Diketahui, Haical menjadi salah satu korban ambruknya Ponpes Al Khoziny, Buduran, Sidoarjo, pada Senin (29/9/2025).
Santri tersebut berhasil diselamatkan setelah tiga hari terjebak reruntuhan.
Dwi Ajeng mengatakan, anaknya tersebut banyak bercerita setelah sudah dirawat di RSUD R.T. Notopuro Sidoarjo.
Salah satunya, saat mengajak temannya shalat Isya ketika masih terjebak reruntuhan.
"Haical itu cerita begini, shalat Isya dia masih sempat ngajak temannya. Jadi pukul-pukul temannya gini. Ayo shalat, Isya, shalat, Isya," kata Dwi, ketika dikonfirmasi, Sabtu (4/9/2025).
Ketika itu, Haical mendapatkan respons dari temannya yang juga berada di celah sempit reruntuhan Ponpes Al Khoziny.
Akhirnya, mereka memutuskan tetap shalat dalam keadaan terjepit.
"Temannya masih menyahuti, jadi ayo shalat, ayo shalat. Siapa yang mengimami? Ternyata di sela-sela mereka itu ada yang ngimami tapi enggak tahu siapa. Itu ceritanya Haical," ucapnya.
Kemudian, Haical mengajak teman-temannya untuk shalat lagi ketika sudah memasuki waktu Subuh.
Akan tetapi, para santri lainnya tidak memberikan respons, bahkan ketika tubuhnya berusaha ditepuk.
"Subuh temannya yang di sebelahnya itu dipukul sama Haical, ditepuk-tepuk begini. Intinya Haical manggil namanya, tapi sudah enggak ada sautan, ayo shalat, ayo shalat," jelasnya.
Akhirnya, Haical ditemukan petugas dalam keadaan masih sadar di reruntuhan itu, pada Rabu (1/10/2025).
Kemudian, santri tersebut mendapatkan perawatan di RSUD R.T. Notopuro Sidoarjo.
Diberitakan sebelumnya, tim dokter mengamputasi kaki kiri Syehlendra Haical setelah tertindih reruntuhan Ponpes Al Khoziny, Buduran, Sidoarjo, setelah menjalani perawatan selama tiga hari.
Direktur Utama RSUD R.T. Notopuro Sidoarjo, dr. Atok Irawan, mengatakan, pihaknya melakukan proses amputasi kaki kiri Haical pada Jumat (3/9/2025) malam, hingga dini hari tadi.
"Sudah (diamputasi) pukul 00.30 WIB baru selesai, kaki kiri di atasnya lutut. Habis Isya (persiapan) terus kita lakukan tindakan itu," kata Atok, ketika dikonfirmasi, Sabtu (4/10/2025).
Atok menyebut, tim dokter sempat menjelaskan dulu alasannya mengamputasi kaki Haical kepada pihak keluarga.
Kemudian, mereka memahaminya dan merelakan tindakan itu dilakukan.
"Keluarga kita jelaskan, ini kalau enggak segera dilakukan amputasi mengancam jiwa, kemudian juga kita berkejaran dengan infeksi yang semakin meluas. Ya, akhirnya berkenan," ucapnya.
Sedangkan, kata Atok, kondisi Haical memburuk sebelum menjalani proses amputasi tersebut.
Organ dalamnya mengalami gangguan akibat luka yang ada di kakinya itu.
"Diamputasi supaya enggak terjadi infeksi sistemik, karena ada mulai ada gangguan faal ginjal, gangguan faal hati. Leukositnya sangat tinggi 20.000, normalnya kan 10.000," jelasnya.
https://surabaya.kompas.com/read/2025/10/04/202757578/kisah-haru-haical-santri-ponpes-al-khoziny-yang-tetap-salat-jamaah-meski