuhan Ponpes Al Khoziny Sidoarjo selama sembilan hari berjalan, korban yang terevakuasi sebanyak 171 orang.
Korban yang selamat sebanyak 104 orang, sebagian masih menjalani perawatan di rumah sakit terdekat.
Korban meninggal dunia sejauh ini berjumlah 67 orang, 8 di antaranya bagian potongan tubuh.
https://surabaya.kompas.com/read/2025/10/07/155829078/usai-evakuasi-korban-basarnas-analisis-struktur-bangunan-dan-runtuhan-al