Aisyah, perempuan asal Banten telah merantau di Surabaya sejak 2017 lalu untuk menempuh pendidikan di salah satu Perguruan Tinggi Negeri (PTN) di Kota Pahlawan.
Hidup di tanah rantau seorang diri jauh dari keluarga, ia berpikir untuk lebih berhemat agar kebutuhannya tercukupi.
Di sisi lain, ia harus menabung untuk keperluan di masa depan.
Sedikit demi sedikit penghasilan dari pekerjaan content writer yang ia kerjakan sejak duduk di bangku perkuliahan disisihkan ke tabungan emas digital Pegadaian.
“Butuh tabungan yang fleksibel karena income fluktuatif. Tapi mau juga yang menghasilkan jadilah emas digital,” kata Aisyah, Rabu (24/9/2025).
Sebagai negeri millenial yang melek teknologi, Aisyah membutuhkan tabungan yang fleksibel dan mudah dijangkau.
Tidak perlu datang ke kantor cabang, datang pagi-pagi lalu mengantre panjang.
Dengan memanfaatkan genggaman smartphone, ia hanya tinggal mengunduh aplikasi Pegadaian untuk melakukan transaksi.
“Cara nabung seperti top up di e-wallet gitu. Tinggal masukin nominal yang dimau nanti sistem akan hitung gramasinya. Terus bayar pakai virtual account,” terangnya.
Selain itu, hanya bermodal nilai awal Rp 50.000 menurutnya tidak terlalu tinggi bagi pemilik kantong mahasiswa yang sedang disibukkan dengan skripsi saat itu.
“Terus spread atau nilai buyback emas cenderung rendah. Syarat awal buka tabungan Rp 50.000 dan nabungnya bisa start Rp 10.000,” terangnya.
Dalam sebulan, Aisyah bisa melakukan transaksi sekitar dua hingga tiga kali.
Tergantung pendapatan dan harga emas yang selalu fluktuatif.
“Tidak tentu. Karena patokannya waktu itu di nominal uang dan harga emas naik juga jadi gak sesuai gramnya. Sedapatnya di bulan itu berapa. Tapi sebulan bisa dua sampai tiga kali sekitar Rp 100.000-Rp 500.000 sekali nabung,” bebernya.
Lebih lanjut, Aisyah mengatakan bahwa keuntungan menabung emas digital di Pegadaian selain fleksibel adalah harga emas yang cenderung setiap tahunnya mengalami kenaikan.
Sehingga, dari modal yang awalnya hanya Rp50.000 bisa berlipat-lipat mendapat keuntungan sekitar Rp3 juta dari total tabungan yang terkumpul.
“Nabung seingetku sejak harga emas Rp 1,1 juta sekian sampai di akhir Rp 1,5 juta lebih. Keuntungan sekitar Rp3 juta,” ujarnya.
Konsisten menabung setiap bulannya selama satu tahun.
Hasil jerih payahnya bekerja sampingan saat kuliah untuk berhemat, ia mampu mengumpulkan tabungan emas senilai Rp17 juta.
“Nabungnya kira-kira setahun dan terkumpul 10 gram. Tapi kalau dirupiahkan sekitar hampir Rp 17 jutaan,” tuturnya.
Mulanya, ia menabung untuk persiapan melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi yakni S2 dan dana darurat bila diperlukan untuk diri sendiri atau dikirim ke orang tua di kampung halaman.
Namun, seiring berjalannya waktu, kebutuhan lainnya datang.
Seorang pria melamarnya dan mereka akan melangsungkan acara pernikahan.
Tabungan emas digital yang semula ditujukan untuk S2 akhirnya digunakan lebih dulu untuk gelar acara pernikahan.
“Tujuan awalnya buat dana darurat dan pendidikan karena waktu itu belum punya plan nikah,” ungkapnya
https://surabaya.kompas.com/read/2025/09/24/133155378/investasi-emas-jadi-pilihan-content-writer-seperti-aisyah-butuh-tabungan