Salin Artikel

Satu Keluarga Asal Surabaya Jadi Korban Tragedi Ponpes Al Khoziny, Ada yang Selamat

SURABAYA, KOMPAS.com - Sebanyak tiga santri yang masih terikat hubungan keluarga asal Surabaya, Jawa Timur, menjadi korban ambruknya Pondok Pesantren (Ponpes) Al Khoziny, Buduran, Sidoarjo. Mereka ada yang selamat, meninggal dunia dan masih dalam pencarian.

Ketiga santri tersebut adalah Ahmad Kevin (17) yang merupakan korban selamat, Maulana Alfan Ibrahimavic (13) yang merupakan korban meningga dunia dan Muhammad Reza (15) yang masih belum ditemukan.

"Almarhum masih tiga bulan, kelas 1 SMP, kalau yang selamat kakaknya sudah 3 tahun di sana kelas 2 SMA," kata paman para korban, Mansur, di Jalan Kalianyar Kulon, Surabaya, Senin (6/10/2025).

Mansur mengatakan, para korban tragedi tersebut masih satu kerabat dekat dalam ikatan sepupu. Menurutnya, banyak anggota keluarganya yang meneruskan pendidikan di Ponpes Al Khoziny.

"Banyak saudara yang mondok di sana (Ponpes Al Khoziny), itu juga masih kampung di sini, termasuk yang belum ketemu namanya Reza masih 2 tahun mondok di sana, semuanya sepupu," ujarnya.

Dengan demikian, Mansur berharap, proses evakuasi para korban tragedi Ponpes Al Khoziny bisa cepat selesai. Kemudian, seluruh santri juga diberi ketabahan dalam menghadapi insiden ini.

Sementara itu, ibu korban selamat, Juliana mengungkapkan, anaknya sempat merasakan ada bunyi benda jatuh. Namun, santri tersebut tidak menghiraukannya karena merasa tidak ada kejanggalan.

"Awalnya katanya (Kevin) bunyi kayak jatuh apa gitu, tapi tidak dia hiraukan waktu shalat. Terus langsung bruk begitu dia enggak sadar kayaknya, karena langsung gelap," ucap Juliana.

Selanjutnya, Kevin langsung berusaha untuk mencari jalan keluar di celah reruntuhan Ponpes Al Khoziny. Selain itu, dia juga tak berhenti melafalkan doa yang sudah diajarkan para kiai.

"Suasana kan gelap jadi enggak bisa melihat, sambil baca zikir, amalan dari kiai, memang setiap habis shalat dia disuruh baca itu. Zikir belum selesai sudah dikasih jalan itu ada sebuah lubang," jelasnya.

Lebih lanjut, Juliana berharap, satu keponakannya yang masih belum ditemukan bisa diselamatkan oleh petugas. Sebab, pihak keluarga menunggu kabar baik dari lokasi pencarian.

Diberitakan sebelumnya, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mengatakan, skala korban jiwa dalam tragedi ini cukup besar dibanding bencana-bencana lain yang terjadi sepanjang 2025.

“Korban kali ini di sepanjang tahun 2025 adalah korban cukup besar menurut BNPB,” kata Deputi III Bidang Penanganan Darurat BNPB, Mayjen Budi Irawan, Senin (6/10/2025).

Budi membandingkan bencana-bencana sebelumnya, seperti gempa bumi di Poso, Sulawesi Tengah dan banjir bandang di Bali yang tidak memakan korban lebih dari 50 jiwa.

“Dari bencana-bencana alam yang terjadi, baik gempa bumi di Poso, di tempat lain, lalu banjir di Bali semuanya korbannya hanya sedikit, ini cukup banyak 50 orang,” ujarnya. 

https://surabaya.kompas.com/read/2025/10/06/175308978/satu-keluarga-asal-surabaya-jadi-korban-tragedi-ponpes-al-khoziny-ada-yang

Terkini Lainnya

Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Regional
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Regional
Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com