Sebelumnya diberitakan, seorang santri Pondok Pesantren Asy-Syarify 01, Desa Pandanwangi, Kecamatan Tempeh, Kabupaten Lumajang, Jawa Timur, menngalami masalah saluran pencernaan sejak tiga bulan lalu.
Dewangga diduga dipaksa teman di pondok pesantren menenggak larutan HCL yang diwadahi botol minuman kemasan.
Usai peristiwa itu, Dewangga harus menjalani perawatan intensif di berbagai rumah sakit, mulai dari Lumajang, Jember, hingga akhirnya dirawat di RSUD dr. Soetomo Surabaya.
Biaya pengobatan kini sudah mencapai angka Rp 225 juta, hingga membuat keluarga kian terbeban.
Apalagi, ibu Dewangga, Ratna Purwati, hanya seorang ibu rumah tangga, dan ayahnya buruh kasar di pabrik kayu.
"Ayahnya di sini kan kerja (di pabrik kayu) Itu, penghasilan cuma dari itu saja," kata Ratna di rumahnya, Selasa (30/9/2025).
Setiap harinya, Dewangga memerlukan dua kaleng susu khusus sebagai pengganti makan seharga Rp 1 juta.
Susu itu harus disuntikkan lewat selang langsung ke perutnya setiap satu jam sekali. "Susunya satu hari itu sama obatnya bisa sampai Rp 1 juta," tambah Ratna.
Pihak pesantren pun sudah membuka donasi untuk penyembuhan Dewangga melalui jejaring Kitabisa.com.
"Sebenarnya dari pondok sudah buka donasi lewat Kitabisa.com, tapi kan proses pencairannya lama, sedangkan kebutuhan susu dan obatnya setiap hari, tapi semoga bisa terpenuhi donasinya," kata Ratna.
Saat artikel ini ditulis, pada Selasa (30/9/2025) pukul 14.00 WIB, donasi sudah terkumpul Rp 15.894.522.
Donasi akan dibuka sampai 116 hari ke depan dengan target pengumpulan Rp 225 juta.
Sementara, pihak keluarga juga membuka donasi melalui rekening pribadi ibu korban di nomor rekening BCA 3870361580 atas nama Ratna Purwati.
Donasi yang terkumpul, kata Ratna, rencananya akan digunakan untuk membeli susu pengganti nasi yang dibutuhkan Dewangga untuk hidup sehari-hari.
https://surabaya.kompas.com/read/2025/09/30/142620678/pengobatan-santri-lumajang-yang-tenggak-hcl-habiskan-rp-225-juta-keluarga