Salin Artikel

Driver Ojol di Lumajang Keluhkan 2 Zona Merah, Tak Bisa Ambil Penumpang

Zona merah yang dimaksud yakni Terminal Minak Koncar di Kecamatan Kedungjajang dan Stasiun Lumajang di Kecamatan Klakah.

Penyebutan zona merah ini sebenarnya adalah istilah yang digunakan para pengemudi ojol karena tidak diperbolehkan mengambil penumpang di dua kawasan tersebut.

Ketua Paguyuban Ojek Lumajang, Imam mengatakan, di terminal dan stasiun, pengemudi ojek online hanya boleh mengantar penumpang.

Namun, untuk menjemput penumpang, Imam dan rekan-rekannya dilarang oleh pengemudi ojek pangkalan.

"Untuk kita driver ojol di Lumajang, zona merah ada dua, yaitu Stasiun Klakah dan Terminal Wonorejo. Jadi, kalau kita mengantar penumpang ke sana itu boleh, tapi kalau ambil penumpang di sana tidak boleh sama ojek pangkalan," keluh Imam kepada Kompas.com, Kamis (25/9/2025).

Imam mengatakan, apabila ketahuan menjemput penumpang di kawasan terminal, pengemudi ojol akan dimintai uang sebesar Rp 10.000 dan diminta menurunkan penumpangnya.

"Pengalaman pernah disuruh menurunkan penumpang dan bayar Rp 10.000. Kalau sampai adu jotos, belum pernah itu kalau di terminal," kata Imam.

Lebih menakutkan lagi, kata Imam, saat hendak menjemput penumpang di Stasiun Lumajang, yang dulunya dikenal sebagai Stasiun Klakah.

Menurutnya, ojek pangkalan di sana akan membuntuti pengemudi ojol dan mengarahkannya untuk menjauh dari kawasan stasiun.

"Kalau Stasiun Klakah, kita malah sampai diikuti kalau ketahuan mau ambil penumpang di sana. Jadi, terus terang kita tidak berani kalau di sana," ucapnya. 

Imam menyebut, pelarangan tersebut tidak hanya menyulitkan para pengemudi ojek online untuk mencari nafkah, tetapi juga menyulitkan pengunjung stasiun dan terminal yang hendak pergi menggunakan ojol.

Apalagi, di dua tempat itu, sulit mendapatkan transportasi umum seperti angkot yang bisa digunakan untuk sampai ke tujuan masing-masing.

"Kalau customer kan pikirannya, kalau ada yang aman dan murah, ngapain yang mahal. Selama ini keluhannya pelanggan sulit mencari ojek online di Lumajang," kata Imam.

"Ya, karena sistemnya ojol kan dicari driver terdekat, sedangkan kita tidak ada yang berani mendekat ke stasiun atau terminal," ucap dia. 

Imam berharap, segera ada solusi dari pemerintah agar tidak ada lagi zona merah yang menjadi momok para pengemudi ojol dalam mencari nafkah.

"Harapannya, yang zona merah jadi zona hijau agar penghasilan kita sebagai ojol bertambah dan customer yang mau ke Lumajang tidak kesulitan lagi," ucap Imam.

Bupati Lumajang, Indah Amperawati berencana mengumpulkan pengemudi ojol dalam waktu dekat untuk mendiskusikan solusi terbaik untuk ojol dan ojek pangkalan.

"Saya rasa ini hampir semua kota ada masalah seperti ini, tapi segera kita ingin ajak diskusi mereka supaya segera ada solusi," kata Indah.

https://surabaya.kompas.com/read/2025/09/25/223700678/driver-ojol-di-lumajang-keluhkan-2-zona-merah-tak-bisa-ambil-penumpang

Terkini Lainnya

Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Regional
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Regional
Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com